18.) II Occurrens (Pertemuan 2)

86 9 2
                                    

Author's POV

Jalanan ramai oleh kendaraan, bahkan kemacetan di beberapa titik tak dapat dihindari lagi. Kemacetan memang biasa terjadi pada jam pulang apalagi akhir pekan. Seluruh badan jalan penuh oleh kendaraan yang mana pengemudinya ingin secepatnya sampai di tempat tujuan masing-masing. Langit pun sudah mengeluarkan warna jingganya. Menandakan bahwa Sang Surya sudah akan hilang di ufuk Barat.

"Kita mau kemana sih?" Tanya Yasmine untuk sekian kalinya.

Bukannya menjawab pertanyaan Yasmine, Cindya malah tersenyum jahil padanya. Yasmine menghela nafas dan duduk pasrah dengan melihat kearah luar jendela. Bus saat sore memang ramai oleh orang-orang yang baru pulang kerja. Juga terjadi di dalam bus yang dinaiki Yasmine dan Cindya, tapi kini sudah tak seramai tadi saat mereka baru naik.

Karena sudah ada beberapa penumpang yang turun di halte sebelumnya. Dan Yasmine melihat jam tangannya yang menunjukan pukul empat lebih. Hampir tiga puluh menit Yasmine dan Cindya naik bus, akhirnya mereka turun di halte pemberhentian mereka. Mereka berjalan sebentar untuk mencapai sebuah bangunan besar dan megah. Suara bising dapat terdengar jelas dari luar bangunan besar yang tak lain adalah Mall Victory. Mall itu ramai bahkan pakai sangat, membuat Yasmine melihat horror.

"Beneran kita mau kesana?!" Tanya Yasmine, masih melihat horror kearah pintu masuk.

Cindya menganguk yakin. "Udah ah, masuk yuk!!"

Yasmine kembali ke tempat yang selama ini dia hindari. Tempat yang ramai dan bising, membuatnya malas. Tempat dengan kriterianya itu menjadi tempat yang dia kramatkan. Walaupun Mall Victory tidak sebising pasar tradisional tapi, itu sama saja bagi Yasmine.

"Kau tahukan aku gak suka tempat ramai, apalagi mall?" gerutu Yasmine.

"Tahu kok." Jawab Cindya santai.

"Kesana yuk!!" Cindya menggandeng lengan Yasmine. Yasmine pasrah dan mengikuti kemana pun Cindya melangkah. Mereka masuk ke semua toko yang ada di lantai tiga.

***

"Gak ada yang bagus!?" ujar Cindya.

"Kita udah masuk ke semua toko. Udah yuk pulang!" Ajak Yasmine memelas.

"No! Kita belom dapat apa-apa, masa kita pulang. Udah capek-capek kesini gak belanja. Gak banget!?" Cindya menatap tajam Yasmine dan berkacak pinggang. Yasmine menghela nafas dan kembali melirik jam tangannya.

"Itu dia!?" Seru Cindya.

Tanpa butuh waktu lama dia membawa paksa Yasmine untuk masuk ke toko baju yang menjual brand terkenal. Yasmine tak dapat melawan keinginan Cindya walaupun dia ingin. Sejak datang ke mall dia tidak dapat fokus dengan apa yang sedang dia lakukan.

Dia terus kepikiran tentang rumah sakit. Apa tidak apa-apa, jika dia nge-mall. Toko itu tidak berbeda jauh dengan toko-toko yang sudah mereka masuki sebelumnya. Hanya saja lebih besar dan luas, barangnya jauh lebih lengkap dan juga banyak variasinya.

Yasmine hanya melihat Cindya yang sejak masuk ke toko itu heboh memilih pakaian. Yasmine mengamati seluruh toko dan melihat ada beberapa perempuan yang sedang mengobrol. Mungkin itu adalah kumpulan perempuan sosialita tebak Yasmine, karena dia bisa mendengar obrolan mereka yang tengah bercerita tentang pekerjaan suaminya. Bahkan bisa dikatakan mereka sedang saling memamerkan dan membanggakan suami mereka masing-masing dengan embel-embel kekayaan.

"Kemarin kami sekeluarga baru saja liburan ke Eropa loh!?" Ucap seseorang entah siapa tapi Yasmine mendengar jelas ada penekanan dalam kata Eropa.

Cahaya Yang Tak Ternilai [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang