I K C : PART 22. BEDA KISAH

112 8 1
                                    

Embun membuka galeri ponselnya, ia melihat beberapa fotonya saat berlibur kemarin. Embun berharap agar musibah yang menimpa negerinya cepet usai. Embun dan Devano yang terpaksa menunda pernikahan mereka demi kebaikan bersama, dan menunggu sampai covid-19 benar-benar hilang dari muka bumi. Minggu ke minggu, kenaikan angka kematian akibat virus covid-19 makin bertambah, rasa khawatir makin menggebu. Larangan demi larangan makin memenuhi lingkup hidup.

"Babe, aku bukannya nggak mau nemuin kamu. Tapi ini demi keselamatan bersama, kita masih bisa telponan, masih bisa video call jadi untuk sementara waktu kita tunda semua pertemuan ya. "

Embun berulang kali memutar ulang voice note dari Devano. Embun harus bersabar, karena ini hanya cobaan.

 Embun harus bersabar, karena ini hanya cobaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sementara itu, Adinda harus menutup kedainya selama dua minggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sementara itu, Adinda harus menutup kedainya selama dua minggu. Dan hanya menerima pesanan via online dari rumah.

Adinda berulang kali memijat pelipisnya, pusing bukan main, karyawan harus tetap gaji apalagi mereka sudah seperti keluarga bagi Adinda. Beruntungnya, Adinda selalu punya dukungan darimana pun. Para karyawan Adinda sering berkunjung kerumahnya, untuk membantu Adinda menyiapkan pesanan dari rumah.

"Nanti hand sanitizer nya di kasih ke setiap ojol yang terima orderan kita ya, terus jangan lupa jaga jarak dan pastiin mereka pake masker. " ucap Adinda yang masih terbaring di sofa menunggu notif pesanan.

30 menit kemudian, ponsel Adinda berdenting satu pesanan masuk.

"4 caramel latte, 1 matcha, 2 cappuchino. " ujar Adinda seketika duduk dari baringnya.

Mereka bergegas ke dapur, mengolah dan membuat minuman. Bersyukur sekali, Adinda masih bisa memperkerjakan karyawannya, dengan adanya pemesanan via online dari rumah.

Silih berganti, para ojol datang kerumah Adinda. Semua menjaga jarak 1 meter demi kesehatan dan demi kenyamanan bersama. Adinda juga membagikan takjil berupa kopi dan roti kepada ojol yang mendapat pesanan disaat magrib tiba. Walau Ramadhan ini semua keluarganya harus tetap dirumah, ia masih bersyukur bisa membagi sedikit rejeki yang ia punya.

"Buka bareng disini, ya? Siapa tau masih banyak pesenan, nanti pulangnya biar mas sama Dinda yang anter. " pinta kakak Dinda yang sedang membantu menyiapkan makanan berbuka puasa.

Karyawan kedai Adinda sudah sangat terbuka dengan Adinda maupun kakaknya.

Berbeda dengan Rey yang harus menjalani kisah cinta jarak jauh. Rey mengirimkan foto di kondisi kota yang Rey tempati sudah mulai sepi.

 Rey mengirimkan foto di kondisi kota yang Rey tempati sudah mulai sepi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu, Rey di temani Bash hewan peliharaannya disana. Berjalan di kota dengan suasana jalan yang mulai sepi dan semua orang menjaga jarak. Rey berharap musibah ini cepat selesai, agar ia bisa kembali ke Indonesia dan berjumpa dengan Rebecca.

Setiap hari di Negeri yang Dhifa dan teman-teman tempati semakin mencekam, isu-isu yang tak jelas kabarnya dan belum tentu ada benarnya semakin menjadi momok bagi semua orang. Jika tidak pandai memilah berita dan gampang terpengaruh dengan kabar burung, kita makin akan terpuruk, merasa terpenjara di bilik rumah sendiri. Sekolah berbulan-bulan di liburkan, krisis ekonomi makin meninggi, angka kematian naik, dan peraturan makin di perketat.

Bulan demi bulan di hadapi, sekarang negeri ini memulai hidup baru. New Normal. Aturan dan semua kedisiplinan demi keselamatan, harus sesuai protokol kesehatan. Usaha-usaha kecil maupun besar berangsur membaik, semua serba online. Jualan online, semua serba diantar jemput, kita tetap dirumah.

Acara tv premier banyak ditayangkan, semua serba diskon, belanja gratis ongkir di perpanjang, voucher makanan membludak, namun kenaikan sembako makin tinggi di tengah bulan Ramadhan yang kunjung berakhir. Keuangan menipis, banyak usaha yang gulung tikar, tutup sementara, dan kehabisan modal, serta merugi.

Acara pesta pun ditunda, semua acara yang membuat keramaian ditunda dan dengan terpaksa dibubarkan. Pernikahan hanya berlangsung di KUA, hanya dengan maksimal 20 orang, dan hanya melaksanakan akad terlebih dahulu. Ibadah hahi ditunda, semua di stop. Seperti menghentikan waktu, Allah ingin kita lebih fokus dengan ibadah.

Sebagian orang tidak bisa pulang dan bertemu dengan keluarga, dan sebagian lagi tetap berkumpul dengan keluarga. Kesibukan mereda, semua harus tetap dirumah, dan memastikan satu sama lain baik-baik saja.

Semua yang awalnya sulit bertemu, sekarang bisa dengan leluasa bercerita. Semua yang awalnya sulit meluangkan waktu, sekarang punya banyak waktu untuk menikmati hidup. Dan banyak bersyukur.

Ada yang menggunakan masa pandemi ini sebagai ajang pembelajaran, belajar menghargai waktu, belajar menghargai pertemuan, belajar agama, belajar masak, dan semua yang dahulu sangat sulit dipelajari hanya karena sibuk.

Istiqomah Karena Cinta (SEQUEL HIJRAHKU BAWA AKU PULANG) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang