Bab 11

13.3K 1.1K 32
                                    

"Oh, ayolah. Kamu sudah meninggalkanku dengan pergi ke Jerman. Sekarang, temani aku," bujuk Will persisten.

Will meminta Sandri menemani ke pesta pernikahan anak temannya. Sebenarnya Sandri tidak mau pergi, tapi Will begitu berharap padanya. Teman macam apa dia, tidak membantu saat Will butuh bantuan?

"When?" tanya Sandri.

"Tomorrow afternoon," jawab Will senang. Sepertinya Sandri setuju untuk menemani.

"I'll see what I can do."

"Just one night, Sandri. Please .... Kamu tega membiarkan aku pergi sendiri?" bujuk Will lagi.

"Aku sedang banyak tugas." Sandri berkata yang sebenarnya. Pergi ke Jerman membuatnya ketinggalan materi. Banyak yang harus dia kejar.

"Aku akan membantumu," rayu Will.

Sandri mengembuskan napas pelan. Lebih baik dia mengerjakan tugas sendiri, daripada dibantu Will. "Okay, okay. Aku akan menemanimu."

"That's my girl." Senyum Will mengembang di ujung sana. Dia punya rencana lain untuk mereka berdua setelah pesta nanti. Sebuah kejutan yang menyenangkan untuk Sandri.

Sandri meletakkan ponsel di tempat tidur setelah saling mengucapkan selamat malam.

Apa dia mengambil keputusan yang benar? Apakah pergi dengan Will akan menimbulkan masalah baru?

Sandri meraih ponsel dan mengirim pesan untuk Sidiq.

Sandri: Will mengajakku ke pesta pernikahan anak temannya. Menurutmu bagaimana?

Sepulang dari Jerman, hubungan keduanya tidak bisa dikatakan lebih baik atau mengalami kemajuan. Berjalan di tempat.

Sandri tidak tahu apa sebenarnya yang ada di hati dan pikiran Sidiq. Untuk menanyakan Sandri malu. Bagaimana kalau ternyata Sidiq tidak punya perasaan apa-apa padanya?

Sidiq pasti tahu bagaimana perasaan Sandri padanya. Sejak dulu.

Sudah tiga puluh menit, tidak ada balasan dari Sidiq. Apa dia sudah tidur? Tapi baru pukul sepuluh malam.

Akhirnya Sandri terlelap dengan ponsel di tangan.

*****

"I'll pick you up at three," ucap Will di ujung sana.

"Tapi acaranya baru mulai jam tujuh," kilah Sandri.

"Sebelumnya, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," bujuk Will. "Please ...."

"Where?"

"Ra-ha-si-a."

Sekarang sudah pukul dua belas siang, dia masih punya waktu untuk bersiap. Sandri baru saja selesai mengerjakan tugas. Tidak ada alasan lagi baginya untuk mangkir. "Okay."

"I'll see you at three," ucap Will senang. "Bye."

"Bye."

Sandri menatap ponsel seraya menarik napas panjang. Belum ada balasan dari Sidiq. Ke mana, sih, dia?

Sandri mencari nama Sidiq dan meneleponnya. Tidak aktif.

Ya sudah. Sandri sudah menghubungi Sidiq dan menanyakan pendapatnya. Jadi dia tidak berhak marah pada Sandri nanti.

Salahnya tidak membalas pesan.

Meletakkan ponsel, Sandri masuk ke kamar mandi, bersiap untuk acara nanti sore.

London Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang