“Tak ku sangka, kau di sini.”
Xandrox baru saja mendarat, sayapnya yang terbentang lebar mengibas pelan, membuat bunga-bunga salju beterbangan dibuatnya. Sebelum kemudian terkatup kembali seiring langkahnya yang terajut mendekati sosok yang tengah memangku seorang wanita dalam pelukannya.
Melihat sekilas dari iris mata, Xandrox tahu bahwa sekarang yang tengah berhadapan dengannya adalah Archeraz.
“Ssh.” Archeraz mendesis sebagai tanda agar Xandrox tidak berisik. Karena saat ini Althea tengah terlelap dalam pangkuannya.
Xandrox mengerti untuk tidak membuat kegaduhan. bergerak se-pelan angin, dan menyampirkan selimut berbulu halus untuk menyelimuti Althea dari udara dingin.
Kemudian, ia teringat dengan kejadian belasan tahun lalu. yang terjadi saat ini seperti De Javu. Bedanya, kini Althea bukan lagi seorang gadis kecil menggemaskan yang membuat Xandrox terpana, melainkan wanita yang beranjak dewasa. Sialnya, masih membuatnya terpana. Apalagi setelah sihir yang membelenggunya terlepas. Sosok Althea tampak berkali-kali lebih menawan.
“Hentikan pikiranmu tentang mate-ku, atau ku bunuh kau.” Archeraz melayangkan ancaman.
Seperti biasa, serigala tua posesif yang selalu kebakaran jenggot jika menyangkut pasangannya. Padahal Xandrox hanya menilai secara jujur tentang Althea yang memang sangat cantik. Masih saja berlebihan.
“Santai saja, Arch. Tidak perlu memelototi ku seperti itu, aku tidak tertarik padamu,” timpal Xandrox berkelakar.
“Tapi sepertinya aku tertarik untuk mencungkil matamu Xand.”
Xandrox menggeleng tak habis pikir dengan keposesifan Archeraz yang menurutnya sangat konyol, Inginnya menghujat tapi tidak mau kena karma. Karen konon katanya Karma does exist. Ia tidak mau suatu saat keadaan berbalik padanya. Tunggu, kenapa juga ia harus percaya?
“Lupakan saja,” Xandrox mendengus pelan.
Ia sedang tidak ingin terlibat perdebatan konyol dengan Archeraz, karena akan sangat membuang waktu. Ada hal lain yang lebih penting untuk di bicarakan saat ini.
“Ada sesuatu?” Archeraz bertanya ketika mengetahui ada hal lain yang ingin dibicarakan Xandrox padanya.
“Ya, bisakah panggil Arthur?”
“Tidak, aku menguncinya.”
Sekarang adalah giliran Arch bersama Ally, ini pertemuan mereka kembali setelah sekian lama, tentu saja Arch tidak akan membiarkan Arthur muncul dan mengurungnya lagi, “Katakan saja padaku.”
Xandrox mengernyitkan dahi, tampak ragu. “aku tidak yakin,” ungkapnya jujur.
“Sialan, kau meragukan ku?” ujar Archeraz tidak terima.
Xandrox hanya mengedikkan bahu seraya berdecak kecil, “begitulah, Arthur lebih bijak darimu. Jadi aku tidak yakin akan memberitahu ini padamu atau tidak, karena ini penting. Ku rasa hanya Arthur yang bisa menangani.”
Archeraz menggerakkan gigi, merasa kesal pada perkataan Xandrox tentangnya, tetapi memang fakta. Menyangkal pun percuma. Meski mereka adalah satu kesatuan tetapi memiliki sisi masing-masing, Arthur sebagai human memang lebih menonjolkan intuisi human-nya daripadanya yang merupakan sisi serigala.
“Apa ini tentang Amarantha?” tanya Archeraz.
“Ya, aku tahu kau mengerti maksudku.”
Jawaban Xandrox membuat Archeraz mendengus, Jika menyangkut wanita gila itu Arthur memang yang paling tahu. Karena Arch sejak pertama kali melihat wanita itu sudah tidak menyukainya, membuatnya tidak ingin tahu apapun tentang Amarantha.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sleeping Alpha
Werewolf"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun dari kutukan. Begitupun Arthur, ia memerlukan Mate nya, belahan jiwanya, cinta sejatinya u...