Bukan tentang matematika, tapi yaudah lah ya.
Film sci-fi biasanya identik sama teknologi super high-end atau dunia apocalypse yang pembuatannya memakan biaya rata-rata sampai 60 miliar dolar (sekitar 851 miliar rupiah), tapi saya beruntung karena nemuin beberapa film yang bisa matahin konsep: film sci-fi bagus = biaya pembuatannya harus mahal.
Pastinya, film sci-fi low budget nggak akan ngehadirin efek-efek super tembak sana-sini atau dunia luar biasa macem Cyberpunk 2077, tapi seenggaknya bisa ngebuat pikiran senang karena sudah menontonnya.
1. Infinity Chamber (2016)
Infinity Chamber ini mungkin film sci-fi low budget pertama yang saya sukai.
Film ini menceritakan Frank yang tiba-tiba bangun di dalam sel penjara dan ditemani kecerdasan buatan. Setiap malam dia mengalami mimpi yang sama yang diduga adalah memorinya sendiri, tapi Frank tidak tahu apakah mimpi itu memorinya sendiri atau bukan. Karena stress dengan mimpi yang looping terus-terusan, Frank berusaha keluar dari sel, dan tentunya harus mengakali/menipu/membohongi kecerdasan buatan yang selalu mengawasinya.
Infinity Chamber ini ngangkat tema looping yang sekarang bisa ditemuin di banyak film (mati idup lagi mati idup lagi, ngulang gitu terus), tapi cerita yang didesain sebagus mungkin, bener-bener terkesan misterius dengan tidak menceritakan apa yang terjadi pada Frank, tapi juga nggak menutupi apapun di dalam ceritanya, bener-bener brilian. Pastinya susah dibikin dan menarik perhatian.
Bahkan, sampai akhir film aja kita masih bisa dibuat bertanya-tanya. Saya sampai berusaha nyari penjelasan sebenarnya dari ending film ini karena menyadari satu hal menarik yang mungkin beberapa orang tak sadari :D Sampai ada forum diskusinya juga loh buat ngomongin ending film ini.
2. Zenith (2010)
Zenith menceritakan dunia retro-steampunk di masa depan yang kehilangan rasa kemanusiaan, bahkan beberapa kata dan kalimat yang berhubungan dengan rasa kemanusiaan itu punah.
Jack, sang tokoh utama, berusaha mencari tahu alasan menghilangnya rasa kemanusiaan setelah mendengar adanya proyek konspirasi bernama Zenith. Ternyata, Jack bukanlah orang pertama yang mengetahui konspirasi itu, karena ternyata di masa lalu, ayahnya juga berusaha mengungkapkan hal yang sama. Jack akhirnya berusaha mengikuti jejak ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuliah di jurusan matematika itu ...
Acak"Kenapa kamu mau masuk jurusan matematika?" "Karena suka ngitung." Kalau jawab kayak gitu, mungkin bakal diketawain sama anak matematika. Buat yang ingin tau seluk beluk mengenai dunia perkuliahan di jurusan ini, silakan dibaca mengenai beberapa pen...