I K C : PART 4. RUMAH KITA

276 17 7
                                    

Dhifa menahan sakit di kepalanya dengan memejamkan mata.

"Kenapa? Mau ayah panggilin dokter?"

"Nggak yah, Dhi nggak apa-apa kok. "

Suasana mencair, tawa canda kini kembali ramai di kamar rawat inap itu. Lalu sang dokter masuk ke kamar Dhifa untuk mengecek kondisi Dhifa.

"Selamat Malam. " ujar Vina dokter yang menangani Dhifa.

"Malam, dok. "

"Bagaimana ibu Dhifa? Apa ada keluhan?"

"Nggak ada dok. "

Kahfi belum menyadari bahwa sang istri sedari tadi tidak memperhatikannya.

"Oh ya dok, jadi kapan Dhifa boleh pulang?" tanya Dhirga.

"Kalau tidak ada keluhan lusa sudah boleh pulang. Jika tidak ada yang ingin di tanyakan lagi, saya permisi ya. Selamat malam. " ujar Vina yang mendekati pintu dan keluar meninggalkan kamar Dhifa.

Dhifa menyapa Rey. Ia banyak mengobrol seperti teman lama yang baru bertemu kembali. Ia menanyakan kabar Rey. Rey sekarang tinggal dimana, sekarang Rey SMA nya dimana.

Rey menceritakan hal itu kepada Rebecca, mereka lalu menemui dokter bersama dengan Kahfi. Sang dokter menyimpulkan bahwa ingatan Dhifa kembali ke masa lalu. Mungkin karena akibat banyaknya benturan dikepala dan kecelakaan yangg hampir serupa.

Lalu Dhirga bertanya pada Dhifa, apakah ia ingat semua kejadian yang menimpanya saat berada di rumah Dhirga. Dhifa mencoba mengingat hal-hal  sebelum musibah itu menimpanya, namun yang ia ingat malah kejadian 8 tahun lalu yang menimpanya saat ia masih duduk di bangku kelas 12.

"Dhi, kamu udah lulus SMA, udah jadi Sarjana. Dan kamu juga udah nikah. "

Dhifa kaget. Ia hanya mengingat kejadian yang menimpanya saat masih mengenakan seragam SMA. "Nggak mungkin, kak. "

"Ini udah tahun 2019, dek. "

Rebecca mendekat ke ranjang Dhifa. "Udah 8 tahun yang lalu, Dhi. "

Dhifa terdiam. Ia syok. Tak banyak bicara. Dhirga menoleh ke arah kerumunan keluarganya yang sedang berbincang di sofa ruang kamar Dhifa.

"Ntar kita sambung lagi ya. Sekarang kamu istirahat. "

Rey menepuk bahu Kahfi, dan meyakinkan Kahfi bahwa Dhifa akan segera pulih.

"Lambat laun Dhifa akan pulih dan mengingat semuanya kembali seperti sedia kala, tapi memang butuh waktu, perlahan ia akan ingat, lakukan hal-hal yang biasa ia lakukan, moment-moment bahagia kalian misalnya. "

"Tapi dia nggak inget Kahfi dok, suaminya. " ujar Rey.

"Mungkin Anda bisa menunjukkanya photo kalian berdua. " ujar Dokter Vina.

Kahfi masuk ke kamar rawat Dhifa. Ia mengajak Dhifa mengobrol.

"Katanya Dhifa udah boleh pulang, " ujar Kahfi.

Mereka mengemasi barang-barang Dhifa dan pulang kerumah, di sepanjang perjalanan Kahfi malah mencoba berbaur kepada Dhifa,

"Dhi? Kamu nggak inget aku?"

Dhifa menggeleng.

"Dia itu, suami lo dek!"

"Hah! Masa sih kak?"

"Nanti kamu liat foto-fotonya ya. " ujar Kahfi.

Dhifa mengangguk seakan percaya atau tidak, ia ragu terhadap seseorang disampingnya itu.

Ketika Dhirga dan Tisya mengantar mereka ke arah rumah mereka, Dhifa malah tidak mau.

"Kak, kita kan mau pulang? Kok kesini, "

"Rumah kita kan disini, Dhi. "

"Apasih! Kita-kita! Kamu ya kamu, aku ya aku. "

"Kak, anterin Dhi kerumah. " sambung Dhifa.

Dhirga melihat ke arah kaca yang memantulkan ke arah Kahfi, Kahfi mengangguk. Sesampainya di rumah orang tua Dhifa dan Dhirga. Dhifa berteriak menghampiri rumah kedua orangtuanya.

"Assalamu'alaikum.." teriak Dhi.

"Dhi, pelan-pelan. "

Dhifa menoleh ke arah Kahfi dan menatap sewot Kahfi.

"Wa'alaikumussalam." ucap lembut ibundanya tercinta

"Ibu kok ninggalin Dhi, sama orang itu lagi. " keluh Dhifa.

"Sayang, itu suami kamu." ujar Ibu mencoba menjelaskan.

Ayah Dhifa, pak Setya mengusap kepala putri bungsunya itu. "Coba mana anak ayah, yang manja. "

Dhifa masuk kerumah ibunya, ia melihat foto-foto pernikahannya, ia heran dan terus mencoba mengingat.

"Hp kamu, Dhi. "

Kahfi memberikan ponsel Dhifa, Dhifa duduk di sofa membuka kaos kakinya sembari melihat galeri hpnya, chat di hpnya, panggilan masuk, dan yang ia temukan adalah Kahfi, lagi-lagi orang yang sedang bersamanya itu, Kahfi-Kahfi dan Kahfi.

"Ini, kamu edit semua ya. " ketus Dhifa.

"Kurang kerjaan buat ngeditin foto cuma buat ngeyakinin kamu. "

"Kamu tidur sana disofa, aku nggak percaya kalo kamu itu suami aku. " ujar Dhifa yang masih tidak percaya.

"Kalo itu mau kamu."

Malamnya, saat makan malam. Ibu memasak soto kesukaan Dhifa, akankah Dhifa ingat? Akan makanan kesukaannya atau malah mengingat kejadian dirumahnya ketika Nicholas datang kerumahnya dan tak lama Kahfi pun datang, hingga akhirnya Kahfi terbakar api cemburu.

Istiqomah Karena Cinta (SEQUEL HIJRAHKU BAWA AKU PULANG) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang