Althea duduk termenung menatap lekat kotak ukiran bulan yang diberikan Jackson. Kakaknya itu berkata bahwa ini peninggalan ibu mereka untuknya dan hanya ia yang bisa membukanya.
Tapi Althea sendiri tidak mengerti bagaimana caranya untuk bisa membuka kotak ini. Tidak ada petunjuk apapun, hanya ada ukiran-ukiran rumit dan lambang bulan juga serigala disana.
“Ibu... Apa yang ibu ingin aku lakukan?” ucapnya lirih.
Mengucapkan kata ‘Ibu’ membuat hati Thea menghangat, meski ia tidak mengingat bagaimana rupa ibunya, tapi bayangan seorang perempuan yang menimangnya dengan penuh kelembutan menjadi pengobat rindu.
Thea tersenyum lembut, “Berilah aku petunjuk, ibu... “
Jemarinya mengusap pelan permukaan kotak, menelusuri ukiran bulan tepat ditengahnya. Ketika sampai diujung kotak yang meruncing tanpa sengaja telunjuk Thea tergores dan luka mengeluarkan darah. Tidak banyak, namun sempat menetes ke atas kotak.
Althea meringis nyeri dan berniat membersihkan tetesan darahnya, tetapi hal yang tak disangka terjadi. Tetes darah itu terserap masuk kedalam kotak dan mengeluarkan silau kecil yang kemudian menyebabkan ukiran sulur rumit di kotak bergerak melingkar mengikuti pola bulan.
Sementara bulan ditengah telah berubah. Memunculkan celah kecil yang terbuka.
Tertegun selama beberapa saat, akhirnya Thea paham mengapa hanya dirinya yang bisa membuka kotak ini.
Itu karena darahnya menjadi kunci.
“Terimakasih Bu, aku tahu ibu pasti mengawasiku sekarang,” ucapnya seraya tersenyum.
Kemudian tanpa tergesa, Thea kembali mengulangi cara tadi dan berhasil membuka kotak sepenuhnya. Ia merasa takjub saat proses berlangsung, cahaya itu berubah jadi percikan lembut yang berkilauan diudara, dan akhirnya kotak itu terbuka sempurna.
Thea terdiam menatap isi dalam kotak, “ternyata ini... “ tangannya terulur, meyentuh sebuah buku bersampul kulit dengan ukiran sama seperti pada kotak, berdampingan dengan kirstal bulat berwarna Aquamarine sebesar genggaman tangan.
Pada sampul buku tertera tulisan asing yang tidak ia ketahui berasal dari bahasa apa, tapi ajaibnya Thea bisa membacanya.
“Anak yang terpilih... The Moon child.” Thea membacanya lirih. Kemudian tanpa bisa dicegah, rasa penasaran menuntun Thea untuk membalik halaman berikutnya.
“Semua coretan yang tertuang dalam buku ini adalah tentangmu, jadi mulailah dengan memahami dirimu.”
Penggalan kalimat pembuka itu membuat Thea teringat pada perkataan Atherna sebelumnya, “Ini kah yang dia maksud? Buku tentang anak bulan?”
itu berarti buku ini memang diperuntukkan untuknya. Tetapi Thea yakin buku ini tidak ditulis oleh sang ibu. melihat dari paragraf yang berjajar rapi tanpa cela sudah pasti bukan hasil tangan manusia, selain itu huruf yang digunakan juga tidak pernah ia lihat dimana pun.
Thea yakin, Buku ini adalah petunjuk untuknya.
“Ternyata bukan catatan pribadi ibu, tapi ini sangat berharga. Terima kasih ibu...” Thea mendekap buku itu erat. Membayangkan yang ia dekap adalah sosok ibunya.
Lalu atensinya teralihkan pada kristal bulat yang berdampingan dengan Buku sebelumnya. Thea meraih benda itu, memandanginya lama.
“Kristal apa ini?” keningnya berkerut samar, Thea belum pernah melihat benda seperti ini sebelumnya, ia pernah melihat Atherna dan bola sihirnya, tapi bentuknya sangat berbeda.
Bola sihir Atherna bulat besar dan berwarna transparan, jernih seperti air. Sedangkan kristal ini ukurannya hanya sekepalan tangan, terlihat tebal dari luar, seperti kristal pada umumnya, namun di dalamnya ada rongga kecil dan sebuah pendar cahaya berkilauan tepat ditengahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sleeping Alpha
Manusia Serigala"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun dari kutukan. Begitupun Arthur, ia memerlukan Mate nya, belahan jiwanya, cinta sejatinya u...