[B] Sick Day

3.1K 273 46
                                    

B = Bonus Chapter

buat kalian yang kangen kitten hoon kayak aku 

.

.

.

.

Jihoon terbangun dari tidurnya oleh suara gemuruh yang berhasil memecahkan balon mimpinya, terlonjak bangun oleh perasaan terkejut dan tidak menemukan hujan yang menjadi sumber dari suara yang telah membangunkannya, melainkan Seungcheol yang tertidur di sisinya dengan gigi  yang bergemeletuk nyaring, badan gemetar menggiggil dan saat Jihoon berusaha menyelinap kembali dalam lengannya untuk tidur, tubuh itu sepanas panci sup yang baru mendidih.

Terkejut oleh panas tubuh Seungcheol, Jihoon mengeong, tidak bermaksud membangunkan Seungcheol tapi itulah yang dia lakukan.

Seungcheol bangun dengan kesadaran yang minimum, mata yang begitu berat untuk dibuka, menginggau tentang pendingin ruangan dengan suara yang tidak lebih keras dari dengung nyamuk, lalu tampak kesusahan saat mengangkat tangannya yang luar biasa panas untuk menggapai Jihoon sebelum akhirnya kembali tertidur. Tertidur begitu lelap tanpa suara gigi yang bergemelatuk dan tiba-tiba itu malah menimbulkan kekhawatiran besar untuk Jihoon.

kepalanya dipenuhi spekulasi paranoid tentang Seungcheol, tentang panas tubuhnya, tentang tidurnya yang tiba-tiba menjadi begitu lelap. Lalu sebuah pertanyaan muncul; ada apa dengan Seungcheol? apa dia sakit? kenapa Seungcheol sakit? apa yang membuat Seungcheol sakit? rasa sakit apa yang Seungcheol rasakan? apakah sesuatu menyakiti Seungcheol dalam mimpi? apakah sekarang Seungcheol dapat tidur nyenyak? atau, apakah Seungcheol benar-benar hanya sedang tidur sekarang? 

Jihoon menjadi begitu ketakutan, tanpa sadar jarinya telah berada di antara giginya.

"Cheolie?" nama itu dia gumamkan dengan penuh kekhawatiran.

Saat tidak ada satupun tanda-tanda bahwa Seungcheol akan menjawab, Jihoon mengambil kesimpulan terburuk.

Hybrid itu mencondongkan tubuhnya mendekat, merasakan napas hangat Seungcheol yang pendek-pendek menerpa wajah penuh kekhawatirannya yang malahan membuatnya semakin khawatir. Bahkan napas Seungcheol terasa tidak baik.

"Seungcheolie..."

Tetap tidak ada jawaban. Jihoon bergerak hati-hati untuk berbisik di telinga Seungcheol. Dengan suara yang bergetar hybrid itu kembali memanggil Seungcheol walaupun jawaban yang dia dapatkan masih sama. Nihil.

"Seungcheol..." Jihoon merasakan tenggorokannya tercekat. Sulit sekali mengatakan kalimat yang ingin dia ucapkan selanjutnya. "a-apa Cheolie sakit?"

"S-seungie ... ini Jihoonie," bisik Jihoon lamban, selamban air mata yang menuruni pipinya. Jihoon buru-buru menyekanya sebelum air mata itu jatuh, kemudian dengan suara yang bergetar dia kembali berujar, "tolong katakan jika kau baik-baik saja."

Dan Seungcheol tetap diam. Dengan itu pecah bendungan air mata Jihoon. Hybrid itu tidak tahu kenapa dia menjadi begitu paranoid, mungkin karena malamnya, mungkin karena suasana remang-remang kamarnya, mungkin karena sunyinya atau mungkin karena Jihoon terlalu mencintai Seungcheol, mungkin karena Jihoon begitu takut kehilangan Seungcheol. Alasan apapun yang jelas itu menambah kekalutan Jihoon.

Hybrid itu bergerak gusar, gelisah, tak tahu apa yang harus dia lakukan di saat seperti ini, lalu menjadi sangat amat ketakutan. Tidak ada yang bisa Jihoon lakukan di tengah malam seperti ini, semuanya begitu jauh, Jihoon merasa benar-benar sendirian. Debur ombak di luar bahkan tidak bisa menenangkannya.

Company |•Jicheol•|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang