Mall

3.6K 413 41
                                    

Satu Minggu. Sudah satu Minggu sejak Jihoon tinggal bersamanya. Selama satu Minggu itu kamar tamunya selalu dianggurkan.

Setiap malam Jihoon pasti menduselnya di atas kasur. Membiarkan Seungcheol membelai surainya hingga terlelap. Lalu menjilati seluruh wajah Seungcheol untuk membangunkannya di pagi hari. Dia akan menelpon setiap lima belas menit sekali saat Seungcheol bekerja hanya untuk memanggil-manggil namanya dengan manis.

Hybrid itu suka sekali menggodanya. Membuat darah Seungcheol berdesir tak karuan saat dia menyapa Seungcheol setiap pulang dari kantor. Jihoon akan berdiri tepat di depan lift. Memakai kemeja atau sweater Seungcheol yang jelas-jelas kebesaran, menenggelamkan celananya di baliknya.

Tapi siang ini saat Seungcheol memutuskan untuk pulang lebih awal, untuk mengajaknya belanja—karena Jihoon butuh lebih banyak baju daripada baju-baju lama Seungcheol. hybrid itu tidak ada untuk menyapanya di depan lift. Pikiran Seungcheol kalut saat dia juga tidak mendapati Jihoon di dapurnya, di kamar mandi, dan juga kamarnya.

"Jihoon-ah?" Seungcheol berteriak dengan frustasi.

Dia membuka walk in closet-nya, berniat mematikan lampu—yang harusnya tidak menyala—tapi mata Seungcheol menangkap sesuatu yang menyembul di antara mantel-mantelnya yang tergantung.

Ekor itu bergerak perlahan. Entah si empunya sadari atau tidak, atau memang Jihoon ingin membuat ini lebih mudah bagi Seungcheol.

Hybrid itu ingin bermain. Astaga.

"Astaga, dimana Jihoon? Aku tidak bisa menemukannya dimana pun ..." Ujar Seungcheol dengan rengekan yang dibuat-buat.

Suara cekikan itu terdengar saat Seungcheol melangkah mendekat.

"Bagaimana kalau aku tidak bisa menemukannya, ya? Apa lebih baik aku cari hybrid yang baru saja." Seungcheol tersenyum menang saat cekikan itu tak lagi terdengar. Mari goda Jihoon sedikit. "Ah ... benar, mungkin memang lebih baik kucari hybrid baru saja. Sepertinya puppy lebih menyenangkan dan—"

Sebelum Seungcheol menyelesaikan kata-katanya, mantel-mantel di hadapannya disibak terbuka. Jihoon berada di antaranya. Duduk meringkuk di dalam closet-nya mengenakan sweater biru Seungcheol yang pernah dia pakai sebelumnya.

Dia menatap Seungcheol sambil mendongak. Tatapannya sedu sekali.

"Wah apa ini? Apa yang kucing manis ini lakukan di dalam closet ku?" Seungcheol menggoda lagi. Tapi Jihoon tidak tersenyum sedikit pun.

Sepertinya permainan mereka tidak berakhir dengan bagus.

"Jangan cari hybrid baru." Ujarnya.

Seungcheol mengerjab sebelum tersenyum.

Apa Jihoon benar-benar berpikir Seungcheol akan melakukannya? Dia kan hanya menggoda. Tidak mungkin Seungcheol mencari hybrid lain saat Jihoon adalah satu-satunya yang bisa membuat sesuatu dalam diri Seungcheol tak karuan.

Polos nya...

Seungcheol merendahkan tubuhnya untuk membelai pipi Jihoon. "Jihoonie ku yang manis ... Aku hanya bercanda. Aku tidak akan mencari hybrid lain selain dirimu. Kenapa juga aku ingin mencari yang lain kalau aku punya kau."

Jihoon sumringah seketika. Tersipu, mendengkur dengan keras dan mendusel tangan Seungcheol, meminta lebih. Tapi Seungcheol tidak memberikannya. Alih-alih mengusap pipi Jihoon, Seungcheol justru menarik tangannya dan berdiri tegap.

Company |•Jicheol•|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang