Leaving You

4.2K 486 30
                                    

Seungcheol bangun akibat suara bising dari jam digital. Dia bahkan terkejut mendapati dirinya bangun tidur. Mustahil sekali Seungcheol bisa tidur tadi malam. Jihoon selalu menganggu isi kepalanya. Seungcheol lupa kenapa dia meminta Jihoon pulang bersamanya. Dia heran kenapa membiarkan hybrid itu menggunakan bathup-nya. Dia heran kenapa dia mau repot-repot menyiapkan air hangat Jihoon. Dia heran kenapa membiarkan hybrid itu memakai bathrobe-nya. Dan, dia heran kenapa membiarkan Jihoon menempati kamar tamunya.

Astaga.

Jihoon. Jihoon. Jihoon.

Bahkan dalam semalam saja hybrid itu sudah bisa membuat kepala Seungcheol serasa hampir pecah karena memikirkannya.

Tadi malam Seungcheol berpikir keras, apa yang harus dia lakukan pada hybrid itu. Dia tidak mungkin menyerahkan Jihoon pada petugas kepolisian karena hybrid itu tidak melakukan hal-hal yang merugikan baginya. Dia juga tidak bisa membiarkan Jihoon tinggal di rumahnya. Sampai kapan hybrid itu akan tinggal berdiam diri di rumahnya?

Tapi Jihoon juga tidak bisa pergi kemanapun karena dia tidak memakai kalung.

Itu kenapa Seungcheol dengan bodohnya meminta hansol untuk membeli kalung untuk jihoon.

Gila, bukan? Padahal dia baru saja bertemu Jihoon. Tidak lebih dari 24 jam yang lalu. Tapi Seungcheol sudah memutuskan untuk memberinya kalung.

Oke. Mari kita lupakan itu sejenak. Karena Seungcheol harus melalui hari-hari yang lebih berat daripada hanya sekedar memikirkan Jihoon.

Seungcheol meraup mukanya sendiri. Mengerang frustasi sebelum turun dari ranjang.

Lantai marmernya terasa begitu dingin. Dia mengangkat kakinya dengan malas menuju kamar mandi. Mandi dengan cepat, lalu memakai celana pendeknya lagi untuk pergi ke walk-in closet di luar kamarnya.

Dan, betapa terkejutnya dia mendapati Jihoon dalam balutan bathrobe-nya duduk memeluk lutut di samping kamarnya dengan ekor yang menjuntai di depan pintu. Jika Seungcheol sedang tidak beruntung, dia bisa saja menginjak ekor Jihoon.

Jihoon meringkuk di sana. Alih-alih duduk dengan nyaman di atas sofa sambil menikmati kartun pagi.

"Jihoon?"

Yang dipanggil mengangkat kepala dengan terkejut. Jihoon tersenyum saat melihat Seungcheol, lalu berdiri.

"Pagi."

Jihoon tidak berdiam diri di situ selama berjam-jam, menunggu Seungcheol bangun hanya untuk mengucapkan selamat pagi bukan?

Apa dia tidak tahu caranya mengetuk pintu?

"Apa yang kau lakukan?"

"M-mencari udara segar?"

"Apa?"

Apa menurutnya penthouse Seungcheol punya udara segar di luar kamar tamunya?

"Kau tidak duduk di sini semalaman, kan?"

Karena Seungcheol membayar mahal untuk penthouse ini. Sangat disayangkan sekali kalau tempat ini tidak mempunyai kamar tamu yang nyaman.

"Tidak! Tentu saja tidak," Jawab Jihoon cepat. "Aku--aku j-juga baru saja bangun."

"Kenapa tidak kau duduk di sana dan nyalakan tv-nya? Atau kau mau aku menyiapkan air hangat lagi?"

Kenapa kau lakukan itu lagi, Cheol.

"T-tidak, terimakasih."

"Kalau begitu kenapa kau tidak mandi dan ganti bajumu?"

Jihoon mengerjab. Dia pandangi dirinya sendiri dengan lucu. Kemudian badan topless Seungcheol.

Company |•Jicheol•|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang