Twenty Nine

28.4K 2.5K 154
                                    

Setelah pertemuan kembali dengan Jackson, Althea menjadi lebih murung.

Banyak melamun, terkadang tidak fokus jika diajak berbicara, seakan banyak hal yang tengah dipikirkannya. Bahkan saat bersama Arthur, pikirannya seperti berada di tempat lain.

Arthur memperhatikannya, dan sangat mengerti mengapa gadisnya bersikap seperti itu. Pertemuan dengan Jack, sedikit banyak pasti telah membuka kembali memori masalalu yang masih coba Althea terima kembali dalam hidupnya. Menambah beban sakit pada hatinya saat mengingat hal itu.

Inilah salah satu alasan yang menjadi pertimbangan Arthur untuk tidak mempertemukan mereka lebih awal. Mungkin semua masalahnya akan terurai, tetapi pasti akan lebih membuat Althea teringat akan kenangan masa lalunya. Dan benar saja, itu terjadi saat ini.

Arthur, tentunya tidak senang akan hal ini. Ia tidak suka melihat Althea bersedih.

"Masih memikirkan kakakmu, Sweet heart?" tanya Arthur, yang sontak membuat Althea mengerjapkan mata, seakan baru teringat kalau sedari tadi ada Arthur disampingnya.

Mereka tengah membicarakan perihal hari pengangkatannya sebagai Luna yang akan dilaksanakan tidak lama lagi. Namun, telah beberapa kali Althea tidak fokus pada topik pembicaraan. Padahal ini adalah acara yang penting bagi mereka. Althea jadi merasa bersalah.

Ia tersenyum kecil dengan raut wajah bersalah, "maaf, aku melamun lagi." Sesalnya.

"Tak apa, aku mengerti sayang." Arthur balas tersenyum.

"Pasti kau kesal dengan sikapku," sambungnya murung.

"Tidak." Jawab Arthur cepat, ia merengkuh Althea, dan dengan satu gerakan ringan membawa gadis itu ke atas pangkuannya. Hingga saat ini mereka duduk berpangkuan di kursi, "tapi aku kesal pada seseorang yang sedang kau pikirkan."

Althea terkekeh riang, "dia kakakku, Arth." Ia mengalungkan tangannya ke leher Arthur, menyandarkan kepala dengan nyaman di bahu pria itu. Prianya.

"Siapa pun itu, aku tetap tidak suka saat ada hal lain yang menyita pikiranmu di sini." Arthur mengetuk pelan dahi Althea dengan telunjuknya, "selain aku. Kau hanya boleh memikirkan ku, sayang," sambungnya dengan sikap posesif.

"Priaku sangat pencemburu," desah Thea, memasang raut wajah seakan lelah dengan sikap Arthur. "padahal sudah jelas bahwa aku milikmu," sungutnya lucu.

"Untuk itulah, kau dilarang memikirkan hal lain sebanyak kau memikirkan aku. Karena aku pencemburu." Arthur serius ketika mengatakannya, tetapi Althea malah tertawa renyah seakan perkataan pria itu adalah lawakan lucu.

Paling aneh, Arthur mendapati dirinya merasa senang dengan hal itu. Bisa membuat Mate-nya me

"Dengarkan itu bung! Arthur mulai menjadi tidak waras."

Archeraz yang mengetahui sikap posesif gila human-nya, menghubungi Xandrox lewat mind link. Tidak ingin merasa muak sendiri karena belum diperkenalkan oleh Arthur pada Althea. Padahal gadis itu juga adalah Mate-nya, sudah seharusnya mereka berbagi, tetapi Arthur memonopoli Althea untuk dirinya sendiri. Sedangkan Archeraz baru satu kali bertemu dengan Mate-nya itu saat kembali bangkit dari kutukan dulu.

Mereka belum bisa saling terhubung dalam mind link, karena Althea belum ditandai.

"Sepertinya, kau juga Arch." Balas Xandrox. "mulai tidak waras karena terus menjadi obat nyamuk di tengah kemesraan mereka. Mengenaskan."

"Seharusnya aku tak memanggilmu." Archeraz menyahut dongkol, menyesal. Memang suatu kebodohan dengan mengikut sertakan Xandrox, apalagi berharap Griffin itu berada di pihaknya.

The Sleeping Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang