Bab 19

18.1K 1.2K 29
                                    

Udah aku tambahin yak.

Mudah-mudahan masih dapet yah feel-nya

He he ....

Beberapa hari ini seperti kehilangan ide untuk menulis.

Insya Allah besok aku tambahin lagi.

Enjoy

-viveramia-

==============

"Kenalin, istriku, Sandri," ucap Sidiq pada perempuan berkerudung gading di depannya.

"Sandri."

"Maya."

Sandri berusaha menghadirkan senyum di wajah. Tapi dadanya berdegup kencang. Kenapa dia masih saja terancam dengan keberadaan Maya? Padahal laki-laki yang berstatus suami perempuan itu berdiri di sampingnya. Tidak mungkin Maya mengambil Sidiq.

Tapi ... bagaimana dengan hati suaminya? Apa masih ada perempuan itu di sana? tanya Sandri dalam hati.

"Keluarga dari pihak mana?" tanya Taufan, suami Maya, pada Sidiq.

"Sinta dan Riki adik tingkat ana di Teknik," jelas Sidiq. Sekarang mereka sedang di Padang. Menghadiri pernikahan Sinta dan Riki. "Kalau antum?"

"Ana pernah kerja bareng Riki," jelas Taufan.

Sidiq mengangguk kecil. Pantas saja. Jujur dia agak kaget saat melihat Maya di sini bersama suaminya.

"Da Sidiq ini sepupu Mai," beritahu Maya seraya melirik pada suaminya.

"Ooo ...," tanggap Taufan.

"Sudah berapa lama tugas di Padang, Da?" tanya Sidiq pada Taufan. Maya dan suaminya tinggal di Jakarta. Maya bekerja di sebuah EO  sedangkan Taufan di konstruksi bangunan. Saat ini laki-laki itu sedang ada proyek di Padang.

"Sudah tiga bulan. Insya Allah enam bulan lagi selesai," jelas Taufan.

Sidiq mengangguk. Artinya selama enam bulan ke depan Maya masih akan tinggal di Jakarta. Sendirian. Setahu Sidiq, Maya tidak ada keluarga di Jakarta, tidak tahu kalau suaminya.

"Wah, lama juga, ya," timpal Sandri. "Kasihan Maya sendirian."

"Ada keluarga Da Taufan, kok, di Jakarta," sahut Maya.

Sidiq mengangguk sekilas. Benar dugaannya.

"Lagian Da Taufan juga pulang setiap tiga bulan," tambah Maya seraya menoleh ke suaminya.

"Kalau ada waktu, bisa main ke butiknya Sandri di Senayan. Atau janjian sama Mai dan Sandri, hang out. Supaya nggak bosen di rumah," saran Sidiq.

Apaaa?! teriak Sandri dalam hati seraya menahan untuk tidak menatap suaminya tajam. Enak saja! Siapa juga yang mau jalan bareng sama perempuan itu?

"Iya, kan, Honey?" Sidiq menoleh pada istrinya seraya tersenyum.

"Sure. Boleh," ucap Sandri berpura-pura senang.

Maya mengangguk kecil. "Iya, boleh. Kapan-kapan." Dia tahu istri Sidiq sepertinya tidak terlalu menyukainya. Entah apa alasannya.

Pembicaraan mereka terhenti saat Taufan melihat temannya yang lain. Dia dan Maya pamit dan beranjak dari sana.

Sandri melihat suaminya menatap kepergian Maya dan suaminya, lama .... Tiba-tiba dadanya terasa sesak. Apa lubang di hati suaminya masih ada? Rasa sakit ditolak oleh Maya, apa sudah sembuh?

Sidiq menoleh ke istrinya. Dia menemukan Sandri tengah menatapnya dengan pandangan sedih. "What's wrong, Honey?" tanya Sidiq penasaran.

"Eh, nothing." Sandri segera menguasai dirinya. "Cari es krim, yuk."

London Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang