Beautiful Trauma

3.2K 298 80
                                    

Sudah beberapa hari Seungcheol harus menghadapi tingkah laku unik Jihoon, setelah kejadian menggigit Soonyoung hanya karena masalah sepele.

Hybrid itu jadi lebih sering bertingkah nyeleneh. Seungcheol memang tidak faham betul tentang hybrid dan segala macam tingkah laku kucing, tapi dia cukup mengenal Jihoon untuk menganggap tingkahnya beberapa hari belakangan ini aneh.

Pertama dia menggigit Soonyoung. Kemudian Seungcheol pernah mendapati hybrid itu berjalan merangkak dengan wajah yang menempel dengan lantai di kamarnya. Jihoon juga hobi menyelinap di tempat-tempat beruang sempit di rumah seperti bawah ranjang dan meja, dalam lemari, bahkan dalam kardus-kardus bekas perkakas. Seungcheol juga pernah mendapatinya duduk di atas mesin cuci yang menyala, bahkan Jihoon pernah tidur di atas lemarinya (hanya Jihoon yang tahu cara dia sampai ke atas sana.) Seungcheol menghabiskan seharian penuh untuk membuatnya turun dari sana.

Dan sekarang ini Seungcheol sedang melihat Jihoon berbaring di atas lantai, di bawah pendingin udara yang mendesing bising hanya dengan kemeja kebesaran Seungcheol. Ekornya yang mengayun-ayun di udara itu membuat bagian bawah kemejanya naik lebih tinggi. Kulit Jihoon terekspos dimana-mana dan Seungcheol perlu beberapa menit untuk mengendalikan kewarasannya.

Beberapa menit Seungcheol hanya berdiri di ambang pintu kamar Jihoon, menatap Jihoon--yang masih betah tertelungkup di lantai-- dengan mulut ternganga.

"Jihoon, kau sedang apa?"

Jihoon menoleh, dia kelihatan malu tapi enggan menyudahi apapun-yang-sedang-dia-lakukan.

"Panas."

Seungcheol mengerutkan dahi.

Kepanasan di bulan April. Dengan suhu rendah di ruangan tertutup dan hanya memakai kemeja. Bagus.

"Tapi kau bisa sakit jika tidur disitu," Seungcheol mendekat, mata Jihoon bergerak mengamatinya dengan sorot gelap. "Naiklah ke kasur!"

Jihoon mengangkat kepalanya untuk menggeleng.

Seungcheol berjongkok untuk berhadap-hadapan dengannya. "Apa kau baik-baik saja?"

Jihoon mengabaikan pertanyaannya dengan memalingkan muka. Dia menghela napas dalam sambil merentangkan tangan di lantai dan melebarkan kakinya seperti bintang laut di dalam kotak kaca. Seungcheol menganggap itu sebagai pertanda tidak baik-baik saja, maka dia memutuskan untuk menghubungi Jisoo.

Mereka bertemu di kafe sorenya. Jisoo masih dengan setelan formal: kemeja dan celana bahan, dengan rambut yang masih tertata rapih sedangkan Seungcheol tidak punya waktu untuk memakai gel rambut atau mencari kemeja lain (alasannya sudah jelas karena Jihoon.)

"Jadi, ada apa sekarang?"

Seungcheol mengetuk-ngetukkan jarinya, masih mencoba mencari kata-kata yang bagus agar nanti penjelasannya tidak kedengaran konyol dan bodoh. "Jihoon bertingkah aneh akhir-akhir ini."

Jisoo menaikan sebelah alisnya. "Seperti?"

"Menggigit?"

"Kau tidak pernah lihat kucing menggigit? Itu wajar. Mungkin dia hanya merasa terancam."

Wajar kucing menggigit. Yang Seungcheol bicarakan sekarang Jihoon, bukan kucing pasar ikan. Jihoon yang manis dan suka malu-malu.

"Tidak," tungkas Seungcheol masih mencoba menyangkal. "Aku melihatnya tidur di lantai dengan suhu ruangan rendah dan dia mengeluh panas." Tuturnya mencoba mengabaikan bagian Jihoon yang memakai kemejanya sebagai baju terusan.

"Menurutmu itu wajar?"

Selanjutnya Jisoo kelihatan tidak yakin dengan apa yang ingin dia katakan, tapi dia berkata, "entahlah. Aku tidak pernah punya pasien seperti Jihoon sebelum ini, ingat? Mungkin kau bisa tanya beberapa teman, Situs atau buku?"

Company |•Jicheol•|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang