Blood Sweat

2.5K 319 48
                                    

"kau yakin ini tempatnya?" Seungcheol bertanya. Handsfree melekat di telinga kirinya.

Mobilnya terparkir di depan halaman gedung tua bertingkat. Tampak begitu sunyi kecuali fakta kalau wonwoo memastikan disini lah titik koordinat yang mereka cari.

Lagipula mafia mana yang akan menyembunyikan 'dagangannya' di gedung mewah di kawasan elit?

Sebuah gedung tua terbengkalai di tepi tebing yang hanya punya satu akses jalan yaitu menembus hutan terdengar lebih cocok dan tidak mencolok.

Tidak akan ada yang mendengar rintihan-rintihan mereka di dalam. Atau jika seseorang ingin mencoba kabur mungkin akan berakhir dengan tersesat di dalam hutan kemudian seseorang akan membawa mereka kembali ke gedung itu sebelum mereka menemukan jalan keluar.

"Positif." Wonwoo menjawab dari ujung sana, di sisi lain gedung ini.

"Perintahkan Mingyu dan Vernon mencari celah untuk masuk. Kita akan masuk diam-diam."

"Kulakukan."

"Habisi siapapun yang ada di dalam, kecuali hybrid. Kau bawa yang aku minta?"

"Ya."

"Ingat rencana kita. Terus lah berjaga di luar."

Dengan itu Seungcheol mematikan handsfree nya. Pistol dia isi dengan magazen penuh tak lupa Seungcheol mengokang slide sebelum keluar, menjeblak pintu depan dengan kakinya dan--

Satu. Pria berotot besar yang duduk di dekat pintu.

Dua. Pria dengan leging yang turun dari tangga.

Tiga. Pria di balik pilar.

Empat. Rottweiler yang menerjangnya.

Ah Seungcheol suka anjing.

Tembakan demi tembakan dia layangkan pada apapun di hadapannya. Matanya was-was, telinganya sigap menangkap suara apapun. Semua inderanya bekerja dan berpacu dengan lebih. Seungcheol merasa seperti baru saja disuntik dengan serum adrenalin.

Nyatanya hanya Jihoon yang dia pikirkan sekarang.

Jihoon adrenalinnya.

Seungcheol menjeblak salah satu pintu disana. Beberapa pria di dalam ruangan itu terlonjak dari tempat duduk mereka, gelas-gelas kaca berserakan di meja dan lantai-lantai, dan kartu-kartu bertebaran di meja.

Bau menyengat seperti campuran antara alkohol, tembakau, dan bau pesing menguar dari tempat yang terlihat seperti dapur itu, menusuk hidung Seungcheol.

Seorang pria yang duduk di atas counter dapur menjadi satu-satunya orang yang sadar. Tangannya bergerak menggapai pistol di sampingnya, tapi sebelum hal itu terjadi peluru melesat menembus otot lengannya. Dia meraung dan dengan sekali tembakan pada dadanya pria itu bungkam dan ambruk di atas lantai.

Kemudian Seungcheol menghabiskan enam peluru untuk menembak pria-pria yang teler di atas meja tepat di punggung tapi--oopss! Yang terakhir itu meleset ke telinga.

Tidak buruk.

Seungcheol tersenyum miring, berbalik untuk melanjutkan misinya tapi tidak karena tiba-tiba hantaman keras di terima di bagian belakang kepalanya.

Seorang pria berdiri di belakangnya dengan menggenggam bibir botol kaca. Tangan Seungcheol terulur dan sudah siap menekan pelatuk jika pria itu tidak ambruk terlebih dahulu menampakan hansol yang berdiri di seberang.

"Mingyu?" Seungcheol bertanya.

"Berpencar." Jawabnya.

Seungcheol menepuk bahunya singkat untuk mengistirahatkan agar mereka kembali bergerak.

Company |•Jicheol•|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang