Sesosok pria dengan sepasang sayap putih keperakan terbang menukik di udara, sebelum kemudian mendarat dihalaman pack house Corleone yang luas.
Kepakan sayapnya yang kuat menyapu debu dan daun-daun yang berserak ditanah, menandakan seberapa kuat efek yang diciptakan dari kekuatannya.
Sementara sang empunya, Xandrox langsung saja mengayun kaki dengan langkah tegas menuju pintu yng sudah ia hafal diluar kepala, sepatu hitam yang kokoh membungkus kakinya menjejak lantai dengan keras, seiring dengan raut wajahnya yang menampakkan amarah berkobar.
“Arthur, si brengsek itu!” Desisnya dengan sorot mata yang memancarkan kemarahan. Hal yang sangat jarang terlihat karena Xandrox selalu bisa menahan emosi seburuk apapun suasana hatinya.
Tetapi kini, pria itu tidak seperti biasanya, amarahnya membumbung tinggi saat mendengar kabar tak mengenakkan dari sang beta, Aston Miller. Tentang Arthur yang akan melangsungkan pengangkatan Luna bersamaan dengan festival pemujaan nanti.
Awalnya Xandrox tidak menaruh kesal pada temannya itu, karena ia tahu Arthur memang telah menemukan mate-nya. Meski tentu saja hal itu merupakan sebuah anomali. karena Arthur menemukannya, disaat usia mate-nya masih belia, sesuatu hal yang mustahil terjadi sebab pasangan mate akan saing mengenali setelah memasuki fase usia dewasa, tetapi Arthur yang mempunyai kekuasaan tentu bisa berbuat apapun yang dia mau. Tidak ada hukum mutlak yang bisa menghentikannya untuk mengangkat Ally sebagai Luna.
Namun, yang Membuat Xandrox murka ternyata bukan Ally—gadis kecil—itu yang akan diangkat sebagai Luna, melainkan Amarantha. Wanita yang selama ini menjadi teman mereka.
Xandrox tentu tidak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah Arthur sudah gila? Mengapa dia bisa-bisanya akan mengangkat wanita yang bukan mate-nya menjadi Luna? Apalagi ini Amarantha, perempuan yang ia tahu kalau Arthur selalu menjaga jarak dengannya. Lalu bagaimana dengan Ally? Apa teman sialannya itu bercanda?
Untuk itulah Xandrox yang sedang disibukkan dengan tugasnya membantu mengamankan perbatasan untuk persiapan festival beberapa lama ini memutuskan langsung menemui Arthur untuk mendengar kejelasan kabar itu.
“Dimana dia?” todong Xandrox tanpa basa-basi saat Beta Arthur—Aston menghampirinya.
“Syukurlah anda datang, Alpha sedang diruang kerjanya saat ini.” Jawab Aston yang kentara sekali sangat lega dengan kedatangan Xandrox.
Sepertinya Beta yang telah berumur itu juga tidak mengerti dengan keadaan yang sedang terjadi saat ini pada sang Alpha.Tanpa berniat menjawab, Xandrox segera saja melangkahkan kakinya menuju ruang kerja Arthur. Bahkan tindakannya sangat bar-bar dengan menendang pintu kebesaran itu sampai menjeblak terbuka dengan sebelah kakinya.
“Arthur! Kemari kau brengsek! Kabar sialan apa yang aku dengar ini? Bagaimana bisa kau—“ Xandrox menghentikan perkataannya saat matanya melihat adegan gila yang tengah dilakoni dua orang diatas sofa.
Arthur dan Amarantha tengah bercumbu mesra dengan posisi berpangkuan dan pakaian berantakan.
Seperti bensin yang disiram kedalam kobaran api, amarah Xandrox bergolak menginginkan pelampiasan. Dan akhirnya keinginan itu ia realisasikan segera dengan menyerang kedua orang yang menjadi sumber masalahnya.
Bruak!
Pria itu memisahkan keduanya hingga membuat Amarantha terpelanting ke lantai.
“Xand apa-apaan kau!” Amarantha memekik marah dengan perlakuan Xandrox, tapi pria itu tak sedikitpun menaruh peduli.
Ia lebih memilih mendorong Arthur ke tembok dengan mencengkeram leher temannya itu kuat-kuat.
“Brengsek! Apa yang kau lakukan huh? Kau berkhianat pada mate-mu?!” Desis Xandrox dengan rahang saling bergemeletuk karena emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sleeping Alpha
Werewolf"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun dari kutukan. Begitupun Arthur, ia memerlukan Mate nya, belahan jiwanya, cinta sejatinya u...