Bab 22

20.3K 1.2K 25
                                    

Istrinya bukan orang yang suka memendam perasaan dan menunda menyelesaikan masalah. Sejak mereka menikah, segala masalah selalu selesai hari itu juga. Tidak berlarut-larut. Pantang tidur bersama dalam keadaan kesal atau marah. Lagi pula Sidiq tidak tahan apabila tidak bisa memeluk Sandri saat tidur.

Itu sudah mereka jalani selama ini. Tapi tidak kali ini.

Sejak pertengkaran mereka, istrinya tidak lagi mengungkit-ungkit tentang Maya. Setelah memutuskan untuk tidak berangkat kerja hari itu, Sidiq menemani Sandri seharian. Istrinya sama sekali tidak keluar kamar, kecuali untuk makan saat sore.

Sidiq tersiksa dengan diam Sandri. Lebih baik istrinya marah dan meluapkan isi hatinya. Tidak dingin seperti ini.

Keesokan hari Sandri masih menyiapkan keperluannya. Dia juga membuat sarapan. Tapi semua terasa berbeda. Istrinya terasa jauh. Bahkan saat Sidiq memeluk dan mencium Sandri sebelum berangkat kerja.

Hal ini sudah berlangsung selama dua hari. Sidiq tidak tahan lagi. Dia berjanji pada dirinya, malam ini akan mengajak istrinya bicara dari hati ke hati.

Sidiq menutup laptop, sudah pukul delapan. Mudah-mudahan Sandri masih terjaga.

Tring!

Ada pesan masuk ke ponsel. Sidiq membukanya.

Maya: Kamu benar. Aku sebaiknya ke Padang menemui Da Taufan. Insya Allah aku berangkat lusa.

Ragu jarinya hendak membalas. Sejak malam itu, dia sama sekali tidak pernah menghubungi Maya. Perempuan itu beberapa kali mengirim pesan, tapi tidak Sidiq tanggapi.

Sidiq: Alhamdulillah.

Singkat dan padat. Dia tidak boleh lagi memberi perhatian lebih pada Maya, atau siapapun. Itu akan menyakiti istrinya. Sidiq juga tidak suka bila istrinya ngobrol terlalu akrab dengan laki-laki lain di ponsel.

Maya: Bisa ketemu malam ini? Aku benar-benar tidak tahu harus bicara apa saat bertemu dengannya nanti.

Kalau dulu, Sidiq mungkin akan menjawab 'ya'. Tapi sekarang tidak. Dia menyadari terlalu lemah terhadap Maya. Sidiq tidak ingin mengecewakan perempuan itu. Tapi pilihan yang dia buat malah mengecewakan istrinya.

Sidiq sadar apa yang dilakukannya salah. Dia memperhatikan perempuan lain selain istrinya. Seharusnya dari dulu dia menolak ajakan Maya. Tapi sekali lagi, Sidiq terlalu lemah.

Sidiq: Maaf aku tidak bisa.

Maya: Sebentar saja. Penting untuk membuat Da Taufan berpihak padaku. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Sidiq: Maaf, aku benar-benar tidak bisa.

Maya: Besok?

Sidiq: Tidak bisa.

Maya: Tidak harus malam. Aku bisa ke sana saat makan siang.

Sidiq: Maaf. Sebaiknya kita tidak bertemu lagi.

Maya: Kenapa? Apa Sandri keberatan?

Sidiq: Karena memang seharusnya kita tidak bertemu. Kita sama-sama sudah menikah. Apa yang kita lakukan akan menyakiti hati pasangan masing-masing.

Maya: Kita tidak melakukan apa-apa.

Sidiq: Apa Taufan tahu kamu menemuiku malam-malam?

Jeda satu menit.

Maya: Tidak.

Sidiq: Aku doakan semoga masalahmu dengan Taufan segera mendapat penyelesaian. Maaf aku tidak bisa membantu.

London Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang