I K C : PART 5. SOTO AYAM DAN KENANGAN

221 16 5
                                    

Hari-hari kelam bagi Dhifa kini ia jalani. Pagi itu Dhifa menuruni tangga kamarnya, dengan rambut yang diikat dan baju tidur berwarna biru muda bermotif awan. Belum sampai di 6 anak tangga terakhir, ingatan Dhifa mulai terlihat.

Flashback On

8 tahun yang lalu, saat Dhifa sedang membantu ibu memasak soto dirumahnya.

"Ibu, masak apa?" ucap Dhifa sembari menyandarkan kepalanya dipundak ibunya.

"Masak Soto sayang." sembari mengelus pipi Dhifa.

"Dhi mau bantuin boleh?" tanya Dhifa.

"Tentu dong, nih pake clemeknya dulu ya. " ibu mengecilkan api kompor lalu memakaikan clemek berwarna pink muda kepada Dhifa.

Dhifa menikmati acar memasak bersama Ibunya. Lalu suara ketukan pintu terdengar. Dhifa menghampiri pintu dan melihat seorang pemuda yang merupakan mantan kekasihnya.

Flashback Off

Dhifa lalu menghampiri Dhirga yang sedang berdiri didepan balkon teras. Dhifa bertanya, dimana pemuda itu sekarang. Dhirga lalu menjawab Kahfi sedang kembali kerumah mereka, merapikan beberapa barang dan membereskan rumah.

"Kak, kalau pun aku nikah. Seharusnya aku sama Nicholas. Bukan sama si Kahfi itu. "

"Kenapa Nicholas? Karena dia mantan kamu?"

Dhifa sejenak terdiam. Ia lalu ingat tentang kepergian Nicholas yang membuat nya makin terpuruk.

"Dhi, coba tanya Ecca. Dia yang banyak tau soal kamu. Maaf ya, kakak, ayah sama ibu jarang banget dirumah. Jadi nggak tau. Yang kami tau, cuma Kahfi. Orang yang jadi suami kamu sekarang. Ingatan kamu mungkin memang belum pulih, tapi Dhi harus percaya. Kahfi itu suami kamu. "

Setelah soto ayam jadi, mereka makan bersama. Lalu siangnya, Dhifa pergi menemui Rebecca. Rebecca banyak bercerita tentang Dhifa. Mulai dari Rebecca yang dulu sering mengajaknya untuk pergi ke tempat hiburan malam, terjatuh dari sepeda ketika dikejar orang gila, merayakan ulang tahun Adinda pada pukul 12 teng tengah malam sampai-sampai di kira maling karena memanjat pintu pagar. Menjenguk Embun yang terkena DBD. Mendorong motor dari sekolah sampai ke bengkel karena pecah ban. Salah labrak oleh kakak kelas, karena mengira orang yang merebut pacarnya adalah Dhifa padahal yang benar adalah Lathifa bukan Dhifa. Masuk ruang BK karena menampar salah satu siswa hingga giginya copot.

"Itu bukan salah gue! Emang dasar gigi nya udah mau copot kok, karena kegampar jadi copot beneran. " bela Dhifa.

Rebecca tersenyum. Ia mencoba meyakinkan Dhifa. "Dhi, ini bukan soal ingatan yang hilang. Bukan soal percaya atau nggak percaya sama apa yang kamu alamin. Ini soal keyakinan hati kamu, kamu milih Kahfi juga karena yakin bersama dia kamu lebih deket sama Allah. "

Dhifa tertunduk. Lalu Rebecca memeluknya. Sembari membisikan ditelinganya.

"Cepet pulih ya, sahabat bawel gue. "

Sepulangnya dari rumah Rebecca, Dhifa melihat Kahfi yang sudah kembali kerumah ibu nya. Dhifa mengucapkan salam, lalu masuk dan mencium punggung tangan orang rumah. Kahfi melihatnya, berharap Dhifa akan kembali mencium punggung tangannya.

Dhifa mengulurkan tangannya. Muka nya masih terbilang bete. Tidak mood, masih ragu, tapi masih ia jalankan. Ia sudah berusaha yakin.

"Mau salaman. "

Kahfi tersipu. Ia tersenyum sembari menatap Dhifa penuh harap.

"Nggak usah ge-er deh. "

Sejak itu, Dhifa sudah mulai mau mengalah dengan ego nya. Perlahan memulihkan ingatannya dengan kumpulan foto dan cerita.

"Kamu ngantuk, sayang?" Tanya Tisya pada gadis kecilnya.

"Yaudah, yuk kita bobo. " ajak Dhirga kepada istri dan anak nya. Tisya lalu menggendong Raisa yang sudah mengantuk ke kamar.

"Ibu juga tidur duluan ya, selamat malam. " Ibu tersenyum melihat Kahfi dan Dhifa.

"Jangan tidur larut malem. " Dhirga mengacak rambut adiknya yang fokus menonton sembari mengemil.

Dhifa yang terbaring di sofa, dengan bantal berwarna hijau bermotif keroppi yang disandarkan di bagian lengan sofa. Mmmm. " dehem Dhifa.

Kahfi yang duduk di sisi kiri Dhifa menatap wajah Dhifa, Dhifa pun merasa bahwa Kahfi sedari tadi menatap ke arahnya.

"Kamu nggak modus kan?" Tanya Dhifa yang kemudian duduk.

"Modus?"

"Dari tadi kamu liatin terus. Dari pada ngeliatin mending kamu cerita-in setiap moment yang ada di galeri hp aku. " pinta Dhifa.

Dhifa memandang wajah Kahfi, kini mata mereka saling menatap. Kahfi perlahan menceritakan semua kenangan yang ada di setiap foto. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Dhifa sudah hampir di batas akhir foto. Namun Kahfi meminta nya untuk istirahat.

Dhifa menaiki tangga dan sejenak merenung ia kemudian menoleh ke arah Kahfi. Lalu menghampiri Kahfi, dan menariknya.

"Aku masih nggak percaya, dan aku nggak inget sama Kahfi, tapi selalu ada yang buat aku yakin kalo dia suami aku. "

Aku kayak inget seseorang, dia sering banget nyebutin kata-kata kekasih halal, tapi aku lupa,kenapa aku nggak inget!!! Ya Allah, tolong hamba, -Gumam Dhifa yang kemudian kembali menuruni tangga.

"Sini Dhi, jangan ngintip gitu nggak baik loh. " ledek Kahfi yang sudah tau bahwa istrinya sedang memperhatikannya.

"Si-siapa yang ngintip? Orang aku lagi garuk kaki kok, digigit nyamuk."

Kahfi mendekati Dhifa yang duduk di tangga. Ia bersimpuh di hadapan Dhifa. Memeriksa kaki mana yang digigit nyamuk. "Mana katanya digigit nyamuk nggak merah tu kakinya. "

"Udah ah, mau tidur ngantuk. "

Kahfi hanya menatap Dhifa yang perlahan menaiki tangga. Dhifa lalu menoleh, dan menarik tangannya untuk segera menaiki tangga. Mereka lalu sampai di kamar. Dhifa segera beristirahat. Ia menutup muka nya dengan bantal guling. Sementara Kahfi meliriknya.

"Selamat tidur, Dhi. " ucap Kahfi yang kini menatap Dhifa yang berada dihadapannya hanya saja terpisah oleh guling.

"Selamat tidur, Kahf. " bisik Dhifa.

Istiqomah Karena Cinta (SEQUEL HIJRAHKU BAWA AKU PULANG) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang