Hari begitu dingin, di luar jendela sana salju turun dengan lebatnya, menutupi atap-atap Pack House hingga hanya warna putih lah yang terlihat.
Althea memandangi hujan salju sejenak, teringat perkataan Jessica yang memberitahunya bahwa hujan salju ini telah berlangsung selama belasan tahun, terhitung sejak Alpha mereka terkena kutukan yang membuatnya tertidur panjang. Jessica bilang selama beberapa tahun pertama sejak peristiwa itu terjadi, Corleone pack mengalami kejatuhan yang parah, terutama pada bahan makanan.
Musim salju yang terjadi sepanjang tahun membuat hewan buruan semakin menipis, bercocok tanam juga sulit karena suhu udara yang tidak memungkinkan, selain pada beberapa jenis tumbuhan dan buah. Matahari jarang muncul. Sebaliknya, badai hampir menerjang setiap hari, membuat penduduk merasa putus asa. Banyak dari mereka yang memilih pergi dan bermukim di pack lain atau sekedar mengungsi.
Syukurlah, setelah beberapa tahun berlalu dan bisa menyesuaikan diri dengan keadaan, pack perlahan kembali pulih setelah mendapat bantuan dari wilayah lain dalam hal pangan dan sebagainya. Kini, pack sudah jauh lebih baik, walau tidak seperti dulu ketika masa kepemimpinan Alpha mereka.
Cerita itu membuat Althea berpikir, ternyata tidak hanya manusia saja yang sering mengalami kesulitan. Memiliki kekuatan super juga tidak menjamin hidup aman selamanya, semua sudah ditakar dengan baik oleh Tuhan.
Althea mendesah pelan sebelum kembali menjalankan tugasnya dengan muka lelah, kembali menggosok lantai dengan pel-an, membersihkan seluruh bagian sampai bersih tanpa terlewat satu kotoran pun, ia sudah melakukan kegiatan ini sejak--kurang lebih--lima belas menit yang lalu.
Terdengar aneh, hanya mengepel lantai saja perlu waktu selama itu, tapi terbilang wajar mengingat luasnya setiap ruangan di Pack house ini, Althea tentu tidak melakukannya seorang diri, karena mungkin akan memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Ada beberapa pelayan-atau yang sering disebut Omega-juga yang mengerjakan pekerjaan ini, namun mereka ditugaskan di tempat lain.
Dan Althea mendapat giliran di lantai dua, setelah sebelumnya menyelesaikan bagiannya membereskan kamar-kamar.
"Huft... Akhirnya selesai juga," desahnya lega seraya meregangkan otot persendiannya yang terasa pegal. "Ouhh, Ya ampun. Bahuku pegal sekali..." keluhnya.
Althea membereskan peralatan pel-nya, menyimpannya kembali pada ember, kemudian gadis itu berjalan ke arah dinding dekat jendela, menyandarkan punggung di sana seraya duduk di lantai yang masih setengah basah. Melepas lelah dan memulihkan sedikit tenaganya yang hampir terkuras habis.
Dari pagi hari tadi, Althea sudah disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan, dari mulai menyapu, mengelap kaca jendela, mencuci pakaian, membereskan kamar dan kini diteruskan dengan mengepel lantai.
Jika bertanya apa ia lelah?
Tentu saja, sangat lelah. Tapi Althea tidak bisa mengeluhkan pada siapapun, jadi yang bisa dilakukannya hanya mengistirahatkan tubuh sejenak di sela pekerjaan, sebelum ia mendapat panggilan lagi dan diperintah untuk mengerjakan tugas lain.
Althea memijat perlahan betisnya yang terasa kaku, ini akibat ia terlalu lama berdiri tanpa jeda. Masih tersisa bekas samar melintang karena cambukan tempo hari, tapi rasa sakitnya telah hilang sepenuhnya. Ini semua berkat nyonya Atherna.
Dia yang telah membuat seluruh luka di tubuhnya sembuh, nyonya Atherna memberikan ramuan obat yang sangat ajaib, hanya selang beberapa hari setelah meminum ramuannya dan semua luka Althea sembuh, menutup dan kering tanpa sakit sama sekali. Althea awalnya merasa aneh, tapi ia ingat dunia antah berantah ini berbeda dengan dunia manusia, apalagi nyonya Atherna adalah seorang penyihir. Maka semua menjadi masuk akal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sleeping Alpha
Werewolf"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun dari kutukan. Begitupun Arthur, ia memerlukan Mate nya, belahan jiwanya, cinta sejatinya u...