"Cheol, bagaimana penampilanku?"
Seungcheol harus memutar matanya untuk kesekian kali karena Jihoon sudah menanyakan itu lebih dari----coba Seungcheol ingat ... Eumm ... 16 kali?
Dan untuk ke-16 kalinya juga Seungcheol harus menjawab dengan jawaban yang sama. "Bagus, Ji. Kau tampan sekali."
"Tapi kurasa sweater ini membuatku kelihatan bodoh, Cheol." Ujarnya sambil tak henti-hentinya memperhatikan bayangannya lewat kaca spion tengah. "Sepertinya kemeja membuat orang kelihatan lebih pintar."
Oh kata-kata mutiara dari mana itu? Seungcheol memakai kemeja setiap hari dan tidak pernah merasa pintar.
"Ji, kamu sudah lihat sendiri kan? Tidak ada kemeja yang pas untukmu."
Dan Seungcheol tidak akan membiarkan Jihoon memakai kemeja kebesarannya yang akan memperlihatkan bahunya begitu saja ke sekolah.
"Kalau begitu kita beli dulu."
"Ji, kita hampir sampai."
"Putar balik saja."
"Tidak ada lampu merah disini, ji." Ujarnya.
Jihoon diam seketika. Merajuk sepertinya. Tapi Seungcheol tidak bisa meladeninya sekarang, apalagi saat mereka sudah begitu dekat. Kenapa juga dia jadi sebal begitu dengan sweater padahal setiap saat dia memakainya.
"Lihat, kita sudah sampai."
Seungcheol memarkirkan mobilnya diantara jajaran mobil-mobil yang lain, mesinnya menderu sebelum akhirnya mati.
Jihoon masih setia di tempatnya, mencengkram seatbelt tanpa menoleh pada Seungcheol.
"Tidak mau turun?" Katanya selembut mungkin. "Atau mau aku gendong?"
Sontak Jihoon menoleh padanya dengan wajah tersipu dan cepat-cepat dia membuka seatbelt dan keluar dari mobil Seungcheol. Menutupnya dengan keras.
###
"Jihoon?" Wanita tua berkerah renda itu menatap Jihoon dengan senyum yang merekah di bibir merah bergincu nya.
"Benar."
Itu Seungcheol yang menjawab karena Jihoon sibuk memperhatikan jari-jari nya yang sedang bertaut.
Dia tidak mau mengangkat kepalanya sejak wanita itu menyapa mereka di kantornya.
"Jadi, tuan-- "
"Choi."
Seungcheol harus mengakui betapa tidak menyenangkan nya wanita ini. Dia seperti penjaga perpustakaan galak yang keluar dari salah satu drama membosankan tentang kehidupan remaja.
"Baik, tuan Choi. Apa ada sesuatu yang Jihoon sukai dan tidak dia sukai?"
Seungcheol menoleh untuk mendapati Jihoon juga menatapnya. tapi hybrid itu segera memalingkan muka saat pandangan mereka bertemu.
"Ya. Dia suka memakai sweater, dia juga suka telinganya digaruk, dia suka tempat-tempat hangat seperti---"
"Maaf, tuan. Maksud ku apa ada kegiatan yang Jihoon suka atau phobia tertentu? Dengan itu aku bisa menentukan kelas apa saja yang bisa dia ikuti."
O-oh. Oke, itu sedikit memalukan memang. Seungcheol tidak pernah merasa semalu ini dalam hidupnya, sungguh. Apalagi Jihoon terkikik di sampingnya.
"Ya, tentu. Coba tanyakan saja padanya."
Sial. Hybrid itu suka sekali menggodanya. Coba jawaban apa yang akan wanita itu dapatkan. Jihoon bahkan terlalu malu untuk mengangkat wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Company |•Jicheol•|
Fiksi PenggemarSeungcheol terkejut saat mendapati ekor muncul dari balik Hoodie yang pemuda itu kenakan. Pemuda yang meringkuk di pelataran minimarket. Seungcheol lebih terkejut saat dia tahu kalau wajah yang tersembunyi di antara lutut itu begitu manis. Inspired...