Twenty five

99.8K 8.4K 590
                                    


Suasana terasa sedikit canggung.

Althea menunduk, memilin-milin kecil selimut berkain tebal yang menghangatkan tubuhnya dengan perasaan yang tidak menentu, ini benar-benar terasa sangat mendebarkan baginya.

Apa yang akan kalian lakukan jika ditatap sedemikian rupa oleh pria yang hanya pernah bertemu denganmu dalam mimpi? Meski tahu dia adalah takdirmu, pasangan yang diperuntukkan untuk menemani sisa usia.

Sudah lama waktu berlalu sejak Althea pertama kali membuka matanya, merasakan kilau cahaya matahari redup yang menyorot matanya lewat celah jendela, hingga mendapati sosok seorang pria yang menatapnya dengan penuh rindu dan kelegaan tepat disamping-Nya, memeluknya dengan hangat dan erat, sosok seorang pria yang menjadi alasan debaran di dada Thea terasa mengentak kencang.

Arthur. Mate-nya.

Dan Selama itu juga pria itu terus menetap disampingnya, tidak sekalipun beranjak atau meninggalkannya, terus menemani Thea dengan segala perhatian. Membuat Thea jadi salah tingkah, tidak tahu bagaimana harus bersikap.

Ingin rasanya mencairkan suasana, tapi Thea tidak memiliki keberanian, dia terlalu gugup untuk memulai walapun ia tahu bahwa Arthur adalah matenya, bahkan sesaat sebelum kesadarannya kembali terenggut, Thea ingat mereka sempat saling mengatakan cinta. Tapi sekarang, Thea merasa semua itu seperti mimpi indah. Dan ketika sadar, kau mendapati dirimu bertemu seorang pangeran. Kemudian tidak tahu harus melakukan apa seperti orang bodoh.

Apakah terlalu berlebihan?

ini mungkin tidak lumrah untuk sepasang Mate yang baru saja saling bertemu, tetapi kepribadian Althea yang pemalu membuat semuanya tampak biasa. Apalagi dengan kenyataan bahwa ia baru mengetahui perihal jati dirinya yang sebenarnya, jati dirinya yang bukan seorang manusia, terlalu lama hidup dan menganggap diri sebagai manusia akibat suatu kejadian dimasa lalu membuat Thea kembali sulit untuk beradaptasi, ia masih syok berat dengan semua kenyataan yang menimpa dirinya, tentang masa lalunya yang kembali ia ingat, tentang dirinya dan semuanya. menjadi pukulan keras untuknya, masa lalu kelam yang menyakitkan.

Thea tersenyum sedih, andai ia bisa memilih, Ia ingin tetap menjadi manusia saja tanpa perlu mengingat kembali masa lalu nya. lebih baik ia hidup dalam ketidak-adilan dunia seperti dulu, namun kembali lagi, ini adalah takdirnya.

Seperti yang Ally kecil bilang. Meski menyakitkan tapi ini adalah yang terbaik. Ia memilih hidup kembali, jadi, seperti yang dikatakan moon goddess. Ia harus menjalani ini meski tak akan mudah.

Ia tidak tahu apa yang akan dihadapinya nanti, tapi Thea yakin, ia akan baik-baik saja. Karena kini, ia tidak sendiri. Ada Arthur bersamanya.

“Kenapa? Apa yang sedang kau pikirkan sweet heart? Ada yang sakit?”

Suara berintonasi berat milik Arthur membuat Thea mengangkat kepalanya, dan mendapati pria itu tengah menatapnya dengan khawatir.

“Aku tidak sedang memikirkan apapun, Alpha,” jawab Thea gugup dan kembali menunduk, tidak ingin berlama-lama menatap wajah tampan Arthur yang membuat pipinya bersemu.

Ke mana perginya semua keberanian yang dimilikinya pergi? Bukankah sebelumnya mereka telah melakukan hal intim berdua? Berciuman, walau dalam mimpi. Kesampingkan tentang ciuman di malam purnama merah itu, Karena Althea melakukannya secara refleks. Itu tidak bisa masuk hitungan.

The Sleeping Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang