*****
Siapa saja! Tolong selamatkan aku!
"Tolong! Tolong!"
Althea berteriak sekuat yang ia bisa, meminta pertolongan pada siapapun atau apapun untuk menyelamatkannya.
"Tolong aku--akh!"
Bruk!
Namun Dewi keberuntungan sepertinya tidak berpihak padanya.
Sekali lagi Althea jatuh tersungkur ke tanah karena terlalu lelah berlari. Sepanjang jalan harus menahan sakit di pergelangan kakinya yang terkilir.
"Awn...." rintihnya sambil memegangi kaki.
Memaksakan diri, Thea pun beranjak bangun walau tertatih, tubuhnya yang sudah lemas berlari dengan keadaan kaki terkilir kini diperparah dengan insiden jatuh untuk yang kedua kalinya, Thea tidak mempunyai waktu untuk memikirkan rasa sakit, karena nyawanya sedang terancam, gerombolan serigala lapar itu masih terus mengejarnya dibelakang sana, ia harus menyelamatkan diri.
Tapi terlambat. para serigala itu telah menghadang Thea dengan geraman yang menampakkan gigi-gigi tajamnya, tinggi menjulang dengan ukuran tubuh yang tidak normal, serigala-serigala itu meng-geram bersahutan menyudutkan Thea.
Refleks, dengan tubuh gemetar ia melangkah mundur.
Apakah ini akan menjadi akhir bagi hidupnya? Beginikah akhirnya ia meninggalkan dunia ini? Diterkam serigala? Mengapa rasanya Thea selalu tidak bernasib baik Bahkan ketika ia akan mati? Apa Tuhan akan sekejam ini padanya? tidak cukup dengan hidup yang sulit dan menyedihkan, akhir hidupnya pun sama, akan berakhir tragis.
Tapi Thea tidak akan menyerah, selagi nafas masih berhembus ia akan berusaha bertahan, setidaknya ia harus melakukan perlawanan bukan? daripada mati konyol tanpa melakukan apapun.
"Menjauh d-dariku! Atau kalian akan mati!" gertak Thea seraya tangannya yang gemetaran menodongkan pisau dari dalam sakunya.
Thea menggunakan pisau itu sebagai pertahanan diri, mengacungkan pada para serigala di depannya, ia berusaha se-awas mungkin agar bisa langsung bertindak jika serigala itu tiba-tiba menerkam.
Para serigala tampak sedikit menjauh. Namun, bukannya mundur hewan itu malah semakin kasar menggeram dengan sorot mata tajam, bersiap menerjang Thea kapan saja.
"Pergi!" teriak Thea ketakutan, kaki gemetarnya melangkah mundur, menjauh perlahan.
Hingga kakinya terantuk sesuatu, kemudian punggungnya berbenturan dengan permukaan keras berlumut, lembab dan basah. Thea melirik dari sudut mata untuk memastikan hal apa yang menghalanginya dan menemui satu lagi masalah, di belakangnya menjulang tembok tinggi yang sudah ditumbuhi lumut, seperti bekas bangunan yang sudah lama ditinggalkan, ia melihat ada undakan tangga yang sudah tidak berbentuk terhubung pada sebuah pintu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sleeping Alpha
Werewolf"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun dari kutukan. Begitupun Arthur, ia memerlukan Mate nya, belahan jiwanya, cinta sejatinya u...