Bab 5

14.9K 1.2K 51
                                    

"Udah di mana, Ndi?" tanya Andy saat melakukan Skype dengan adiknya.

"Bandara," jawab Sandri. "Lagi di ruang tunggu."

"Sidiq?"

"Ada."

"Oke, entar gue yang jemput."

"Beneran?"

"Beneran, lah."

"Sendirian?"

"Mudah-mudahan."

"Ha ha... kok gitu?"

"Bella mau ikut. Lo sih, pake acara ngasih tau dia."

Sandri kembali tergelak melihat wajah cemberut abangnya. Sepertinya Bella tidak memberi kesempatan pada abangnya untuk mengelak. Sandri mengerti, Bella sudah jatuh hati pada Bang Andy. "Bagus dong, jadi nggak bengong sendirian."

"Gue milih bengong sendirian." Andy serius dengan ucapannya, dari pada berdua dengan Bella di mobil. Bella itu..., apa ya.... Ganggu.

"She's my friend, you know."

"Karena lo temenan sama dia, makanya gue baik-baikin."

"Kenapa, sih? Emang Bella ganggu banget?" pancing Sandri.

"Dia itu...." Andy hendak mencurahkan kekesalannya, tapi diurungkan. "Gitu deh...."

"Gitu gimana?" Sandri tersenyum simpul. Bella benar-benar membuat abangnya pusing tujuh keliling.

"Ngapain ngomongin dia, nggak penting," elak Andy. "Ya udah, entar gue jemput ya. Take care."

"Oke bye, see you."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumassalam."

Sandri menutup aplikasi dan meletakkan ponsel di pangkuan. Dia melirik Sidiq yang duduk di depannya. Hmmm... masih sibuk dengan ponsel dan earphone di telinga.

Sandri teringat dengan pesan dari Sidiq beberapa hari yang lalu. Mereka belum membicarakan hal itu lagi. Setelah berpikir jernih, Sandri menyadari bahwa apa yang dikatakan Sidiq ada benarnya. Dia tidak mungkin selamanya tinggal di sana.

Sandri risih dengan cara berpakaian Sam di apartemen, terlalu minim. Kadang saat teman laki-lakinya ada di sana, Sam hanya memakai kaos oblong saja. Belum lagi kemesraan yang mereka tampilkan di publik.

Sandri tidak bisa protes, karena Sam sudah memperingatinya.

Sudahlah....

Nanti saja dia pikirkan hal itu. Sekarang waktunya liburan.

*****

"Ada yang jemput?" tanya Sidiq pada Sandri yang memandang keluar jendela.

"Bang Andy," jawab Sandri singkat tanpa menolehkan kepalanya.

"Gue langsung ke kosan ya?" Sidiq masih membayar sewa kosan selama setahun ini. Ada temannya yang menumpang tinggal di sana.

Sandri menoleh sekilas. "Oke." Hari ini cukup cerah. Dia bisa melihat gumpalan putih menyelimuti. Perjalanan ke Jakarta masih dua belas jam lagi.

Sandri mengotak-atik layar di hadapannya, mencari film yang cukup menarik untuk ditonton.

Sidiq membalik halaman buku, dia sudah menyiapkan beberapa bacaan untuk di pesawat. Pengalaman sebelumnya mengajarkan untuk membawa buku, bosan terus menerus menonton film. Dia melihat Sandri sedang memilih film. "Bee Movie, bagus," sarannya.

"Bee Movie? Animasi?" Tahu dari mana Sidiq film itu?

"Gue nonton pas ke London, lumayan menghibur."

London Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang