I K C : PART 8. MENANTI DIBAWAH HUJAN

199 17 2
                                    

Ayudia menceritakan awal pertemuannya dengan sang suami. "Ya, gitu deh. Dhi jadi Mc dan kita nggak salah pilih. Dhi emang cocok banget ditugasin buat jadi MC. Oh ya, asal kamu tau aja ya Kahf, karena seminar Dhifa aku ketemu Bram, dan dari situlah aku deket sama Bram. Allah menakdirkan aku buat ketemu Bram di acara Seminar Dhifa. " senyum Ayudia yang menggenggam tangan Bram yang kini melihatnya.

Dhifa hanya tersenyum. Ia lalu mengingat kembali tentang semua hal yang sudah ia lalui snpa Kahfi semasa kuliah.

"Aku inget, waktu itu aku seminar tentang Hijrah, siapa takut? Iya kan?"

Dhifa perlahan mulai ingat, beberapa kejadian yang mengingatkannya akan setiap perjalanan hidupnya, yang membuat ia tiada hentinya bersyukur bahwa banyak cara Allah memulihkan ingatannya.

Setelah bercerita banyak hal, merekapun pulang kerumah masing-masing. Sesampainya dirumah, Kahfi menerima telpon dari seseorang lalu ia bergegas pergi.

"Kenapa?" tanya Dhifa yang melepas tas selempangnya.

"Aku ada urusan Dhi, jangan kemana-kemana ya sayang. "

Dhifa mengangguk dan mencium punggung tangan Kahfi, Kahfi pun mencium kening Dhifa. Tak lama setelah Kahfi pergi, Dhifa menerima video call dari Rebecca.

"Assalamu'alaikum. " dengan wajah ceria Rebecca melambaikan tangan kepada Dhifa.

"Wa'alaikumussalam. " senyum Dhifa.

"Dhi? Liat nih!!" seru Rebecca yang menunjukkan cincin berkilau berwarna silver.

Dhifa sumringah dan menebak apa yang suda terjadi. "Cincin? Jangan-jangan! Ih kamu udah tunangan!!"

Eca mengangguk bahagia, ia seolah menggila dikamarnya.

"Kamu lagi dikamarkan?"

"Iya, kenapa Dhi?"

"Bentar, mau buka jilbab. "

Dhifa menggeser ponselnya ke kiri, ia mengunci pintu rumahnya dan membuka hijabnya.

"Oo, mau buka jilbab?"

"Iya hehe, "

"Eh, btw Kahfi mana?"

"Lagi ada urusan, baru aja dia keluar. "

Mereka bercerita penuh canda dan tawa, selayaknya seperti sahabat sejoli. Rebecca menceritakan tentang kedatangan Rey yang mendadak kerumahnya. Dan Rey memberikan cincin kepada Rebecca. Mereka juga bercerita tentang awal pertama kali mereka bertemu.

Flashback On

Saat itu, Dhifa berjalan memasuki koridor kelas, Dhifa yang notabenenya berasal dari Sekolah Menengah Pertama berbasis keagamaan mengenakan jilbab nya di masa orientasi siswa, lalu keesokkannya saat ia mulai belajar di SMA ia menguraikan rambut hitamnya.

Rebecca yang kala itu mengenakan tas punggung berwarna abu-abu, rambut panjang melebihi siku yang berwarna coklat dengan rok SMA selutut, tengah berjalan seorang diri mencari kelasnya, tanpa ia sadari ia tak sengaja menabrak seorang pria yang tengah minum.

Bruk

Air itu tumpah membasahi seragam pria itu.

"Sorry, sorry gue nggak sengaja!! " ujar Rebecca.

Sang pemuda segera menepikan air yang terus menerus menyerap ke seragam nya. "Kalo jalan liat-liat, bisa kan!"

Dhifa segera menghampiri Rebecca yang kala itu belum saling kenal. "Dia kan udah minta maaf. Nggak usah ngegas dong!" kesal Dhifa.

Mata pemuda itu tertuju pada sumber suara. Gadis dengan rambut hitam se-siku. Tahi lalat kecil di sekitar bawah bibir. Bulu mata lentik.

Cantik.

Itu kata pertama yang terbesit di pikiran Nicholas.

Sementara Nicholas masih sibuk memperhatikan Dhifa, Dhifa malah menawarkan ajakan untuk mencari kelas bersama dengan gadis berambut coklat disamping nya. "Lo lagi cari kelas kan? Mau bareng?" Ajak Dhifa

Rebecca mengangguk, mereka lalu meninggalkan Nicholas sendirian.

"Lo yang kemaren pake kerudung kan?"

Dhifa memulai perkenalan. "Iya, gue Dhifa. " senyum Dhifa.

"Gue Rebecca, panggil aja Eca. " mereka saling berjabat tangan.

Flashback Off

Itulah awal persahabatan mereka. Dhifa dan Rebecca nostalgia bersama sembari mencoba memulihkan ingatan Dhifa seutuhnya.

"Dhi? Gue tidur duluan yah. Udah ngantuk parah ini. "

"Iya-iya, dah Eca. "

"Dah Dhi, yang semangat ya nungguin suami pulang. " ledek Rebecca.

"Hahaha. Dah Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. "

Lambaian tangan mereka mengakhiri video call tersebut. Dhifa mengambil selimut di kamar atas, ia membawa selimut ke bawah dan berbaring disofa sembari menanti kedatangan Kahfi. Hujan turun dengan derasnya, Dhifa yang tengah terbaring di sofa tak sengaja tertidur saat menanti Kahfi.

Suara mobil datang menghampiri rumah Dhifa, ia terbangun dari tidurnya dan segera mengibas selimutnya. Dhifa membuka kunci rumahnya dengan raut muka bantal dan rambuy yang acak-acakan. Ia berdiri di pintu yang setengah terbuka, ia melihat seorang pria yang turun dari mobil di tengah dinginnya hujan yang mulai reda.

"Assalamu'alaikum. Kamu belum tidur?"

"Wa'alaikumussalam"

Dhifa menjawab dengan suara parau. Lalu menggeleng dan mengusap wajahnya.

"Padahal, aku bawa kunci satunya, Dhi. " ujar Kahfi merasa tak enak hati membuat Dhifa harus terjaga menunggunya. Kahfi lalu menutup pintu rumahnya.

Dhifa menatap Kahfi yang kemudian duduk di sofa, lalu ia berdiri dibelakang Kahfi dan merangkulnya. "Ya, nggak apa-apa. Kan nungguin suami. "

"Baju kamu basah. Ganti baju dulu ya. " ujar Dhifa yang menempelkan dagunya di atas kepala Kahfi.

Kedua tangan Kahfi mengusap pipi Dhifa.

"Aku cinta sama kamu, Dhi. "

Pipi Dhifa memerah, ia menahan tawa di hadapan Kahfi namun tawa itu lepas seketika.

"Kok ketawa, sih?"

"Aku juga cinta sama kamu, sayang, "

Dhifa mencubit kedua pipi Kahfi. Lalu berpindah ke sofa.

"Ganti baju, terus makan ya sayang. Jangan lupa sholat."

Kahfi tersenyum mendengar perkataan istrinya. Kahfi bersyukur Dhifa menjadi istrinya, ia sangat mencintai wanita yang bersamanya itu.

Istiqomah Karena Cinta (SEQUEL HIJRAHKU BAWA AKU PULANG) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang