I K C : PART 10. AWAN HITAM

188 16 0
                                    

Flashback Off

Kahfi dan Dhifa sedang berjalan di Mall, mereka singgah di pertokoan yang menjual pakaian. Kahfi yang baru memilih-milih baju, dihampiri oleh pramuniaga.

"Cari apa, mas?" Ujar lembut sang pramuniaga.

Dhifa menahan tawa nya. Pipi nya sampai menggelembung.

Kahfi melirik ke arah Dhifa yang berada tak jauh darinya.

"Dipanggil mas. " Dhifa masih menahan tawanya, hal-hal kecil seperti malah menjadi sumber kebahagiaan untuk Dhifa.

"Cari kebaya couple ya, Mas? Kalo mau yang single juga bisa. " rayu sang pramuniaga.

"Single? Muka udah kayak bapak-bapak gitu. " tawa Dhifa kemudian lepas. Dhifa tak bisa menahan tawanya lagi.

"Itu, adiknya kenapa mas?" tanya sang pramuniaga.

Dhifa menghampiri Kahfi, dengan membawa pilihan setelan baju muslim couple ia memberikan kepada Pramuniaga itu.

"Ini suami saya, mbak. " senyum Dhifa yang memberikan baju muslim couple kepada Pramuniaga itu, lalu ia menggandeng tangan Kahfi.

Wajah Pramuniaga itu tampak kaget, ia mengira bahwa mereka berdua adalah adik kakak. Setelah tawa Dhifa cukup reda, Kahfi pergi ke kasir lalu mengajak Dhifa untuk makan.

Setelah berbelanja, mereka pun makan di sebuah kedai, Kahfi mengambil ponselnya lalu Dhifa malah mengklik icon kamera pada ponsel Kahfi. Dhifa menaruh tangannya di pipi Kahfi lalu mendekatkan kepipinya.

"Kata orang kita mirip, banyak orang yang ngira kita adik kakak loh, " ujar Dhifa.

Kahfi pun menekan timer pada kamera ponselnya lalu ia mencubit pipi kanan Dhifa. Dan cisss.

Mereka mengabadikan moment kebersamaan mereka. Tak jarang mereka bergaya konyol, mulai dari mata yang berputar, duck face, dan masih banyak lagi.

"Ini mas, makanannya, silahkan dinikmati. "

"Makasih ya, mas. " ujar Kahfi.

"Loh, kita kan belum pesen?"

"Sekarang, Dhi makan ya pudingnya, "

Dhifa memakan puding coklat dengan toping es krim diatasnya. Suapan pertama masuk ke mulutnya, lalu suapan berikutnya ia menyuapi Kahfi. Saat ia memotong puding itu ada benda yang membuat sendok terhenti sampai dasar.

Ctak

Sebuah benda yang menghalanginya seperti kotak yang berisi sesuatu yang bersinar. Dhifa menepikan kotak yang tertutup plastik itu dengan sendok, ia menaruh plastik plastik itu di meja,

"Ini apa?"

"Buka aja. " Kahfi tersenyum.

Dhifa membuka kotak itu, dan ia mendapati gelang emas yang mungil dan lucu.

"Itu gelang buat kamu. " ujar Kahfi.

"Cantik, aku suka. "

"Aku bingung mau pilih yang mana, jadi aku pilih itu aja. "

"Makasih ya, sayang. "

Dhifa mencubit kedua pipi Kahfi.

"Ini mas. "

Pelayan kedaipun datang lagi, membawakan makanan serta kue bertuliskan "My lovely wife. "

"Kamu yang dulunya temen aku, terus jadi gebetan aku, pacar aku, tunangan aku, terus jadi istri aku. Kamu yang udah mau nungguin aku, dan kamu jadi pendamping hidup aku, I love you Dhifa. "

"Sayang, romantis banget sih!!!" ujar Dhifa yang mengelus pipi Kahfi dan berakhir dengan cubitan.

"Sakit Dhi, malu tau diliatin orang!!"

"Biarin wek."

Seiring berjalannya waktu, Dhifa tak pernah lagi pusing memikirkan soal ingatannya, perlahan ia mulai ingat tentang Kahfi.

"Oh, ya Kahf. Aku mau tanya soal email yang kamu kirimin ke aku, soal surat itu, aku nggak pernah terima. "

"Nanti aku jelasin dirumah ya, sayang. "

Dhifa mengangguk, mereka menyelesaikan makan mereka, lalu saat Dhifa kembali dari toilet dan hendak kembali ke mejanya,

"Mbak, gantungan kuncinya jatuh. " ucap lembut seseorang yang Dhifa kenali itu.

"Oh, iya makasih, " ujar Dhifa yang mengambil gantungan itu dari lantai.

Ia melihat sepatu hitam mengkilat, dan celana dasar hitam yang berdiri tepat didepannya.

"Hallo? Lama nggak ketemu. "

"Kakek!!!"

Ciuman mendarat di punggung tangan kakek tua yang masih trendy itu. Dhifa pun mengajak orang yang ia sebut kakek itu ke mejanya.

"Ini, kekasih halal Dhifa, kek. "

Kahfi mencium tangan orang yang istrinya sebut kakek itu.

Mereka berbincang-bincang. Banyak moment menarik yang tak Kahfi ketahui.

"Saya Fian, sahabat kakeknya Dhifa, kita itu satu geng sama Zian kakeknya Dhifa. Waktu dia masih kecil, sampe smp dulu sering banget ikut kami tour, eh pas sma udah jarang ketemu, yahh palingan satu bulan sekali lah, "

"Dhi itu, dulunya gimana kek?" Tanya Kahfi yang melirik Dhifa dengan senyum manis.

"Dhifa itu, anaknya asik, nggak nakal, penurut, dan nggak kayak sekarang, dia itu dulunya tomboy banget. Kemana-mana pake topi, pake sepatu, rambut di ikat, tapi pas sma udah feminim, pake rok, rambut di urai, cantik banget, dan sekarang lebih cantik."

"Ih kakek, Dhi malu. " ujar Dhifa.

"Oh, ya, maaf ya. Kakek nggak bisa lama-lama, kakek ada janji. "

"Iya kek, kita juga mau pulang kek, ntar kapan-kapan Dhi ajak Kahfi main. "

"Kakek tunggu ya. " lambaian tangan mengarah kepada Dhifa dan Kahfi yang kini berjalan keluar kedai makanan cepat saji.

Seorang pria tersenyum ke arah Dhifa yang melihat ke arah ke arah kaca kedai yang baru saja ia tinggalkan. Dhifa melihat kebelakang, dan ia merasa bahwa pria itu menuju kepadanya.

"Kenapa Dhi?"

"Orang itu, senyum-senyum ke aku? Aku kan jadi risih, Kahf. "

"Udah, mungkin kamu aja yang ke ge-er an. " Kahfi menggenggam tangan istrinya dan berjalan menuju parkiran.

Tapi aku kayak pernah liat orang itu, dimana ya? Batin Dhifa.

Dhifa menyadari seseorang yang kian memperhatikannya. Orang yang membuat Dhifa penasaran. Sampai-sampai ia merasa di ikuti.

Istiqomah Karena Cinta (SEQUEL HIJRAHKU BAWA AKU PULANG) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang