Seven

99.9K 9.9K 335
                                    


Silau, satu hal yang ditangkap netranya saat pertama kali membuka mata.

Thea memejamkan matanya lagi untuk menghalau sinar lampu yang berlomba  memasuki matanya, menyilaukan pun penglihatannya masih remang-remang.

Hingga beberapa detik kemudian Thea kembali membuka mata, dan yang dilihatnya pertama kali adalah langit-langit ruangan berwarna putih, Thea mengerjap perlahan, masih menyesuaikan matanya dengan sinar lampu yang sangat terang, ia merasakan kepalanya yang sakit dan berdenyut, menghantarkan sengatan nyeri pada pelipisnya hingga membuat satu ringisan keluar dari bibirnya. ini sangat sakit, bagai dihujani batu secara bertubi-tubi.

Thea juga merasakan seluruh tubuhnya lemas, bahkan sangat sulit untuk sekedar mengangkat tangannya, pandangannya kini berputar, menelisik ke segala arah untuk mengetahui dimana saat ini ia berada, apakah rumah sakit? Thea bisa menghirup bau obat-obatan dari hidungnya, Tapi apa yang terjadi? Bagaimana ia bisa ada di tempat ini?

Ah ya, Thea ingat, kejadian itu yang berawal ketika ia dibully oleh anak kelasnya, geng primadona sekolah yang dipuja-puja oleh para siswa, Celline dan kawan-kawan, Thea ingat dengan jelas bagaimana mereka menyeretnya saat itu, ketika ia baru saja keluar dari kelas dan hendak pulang, Thea diseret dan dibawa paksa ke hutan di belakang gedung sekolahnya, tanpa perasaan dan nurani, menyeretnya dengan paksa bagai menyeret hewan, manusia jahat! bisanya hanya menindas orang-orang lemah sepertinya. Padahal mereka bisa seperti itu hanya karena uang orang tuanya.

Ya lemah, Thea mengakui dirinya sangat lemah dan tidak bisa membela diri, bahkan ketika para serigala jadi-jadian saat itu hendak menerkamnya, ia hanya bisa lari tunggang langgang dengan perlawanan seadanya, itu pun berakhir dengan kekalahan dirinya.

Tunggu, apa? Serigala!

Matanya sontak membola, dan refleks Thea segera mendudukkan dirinya paksa dari posisi berbaring.

"Akhh .... Kepalaku-" Thea meringis pelan seraya sebelah tangannya memegang satu sisi kepala, menahan pening hebat yang menghantam kepalanya secara tiba-tiba, sedangkan sebelah lagi menyentuh pelan punggungnya yang memberi sengatan rasa sakit menusuk. pandangannya menggelap selama beberapa detik yang memaksa Thea untuk kembali memejamkan mata, menghalau rasa pening itu, yang ia harap bisa segera hilang.

Cklek, suara kenop pintu yang diputar.

Pintu berwarna putih di ujung ruangan terbuka sesaat setelahnya, menampakkan seorang gadis muda dengan pakaian seragam maid yang langsung menyerbu masuk, menghampiri Thea dengan raut wajah khawatir.

"Anda sudah bangun nona? apa yang anda rasakan? Perlu saya panggilkan dokter?" pertanyaan beruntun keluar dari bibir gadis itu.

"Nona, Bicaralah. agar saya bisa memastikan kondisi anda," ucapnya, ketika tidak mendapat jawaban.

Beberapa saat berlalu dalam keheningan, Thea masih memejamkan matanya, rasa pening yang mendera kepalanya tidak juga hilang.

"Apakah kepala anda sakit? Sebentar, saya panggilkan Dokter-"

"Tidak apa, aku baik-baik saja, hanya sedikit pusing," ujar Thea cepat, menyela perkataan yang akan dilontarkan seseorang itu.

Ia belum melihat wujud orang yang tiba-tiba memasuki ruangannya, tapi dari suaranya Thea menebak kalau orang itu adalah seorang perempuan, dan sungguh pertanyaan beruntun yang dilontarkannya membuat kepala Thea bertambah pusing, Thea harap orang itu tidak merecokinya lagi dengan pertanyaan apapun selama beberapa menit ke depan, setidaknya sampai rasa pening di kepalanya reda.

Setelah dirasa membaik, Thea membuka kembali matanya dan ia akhirnya melihat orang itu, seorang perempuan yang mungkin mempunyai usia yang sama dengannya, bermata coklat, berambut pirang digelung rapi, dan wajah yang manis.

The Sleeping Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang