Terus berlari, itulah yang Althea sugestikan dalam pikirannya. Kakinya yang terkilir ia paksa untuk bergerak, menjauh dari kejaran serigala. Meski rasanya sudah mati rasa akibat terlalu lama dipaksa berlari dalam hutan yang bermedan terjal, tapi Thea tidak sempat peduli. Bahkan rasa sakit akibat terkilirnya sudah hilang entah kemana, bodohnya Thea masih belum menyadari juga bahwa dirinya salah arah, dan semakin masuk ke kedalaman hutan yang gelap.
Ia memutuskan berhenti sejenak setelah sekian lama berlari, ia menumpukan kedua tangannya diatas lutut, membungkuk sambil mengatur nafas yang memburu tidak beraturan.
"Hahh .... Aku tidak kuat lagi--" ucapnya menahan sesak di dada dan berakhir dengan terduduk lemas di atas tanah yang mulai basah oleh air hujan.
Thea kelelahan, ia juga haus dan merasa kedinginan, cardigan yang dikenakannya telah basah kuyup, tidak membantu untuk menghangatkan di tengah cuaca seperti ini, ditambah hujan dan angin kencang akibat badai mulai turun, membuat tubuh Thea terasa menggigil.
Thea beranjak dari posisi duduknya, dengan langkah tertatih berjalan menuju salah satu pohon pinus berdaun rimbun, bermaksud berteduh dari hujan badai yang mulai mengamuk hebat.
Sesaat setelah tiba di bawah pohon, barulah Thea tersadar dengan sekitarnya yang terasa asing. Ia beranjak lagi, menghalau angin kencang dan air hujan yang menerpa wajahnya dengan lengan, melawan rasa takutnya pada petir yang menyambar-nyambar di langit kelabu, kemudian menolehkan kepalanya ke segala arah demi mengamati tempat yang asing baginya.
Namun, karena badai tengah berkecamuk, jarak pandangnya jadi terbatas, sepanjang mata memandang hanya ditemukannya pepohonan pinus yang nampak sama di matanya, meliuk-liuk tertiup oleh angin kencang.
Althea tak sebodoh itu untuk menyadari bahwa dirinya kini sedang tersesat, setelah mengingat kejadian sebelumnya ketika ia mengambil arah berlawanan dengan Celine dan teman-temannya.
"Bodoh!" rutuknya pada diri sendiri.
Selamat dari kejaran serigala, kemudian masuk ke situasi yang lebih buruk, tersesat dalam hutan ditengah badai.
Mendesah pasrah sambil merutuki diri sendiri, Thea kembali ke bawah pohon untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah dan menggigil kedinginan, ingin menolak memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini, atau bagaimana caranya agar ia bisa keluar dari hutan ini.
Thea merasa pasrah.
Bahkan sudah tidak lagi memikirkan kemungkinan ia diterkam para serigala, karena gadis itu yakin sebentar lagi pun dia akan mati kedinginan disini. Mencari jalan keluar juga percuma, Thea buta arah dan tempat ini asing baginya, ketika berlari tadi Thea tidak memperhatikan apapun karena diburu rasa takut.
Ia sudah pasrah seandainya tak selamat nantinya, mungkin itu yang terbaik. Dalam benaknya, Thea sudah terbayang adegan dramatis dimana dirinya ditemukan tewas karena Hipotermia atau tersambar petir tanpa seorangpun yang tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sleeping Alpha
Werewolf"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun dari kutukan. Begitupun Arthur, ia memerlukan Mate nya, belahan jiwanya, cinta sejatinya u...