Halo halo. Di akhir minggu (sabtu deng) yang berbahagia ini, saya tiba-tiba tergelitik untuk membahas hal ini karena kebetulan aja terjadi sesuatu di suatu tempat yang tiba-tiba membuat saya geli, hehe.
Jadi, intinya saya mau ngebahas tentang plagiarisme yang udah nggak asing dalam kehidupan kita, apalagi dunia kepenulisan. Oh, iya, FYI, saya pun bukan pakar, saya cuma orang aneh yang suka ngebahas hal-hal nggak jelas, kok. Jadi, tulisan saya yang satu ini bisa dibilang cuma curhat, bukan pemberian informasi, apalagi pemberian sembako sampai ngebuat antrian 7 kilometer.
Sebelumnya, saya ingin membahas dulu apa yang dimaksud dengan plagiat.
Berdasarkan KBBI (online), arti dari plagiat yang saya dapatkan adalah pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri, misalnya menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri; jiplakan
Selain itu, jiplak sendiri diartikan sebagai :
1 menggambar atau menulis garis-garis gambaran atau tulisan yang telah tersedia (dengan menempelkan kertas kosong pada gambar atau tulisan yang akan ditiru); 2 mencontoh atau meniru (tulisan, pekerjaan orang lain); mencontek: anak-anak jangan sampai terbiasa ~ hitungan temannya; 3 mencuri karangan orang lain dan mengakui sebagai karangan sendiri; mengutip karangan orang lain tanpa seizin penulisnya: ~ karangan orang lain adalah perbuatan yang tercela;
Ah, sedikit mundur ke dalam dunia pendidikan yang juga pastinya pernah tercoreng akibat plagiarisme. Beberapa dosen, gelarnya dicabut karena dugaan plagiarisme, padahal sang dosen hanya MENGUTIP sebuah pendapat tanpa menyebutkan nama sang pengarang. Inget loh ya, yang dikutip itu bahkan 'PENDAPAT', bukan pekerjaan. Jadi, buat yang sampai sekarang kalau bikin laporan tugas masih suka nyomot kutipan dari google. Iya, Anda melakukan tindakan plagiarisme. Bersyukurlah karena laporan itu bukan karya tulis yang harus dipublikasikan.
Ah, balik lagi ke masalah. Sebenernya, masalah plagiarisme selalu melekat dalam dunia kepenulisan. Perbedaan tipis antara 'PLAGIAT' dan 'TERINSPIRASI' seolah menjadi batas abu-abu bagi para penjiplak untuk melindungi dirinya. Lalu, apa bedanya plagiat dan terinspirasi?
Balik ke definisi yang diberikan KBBI. Seseorang dapat dikatakan melakukan tindakan plagiarisme jika dia mengambil atau menjiplak karya orang lain dan menjadikannya seolah-olah adalah karya dirinya.
Apa artinya?
Hmm, di sini saya bagi ke dalam beberapa kasus.
1. Alur cerita yang sama beserta sebagian besar kalimat yang sama.
- Jelas ini mah plagiat, ya? Nggak usah dibahas.
2. Alur cerita yang sama dengan setiap kalimat yang jauh berbeda.
- Yap, kategori ini mungkin menjadi yang paling sulit untuk ditentukan tindakannya. Tapi, untuk saya sendiri, yang pasti hal seperti ini bukanlah sebuah tindakan plagiarisme. Pertama, tak ada indikasi bahwa seorang penulis memang mengambil ide dari penulis yang telah ada. Bagaimana seandainya sang orang yang dicurigai melakukan tindakan plagiarisme ternyata sebelumnya tak pernah mendengar cerita yang diperkirakan telah diplagiasi? Kedua, tak ada bukti khusus yang dapat mengindikasikan sang penulis melakukan tindakan plagiarisme, karena susunan kalimat yang berbeda.
Sebagai contoh, saya pilih novel 'Hunger Games' yang telah dikenal banyak orang dengan 'Battle Royale' yang mungkin tak banyak orang yang tau. Jujur, ketika Hunger Games keluar, saya benar-benar merasa terpukul karena alur utama cerita yang mirip dengan Battle Royale. Terlebih, karena teman-teman saya yang tak mengetahui Battle Royale, kemudian mengagung-agungkan Hunger Games, membuat saya sedikit benci dengan Hunger Games. Namun, kemudian saya menyadari bahwa tindakan saya itu salah. Memang, alurnya mirip, orang-orang dikumpulkan dalam suatu tempat dengan alat seadanya, berjuang menjadi seseorang yang bertahan paling akhir, dan jika mereka tak ingin melakukannya, maka mereka harus bersiap untuk mati. Yaps, benar-benar sama. Namun, saya tak dapat mengatakan bahwa Hunger Games merupakan hasil plagiasi dari Battle Royale. Kenapa? Karena susunan kalimat yang digunakan cukup berbeda.
Contoh gampangnya gini,
si A nulis, "Saya lapar, jadi saya makan lebih dahulu."
Nah, dengan ide yang sama si B nulis, "Ah, maaf saya makan lebih dulu. Saya telah menahan lapar dari tadi."
Garis besarnya sama. Mereka lapar, kemudian makan, hanya saja penyajian kalimatnya yang berbeda. Apakah si B terlihat melakukan tindakan plagiasi dari tulisan A? Secara ide, iya, tapi tidak secara tulisan, kan? Begitu juga yang terjadi antara dua novel di atas. So, no. Kalau setiap tulisan harus berasal dari ide yang berbeda, artinya semua novel saat ini adalah hasil plagiat. (kecuali Walking Dead. Long live, Walking Dead! :D )
Nah, yang ketiga adalah yang paling sakral.
3. Alur cerita yang berbeda, tetapi kalimat atau bahkan paragraf yang sama di awal
Mungkin, banyak orang yang tidak merasa bahwa itu adalah tindakan plagiarisme karena alur cerita yang berbeda, sayangnya menurut saya tidak begitu. Susunan kalimat pun merupakan hasil pemikiran sang penulis. Berbeda dengan poin dua, dari ide yang sama muncul dua kalimat yang berbeda. Jika sang penulis kedua menuliskan TEPAT SAMA kalimat yang dituliskan oleh penulis satu (tentunya tanpa memberikan keterangan siapa yang menulisnya), maka tetap saja itu adalah tindakan plagiarisme. Kenapa? Karena kalimat itu pun disusun berdasarkan gagasan yang dimunculkan oleh sang penulis pertama.
Tapi kan alur ceritanya beda?
Lah, orang yang ngutip ide orang lain aja (bukan pekerjaan) bisa dicabut gelarnya, apalagi ini yang ngejeplak tulisan orang lain (yang jelas-jelas pekerjaannya). Saya tekenin, hal yang kayak gini bukan terinspirasi. Well, mungkin alur cerita bisa disebut terinspirasi, tapi tidak dengan susunan kalimat (biarpun hanya di awal). Hal tersebut tetap saja sebuah tindakan plagiarisme.
So, please buat orang-orang yang hanya menganggap bahwa tindakan plagiat dilihat dari alur cerita, semuanya tidak seperti itu (kalau gitu teenlit antara badboy x cewek sekolah yang awalnya benci terus jadi suka, semuanya plagiat dong?). Melainkan susunan kalimat yang telah susah payah ditulis oleh penulis pertama, kemudian dicaplok oleh penulis kedua, itu pun termasuk tindakan plagiarisme.
Terus, gimana cara ngebuat cerita tanpa melakukan tindakan plagiarisme?
Well, ini cara saya, boleh dicoba boleh nggak. Saya pun pasti nggak terlepas dari namanya kehilangan kata untuk membuat paragraf baru. Saya pun PASTI menggunakan novel lain sebagai referensi, tapi bukan berarti saya mengambil kalimatnya. Biasanya, saya hanya mengambil beberapa kata yang dapat digunakan untuk membangun sebuah kalimat.
Saya ingat, dalam novel Dexter (entah buku yang keberapa), ada cerita mengenai Dexter yang bermain petak umpet bersama anak-anak dari pacarnya di malem hari. Dalam tulisannya, dijelaskan suasana yang ada, termasuk keadaan bulan. Lalu, ide apa yang saya dapatkan?
Ya udah, saya tulis 'Bulan menggantung ...' yang menjelaskan suasana malam (karena memang itu yang saya butuhkan) dengan sisa kalimat yang saya susun sendiri. Jadi, simple, kan? Nggak usah ngejiplak semua kalimat.
4. Alur cerita yang berbeda dengan kalimat yang berbeda
- Dih, ini mah jelas bukan lah.
Yaps, jadi itulah sedikit unek-unek yang ingin saya keluarkan. Karena jujur, saya kesel sama orang-orang semacem itu, termasuk orang-orang yang merasa bahwa 'tidak apa-apa' alur cerita berbeda, tetapi paragraf awalnya sama. Paper saya aja pernah dirombak habis-habisan gara-gara saya teledor nggak nge-bookmark jurnal yang saya pake sebagai referensi, lah ini udah jelas susunan kalimatnya sama, masih juga didukung, wkwkwk.
Thanks. Stop plagiarisme.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah di jurusan matematika itu ...
Diversos"Kenapa kamu mau masuk jurusan matematika?" "Karena suka ngitung." Kalau jawab kayak gitu, mungkin bakal diketawain sama anak matematika. Buat yang ingin tau seluk beluk mengenai dunia perkuliahan di jurusan ini, silakan dibaca mengenai beberapa pen...