Bab 14

16.9K 1.3K 124
                                    

Setelah satu menit yang terasa pendek, Sandri melepaskan pelukannya canggung. Dia mendongakkan wajah, menatap Sidiq hangat. Ya Tuhan, kalau tidak ada Sidiq, entah apa yang terjadi pada dirinya. Sidiq mengurusnya dengan baik. Laki-laki itu tulus menolongnya. Andai saja Sidiq punya sedikit rasa untuknya ....

Sidiq menatap Sandri jengah. Wajah perempuan di hadapannya penuh air mata. Apa sebegitu khawatirnya Sandri terhadap dirinya. Apa artinya Sandri masih memiliki rasa itu untuknya? Sidiq bisa merasakan hangat tatapan Sandri. Kehangatan itu menjalari hatinya.

"I'm sorry," bisik Sandri. "Gue tadi ...." Sandri merasa malu karena tiba-tiba saja memeluk Sidiq. Laki-laki itu pasti kaget.

"It's okay," balas Sidiq mencoba tersenyum.

Rasanya Sandri ingin menangis. Betapa dia masih mencintai laki-laki ini. Entah kutukan apa yang dia terima. Apa selamanya Sandri akan bertepuk sebelah tangan? Dadanya terasa sesak memikirkan kemungkinan itu.

Sandri tahu kalau Sidiq mengetahui perasaannya ke laki-laki itu. Tapi Sandri belum pernah benar-benar mengatakannya. Sandri ingin sekali saja memberi tahu Sidiq tentang perasaan hatinya. Tidak peduli tanggapan laki-laki itu nanti. Sandri tahu dia mungkin akan menelan kekecewaan kembali. Tapi dia tidak mau menyesal karena tidak pernah mengungkapkannya.

Tangan Sandri terulur ke wajah Sidiq. Laki-laki itu sempat berjengit sedikit, tapi dia tidak mengelak. "I love you. I love you so much ...," isaknya pelan. "Gue udah coba buat ngelupain, tapi nggak bisa." Air mata Sandri sudah mengalir di kedua pipi. Matanya kabur. Dia tidak bisa melihat Sidiq dengan jelas. Bagaimana reaksi Sidiq setelah mendengar pernyataan cintanya?

Sandri mengerjapkan matanya. Berusaha melihat lebih jelas. Tangannya masih melekat di wajah laki-laki itu. Dia merasakan tatapan Sidiq melembut.

Sandri terkesiap saat Sidiq menangkup tangannya yang berada di wajah laki-laki itu. Sebuah senyuman terpatri di wajah Sidiq. Senyuman lembut yang membuat hati Sandri berdesir halus dan memacu jantungnya bekerja lebih cepat.

Tanpa aba-aba, laki-laki itu menangkup wajah Sandri dengan tangannya yang bebas. Mendekatkan wajahnya. Dan mempertemukan bibir mereka.

Ada sesuatu yang meledak di dada Sandri. Kepalanya berdenging. Kupu-kupu beterbangan di perutnya. Sandri hampir tidak bisa berpikir. Dia hanya bisa memejamkan matanya.

Secepat itu terjadi, secepat itu pula selesai. Sandri masih merasakan Sidiq di bibirnya. Matanya masih terpejam.

"Ndi ...," bisik Sidiq.

Sandri membuka matanya perlahan. Tangan Sidiq sudah terlepas, tapi hangatnya masih terasa. Mata laki-laki itu terlihat menyelidik, menunggu reaksi Sandri atas perbuatannya barusan.

Seulas senyum terpatri di wajah Sandri. Dia menurunkan tangannya. Ini adalah hal yang paling membahagiakan. Apa artinya Sidiq mempunyai rasa yang sama untuknya?

Sidiq tidak tahu harus berbuat apa. Dia tidak berpikir saat melakukannya. Bagaimana mungkin dia bertindak sejauh itu? Menyentuh Sandri dan menciumnya. Sekarang harus bagaimana? Melihat Sandri yang begitu pasrah, membuat Sidiq tergoda dan tidak berpikir panjang. Sial! Brengsek kamu Sidiq!

"I'm sorry. Maaf, gue ... gue nggak bermaksud." Sidiq berusaha menjelaskan terbata.

Sandri tertegun mendengar ucapan Sidiq. Jadi ... laki-laki ini menyesal? Senyuman Sandri hilang. Dia menatap Sidiq sedih. Apa Sidiq hanya merasa kasihan padanya?

Sandri meninggalkan Sidiq dan masuk ke kamarnya.

Sidiq masih terpaku di sana. Tidak berusaha mengejar Sandri.

London Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang