Seungcheol menghembuskan nafas begitu keras. Matanya tak lepas memperhatikan arloji yang melekat di pergelangan tangannya.
Di hadapannya kertas menumpuk, tapi Mingyu tak juga datang untuk mengambilnya. Pria jangkung itu harusnya sudah datang dan membawa pergi semua berkas itu dari meja Seungcheol.
Semenjak hari itu, Seungcheol melarang Mingyu untuk duduk di kursi pengemudi lagi. Dia berharap pria itu akan lebih cocok berada di kantor, tapi nyatanya tidak.
Seungcheol melirik arlojinya sekali lagi, lalu bergerak gelisah saat tahu kalau ini sudah tigapuluh menit sejak bel pulang sekolah Jihoon berbunyi.
Sial. Dimana pria Tan itu?
Seungcheol mengetuk-ngetuk meja kacanya dengan gelisah. Jika Mingyu tidak datang dalam hitungan ketiga, Seungcheol benar-benar akan membuat pria itu bekerja di basement.
1
2
3
Nihil.
Oke, mungkin sekali lagi. Dia hanya kurang beruntung. Kali ini pasti muncul.
1
2--
Brak!
"boss!"
Seungcheol berjengkit kaget dari tempat duduknya saat Mingyu muncul secara tiba-tiba dan membuka pintu dengan kasar. Nafasnya terengah-engah dan keringat membasahi pelipisnya.
"Apa?"
"Kau pasti tidak percaya apa yang aku dapat." Ujarnya dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
"Apa?"
Seungcheol melirik arlojinya sekali lagi. Tigapuluh tiga menit.
Dia bersumpah akan menendang Mingyu jika pria itu hanya ingin menceritakan tentang ramalan cuaca pagi ini atau lawakannya yang receh, atau masakannya yang terlalu asin, atau berita-berita tidak penting dari akun gosip, atau--
"Kudengar banyak sekali laporan kehilangan hybrid akhir-akhir ini."
Seungcheol mengerjab sebelum memproses pernyataan Mingyu lebih lanjut.
Hybrid. Hilang.
Jihoon...
Jihoon.
Brak!
"Jihoon?!" Seungcheol menggebrak mejanya seketika, membuat Mingyu yang masih berdiri di hadapannya dengan nafas yang masih tak beraturan, tertegun.
Tapi sedetik kemudian mereka sama-sama terkejut oleh suara dering ponsel Seungcheol.
Seungcheol dengan gelagapan mencari ponselnya di saku-saku jas yang dia kenakan. Lalu dengan cepat menekan tombol hijau --setelah menemukannya-- tanpa melihat nama yang tertera disana.
"Halo."
"Seungcheol?"
"Benar. Siapa ini?" Tanyanya tak sabar. Dia harus menjemput Jihoon sekarang. Tidak tahukah dia.
"Oh, ini Lee seokmin. Pemilik Soonyoung, teman Jihoon."
Lee seokmin? Pemilik Soonyoung? Kenapa dia menghubungi Seungcheol? Dari mana orang itu tahu nomornya? Astaga.
"Jihoon sekarang ada bersamaku, di rumah."
Seungcheol menghembuskan nafasnya dengan lega. Tidak tahu juga kenapa melakukannya, mungkin karena seokmin tidak terdengar seperti bandit-bandit jahat berhidung belang yang doyan memperdagangkan manusia. Atau setengah manusia dalam kasus Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Company |•Jicheol•|
FanfictionSeungcheol terkejut saat mendapati ekor muncul dari balik Hoodie yang pemuda itu kenakan. Pemuda yang meringkuk di pelataran minimarket. Seungcheol lebih terkejut saat dia tahu kalau wajah yang tersembunyi di antara lutut itu begitu manis. Inspired...