Rebecca meletakkan handphone dengan case polos berwarna pink di atas laci kamarnya. Beberapa saat yang lalu ia mengakhiri panggilan via suara antara dirinya dan ibunda Rey.
Rebecca masih tak percaya, segala keraguan yang ada dalam pikirannya sirna seketika. Kegelisahan, kekhawatiran dan kegundahan mendadak lenyap. Semua doa akhirnya dikabulkan. Begitulah kira-kira yang ada dalam benak Rebecca. Seorang gadis berusia 26 tahun. Yang akhirnya mendapat kepastian langsung dari seorang wanita yang melahirkan pemuda dambaannya.
Mama mewakili Rey mau melamar Rebecca jika berkenan, nanti malam kita adakan pertemuan via tatap muka lewat Skype, atau aplikasi lain ya. Mama harap, Rebecca dan keluarga mau menerima niat baik kami.
Perkataan ibu Rey selalu terngiang-ngiang di pikiran Rebecca. Ia sudah memberitahukan semua keluarganya. Dan nanti malam mereka akan video call, mempertemukan dua keluarga besar untuk melangsungkan acara lamaran via online.
"Ya ampun, ada-ada aja ya zaman sekarang. "
"Nggak apa-apa, yang penting kan niat baiknya tersampaikan. "
Begitulah tanggapan keluarga Rebecca saat mendengar kabar mengejutkan dari putri bungsu dari dua bersaudara itu.
Rebecca sekarang sedang sibuk mempersiapkan diri, saudara-saudaranya yang lain juga sibuk menata ruang tamu, menyiapkan kursi, mengatur dan menyetel sambungan panggilan yang akan langsung ke televisi.
"Mbak, aku atasnya pake kemeja batik bawahnya pake boxer nggak apa-apa kan?"
"Ya, jangan dong! Ntar malah kelihatan. Sekali-sekali formal, dek. Nggak pake sepatu sih nggak apa-apa. " ujar Mentari yang saat itu sedang memilih baju yang akan ia kenakan.
Rebecca juga mengabari para sahabatnya, semua teramat senang saat tahu akan kabar gembira tersebut.
Akhirnya, satu demi satu tahapan akan segera ia lewati. Tahun demi tahun ia jalani terasa begitu lama. Hari-hari berat yang akhir-akhir ini ia jalani, terlebih lagi masa-masa sulit pandemi menunda pertemuan mereka.
Pandemi menjadi jarak, menjadi pembatas, namun pembatas itulah yang saling menguatkan. Demi kenyamanan dan keamanan bersama. Semua harus tetap dirumah. Tetap menjaga jarak. Dan tidak melakukan aktivitas yang mengundang keramaian.
Disisi lain, Embun malah berpikir untuk bagaimana jika pernikahannya diubah menjadi via online. Bertatap muka dengan layar televisi sebagai pembatas jarak. Seperti beberapa kejadian yang sudah ia lihat di sosial media dan di televisi. Di negeri Jiran, Malaysia contohnya terjadi pernikahan online yang melalui via telepon tatap muka atau video call yang kemudian di akses ke layar besar televisi.
"Enggak harus gitu kan?"
Suara Devano terdengar dari balik speaker ponsel milik Embun yang ia letakkan di atas kasur sedang dirinya sedang membersihkan beberapa perlengkapan pernikahan mereka yang sudah mulai berdebu.
"Tapi kan itu mempermudah. Seenggaknya selesai pandemi kita bisa ketemu dengan status suami-istri. " sahut Embun.
"Aku kurang setuju sama usulan kamu. "
"Tapi, Ecca sama Rey lamarannya via online kok. " nada suara Embun mulai terdengar kesal.
"Mereka kan wajar kalo mau dilangsungkan secepatnya, kamu kan tau gimana pertemuan terakhir mereka. "
Embun akhir-akhir ini sering sekali berselisih paham dengan Devano. Berbeda dengan Adinda yang makin dewasa dalam berpikir, ia dan Mas Abi tidak terburu-buru dalam bertindak. Begitu juga dalam mengambil keputusan untuk menikah, mereka menikah karena memang sama-sama siap.
Menikah itu besar tanggung jawabnya. Sampai akhirat pertanggung jawabannya. Jadi, jangan sampai salah langkah. Memang tidak semua yang menikah akan selalu bersama. Namun karena bersama, seharusnya itulah yang menjadi alasan untuk tidak saling meninggalkan.
Seperti Dhifa yang merasa sangat beruntung memiliki pasangan seperti Kahfi. Walau sering kali bertengkar hanya karena hal sepele. Contohnya saja, Kahfi yang sering kali salah memasukkan pakaian di mesin cuci, dan baju Dhifa menjadi korban dari kemeja batik milik Kahfi yang luntur. Sering bertengkar hanya karena persoalan episode sinetron, dan konflik yang terjadi di berbagai acara televisi. Sering beragumen, berbeda pendapat dan saling memojokkan.
Mereka menikah diusia yang terbilang muda. Usia Dhifa yang kala itu 22 menginjak usia 23 tahun. Dan Kahfi yang sudah berusia 24 tahun.
Bagi Kahfi menikahi adalah kemantapan hati, yang harus siap lahir dan batin. Harus siap bertengkar, berbeda pendapat, atau malah harus mengalah. Dan menerima semua kejadian tak terduga. Kahfi bukanlah malaikat, ia hanya manusia biasa yang selalu menjaga hatinya. Begitu pula dengan Dhifa yang memiliki banyak kisah. Dan kapal terakhirnya adalah Kahfi.
"Kamu nggak mikirin soal omongan tetangga lagi kan?" Tanya Kahfi yang sedang membuka tutup ember cat besar.
Dhifa yang saat itu sedang merapikan koran di lantai agar cat tidak mengotori lantai kamar, menjawab pertanyaan Kahfi dengan pernyataan bahwa dirinya memikirkan Kahfi.
"Sayang, kamu nggak perlu mikirin perasaan aku. Aku yang harusnya khawatir, apa kamu nggak apa-apa?"
Kahfi mengaduk cat di dalam ember, lalu menuangkan isi cat perlahan-lahan ke ember lain.
"Aku percaya sama Allah, kalo Allah udah percaya sama kita pasti kita dikasih secepetnya. Lagian, Allah pasti mau ngasih kita quality time dulu. 2 tahun loh aku jauh dari kamu. "
Dhifa tersenyum, ia lalu menghampiri Kahfi yang berada tak jauh darinya.
"Sayangnya aku. Bayi besarnya aku. Suami aku. " Dhifa memeluk Kahfi yang sedang mengaduk cat didalam ember yang baru saja ia pindahkan isinya.
"Ntar tumpah loh, ini!" Khawatir Kahfi.
Dhifa mencium pipi Kahfi. "Iya bapak, takut banget sih kalo catnya tumpah. " ledek Dhifa.
"Bukan gitu, ntar baju aku kotor kamu yang ngomel. "
"Terus, catnya tumpah kamu bakal ngomel buang-buang duit. "
Dhifa memberikan selembar koran pada Kahfi untuk ia taruh di sekeliling ember cat.
"Ya pasti ngomel lah. Aku!"
Mereka mulai mengecat, dari sisi sebelah kanan. Dengan roll-an cat yang panjang, Kahfi mengecat mulai dari bagian atas sedangkan Dhifa merapikan sisa cat dibagian bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istiqomah Karena Cinta (SEQUEL HIJRAHKU BAWA AKU PULANG) [REVISI]
Spiritual[ FINAL CHAPTER] Cover by Maisya. Ini adalah kelanjutan dari cerita Dhifa dan Kahfi dalam serial Hijrahku Bawa Aku Pulang. Cerita ini mengenai kehidupan mereka yang baru saja menikah. Ada beberapa kejadian. Saat Kahfi dan Dhifa pulang ke Jakarta, Dh...