Sandri sudah mandiri sejak kecil. Mama selalu membiasakannya mengurus segala sesuatu sendiri, walau ada asisten rumah tangga di rumah. Mama juga mengajarkannya prinsip dasar dalam sebuah kehidupan, yaitu menjadi orang baik. Tidak mudah memang, tapi Sandri belajar. Bersyukur, berbagi, dan memaafkan.
Sandri bukan anak manja meskipun keluarganya berada. Papa mendidiknya untuk berusaha keras dalam mendapatkan segala sesuatu.
Sepeda pertama Sandri dapatkan setelah menabung selama enam bulan. Dia mendapat uang saku tambahan dari membantu Papa menyusun dokumen di ruang kerja.
Mobil pertama juga tidak didapat tanpa usaha. Setelah selama enam bulan terlibat dalam sebuah proyek dengan Papa, baru dia mendapat mobil baru.
Itulah yang membuatnya merintis usaha sendiri ketika masih kuliah fashion design di London. Dia sudah jatuh cinta dengan dunia usaha. Selain bisa berkarya, dia juga bisa menjadi jalan bagi orang lain untuk mendapat penghasilan.
Papa adalah idolanya dalam apa pun. Dia dekat dengan keluarga dan sukses menjalankan bisnis. Papa mengajarkannya banyak hal dalam berbisnis. Kata Papa, bisnis haruslah bermanfaat bagi orang banyak. Bisnis adalah salah satu cara bagi kita untuk membantu orang lain. Bisnis adalah membantu ekonomi umat. Boleh belajar jauh ke luar negeri, tapi tetap memikirkan negara sendiri. Apapun yang dilakukan, harus membuat nama Indonesia harum.
Tidak heran bisnis Papa menggurita. Papa mengembangkan bisnisnya ke berbagai sektor. Siapa yang tidak kenal dengan Andalusia Grup? Nama Andalusia tertera di gedung-gedung, hotel, dan real estate.
Papa tidak melarangnya berkarir di London selepas kuliah, tapi dia tidak mau. Indonesia adalah rumahnya. Lagipula, London menyisakan kenangan pahit baginya. Kisah cinta yang ingin dilupakannya. Belum pernah dia jatuh cinta sedalam ini pada seseorang. Laki-laki itu membuatnya terbang tinggi, menikmati indahnya dunia dari balik awan. Tapi sebuah kenyataan membuatnya terhempas. Sakit. Perih. Hatinya pecah, berantakan.
Walau hatinya sakit, tapi dia bersyukur, nasihat Mama masih dipegang teguh. Kata Mama, perempuan itu dilihat dari masa lalunya. Sekali saja dia rusak, maka orang akan selalu mengingatnya seperti itu. Tidak pedul dia sudah berubah menjadi orang baik.
Sejauh apa pun hubungan dengan mantannya, Sandri menjaga yang satu ini. Dia menjaga satu hal yang akan menjadi milik suaminya nanti.
Sandri tidak mudah memercayakan hatinya pada laki-laki lain sesudahnya. Kadang dia jalan dengan beberapa laki-laki yang mencoba mendekati, tapi hanya sebatas itu. Tidak diijinkan hatinya untuk mencintai.
Sandri sadar akan kecantikan dan potensi yang dimilikinya. Dia biasa menjadi pusat perhatian. Sebagai fashion designer, dia tahu betul bagaimana berpenampilan menarik, ditunjang dengan tubuh yang proposional.
Tidak terhitung laki-laki yang ingin dekat dengannya, tapi Sandri menanggapi biasa saja. Pengalaman mengajarkan agar tidak mudah memercayai seseorang hanya dari penampilan luar. Sebagai perempuan yang lebih mengutamakan perasaan, Sandri berusaha tetap sadar dengan menggunakan akal sehatnya.
Tapi untuk kali ini, Sandri tidak tahu ke mana akal sehatnya pergi. Dia rela mengejar seorang laki-laki yang tidak terlalu dikenalnya, sampai jauh ke London. Oke, dia mengenal laki-laki itu, Namanya Sidiq Kemas Badaruddin. Sepupu dari Mai, sahabatnya. Orang Palembang. Kuliah di Padang. Sekarang bekerja di salah satu perusahaan Papa di Jakarta.
Kesan pertama saat bertemu dengannya... well, dia ganteng. Bukan ganteng yang putih, hidung mancung, dan mata besar. Sidiq berkulit gelap dengan mata sipit yang tajam. Mungkin mata itu yang membuatnya terbius. Mata yang tidak pernah benar-benar menatapnya. Kata Mai, menundukkan pandangan alias menjaga mata. Tapi Sandri ingin Sidiq benar-benar menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
London Love Story
EspiritualShe. Sang Perempuan berusaha melupakan masa lalu dan melangkah ke depan. Dia berusaha menjadi lebih baik demi seorang laki-laki yang diam-diam mencuri perhatiannya. Laki-laki yang berbeda. Perempuan ini yakin, dia tidak salah memilih sang Lelaki unt...