Some Help

2.4K 314 20
                                    

Jeonghan meletakan jarinya di depan hidung Seungcheol. Dan kemudian bernafas lega mengetahui pria itu masih bernafas.

Dia mengusap pipi Seungcheol yang basah sebentar sebelum berjalan, menjinjing lagi tasnya dan meraih pistol di nakas kemudian berjalan keluar.

Jeonghan berjengkit mendapati hansol sudah berdiri di luar, bersandar pada tembok menunggunya.

"Penyakit itu lagi?" Tanyanya, dia berdiri dengan tegap sekarang.

Jeonghan mengangguk.

"Mayor depressive disorder." jawabnya singkat. dia sodorkan pistol yang dia ambil dari nakas Seungcheol pada hansol. "Jauhkan Seungcheol dari ini"

"Kalau bisa jangan biarkan dia menyentuh itu sebelum otaknya benar-benar sehat" tuturnya lagi.

Kemudian dia berhenti saat menyadari sesuatu. "Oh, apa kalian ada pekerjaan yang harus dilakukan?"

Hansol mengangkat alisnya, terlihat mempertimbangkan sekali apa yang akan keluar dari mulutnya. "Sebenarnya...i....Ya,"

dia memutar-mutar pistol itu dalam tangannya, seolah-olah itu hanya properti untuk Halloween yang konyol dan tidak akan ada apapun yang keluar jika dia tidak sengaja menarik pelatuk itu kecuali sebutir buah berry.

"Dia ingin kami mencari siapa kedok dibalik penculikan Jihoon." Lanjutnya.

"Aku yakin dia tidak akan menghentikan itu jika berhubungan dengan Jihoon." Hansol mengangguk dan Jeonghan bisa bernafas lega karena akhirnya dia menyimpan pistol itu dengan benar di holster-nya.

"Ngomong-ngomong dimana hybrid itu?" Hansol menunjuk pintu di hadapannya. "Tidur?" Tanyanya lagi.

Hansol mengedikan bahunya.

Jeonghan berjalan sebentar menuju pintu kayu itu. "Kau mau ikut masuk atau--"

"Tidak." Jawabnya cepat. "sudah malam, aku harus menemani wonwoo bermalam di kantor."

"Hati-hati di jalan."

"Yeah, kau juga" Hansol memberikan lambaian tangan singkat sebelum pergi, berjalan menyusuri lorong dan hilang di tangga.

Jeonghan memutar ganggang pintu itu selembut mungkin, tidak ingin menganggetkan Jihoon di dalam atau menganggu tidurnya.

Dia dorong pintu itu perlahan. Jihoon duduk bersandar di ranjangnya dengan nyaman, sibuk memperhatikan kalung yang melingkari lehernya hingga tidak sadar kalau seseorang membuka pintu kamarnya dan berjalan mendekatinya.

Hybrid itu baru terkejut saat Jeonghan membuka suaranya. "Kalungmu indah sekali" pujinya.

Segara Jihoon menarik kerah sweater yang dia kenakan dengan kikuk, berusaha menyembunyikan kalung itu di baliknya. Tapi tentu saja tidak berhasil karena kalung itu dibuat pas melingkari lehernya.

"Seungcheol yang memberikan itu?" Tanyanya kemudian.

Jihoon enggan menatapnya, dia memeluk lututnya sendiri, membuat dirinya tampak lebih kecil.

"Tidak tahu" dia menjawab dengan suara yang lirih dan nyaris seperti bisikan.

"Aku Jeonghan. Namamu Jihoon, bukan?"

Hybrid itu mendongak untuk menatapnya, dia mengerjab beberapa kali. "Apa aku mengenalmu?"

Jeonghan menggeleng kemudian duduk di samping Jihoon. "Boleh kan aku duduk sini?"

Jihoon mengangguk pelan, dia bergeser untuk memberikan tempat lebih untuk Jeonghan.

"Ji, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," katanya hati-hati, dia perhatikan gerak-gerik Jihoon yang kelihatan lebih tegang dari sebelumnya. "Tentang... Seungcheol"

Company |•Jicheol•|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang