Setelah perdebatan kecil mereka di meja makan, Jihoon mengurung dirinya di kamar. Tidak menggubris satu ketukan pun di pintunya. Bahkan dia melewatkan makan siang.
Hal itu membuat Seungcheol khawatir dan membuat kepalanya kembali berdenyut.
Seungcheol berjalan tertatih-tatih menuruni tangga, hendak ke dapur untuk mengambil segelas air. saat itu jugalah pintu depan terbuka, hansol berdiri disana, dan untuk pertama kalinya berpenampilan seperti remaja normal lain.
Pintu kemudian di tutup dari luar oleh Shin Il. Hansol berjalan mendekat, mengikutinya ke dapur tanpa sepatah kata karena Seungcheol terlalu lelah bahkan untuk membuka mulutnya.
Hansol duduk di atas bar dengan nyaman dan Seungcheol mengikuti setelah mendapatkan segelas air dari lemari pendingin.
Seungcheol menegaknya dengan cepat. dari ekor matanya dia bisa tahu hansol memperhatikan.
"Kau pucat, hyung" ujarnya.
Seungcheol meletakan gelasnya kemudian mengusap sudut bibirnya dengan punggung tangannya sebelum menjawab. "Benarkah?"
Hansol mengangguk. "Ada apa?"
"Apa terjadi sesuatu pada Jihoon?" Tanyanya lagi.
Seungcheol hanya diam menatapnya. Beberapa detik kemudian dia mengalihkan pandangannya dan menghembuskan nafas dengan keras. Memijat pangkal hidungnya. Bertanya-tanya, bagaimana bisa dalam sehari saja Jihoon membuatnya terlihat sekacau ini.
"Sebenarnya, kenapa kau kesini?" Seungcheol mengalihkan topik dengan cepat.
Hansol menunjuk dirinya sendiri. "Aku?"
"Bukan. Seseorang di belakangmu"
Hansol terbatuk menahan tawa. "Hyung, aku tidak perlu menengok untuk mengetahui tidak ada siapapun di belakangku"
Kemudian hening.
Hansol mengerjab kemudian berdehem keras. Seungcheol masih setia menatapnya datar. Dan sekarang hansol benar-benar merasa seperti orang tolol.
"Kau tahu aku hanya sedikit basa-basi" ujarnya. "Aku kesini karena tentu saja khawatir padamu dan--oh hai Jihoon!"
Seungcheol menoleh seketika dan mendapati Jihoon meringkuk di anak tangga, mengintip melalui susuran kayu yang dipasang renggang. Matanya membulat mengetahui dirinya tertangkap basah.
"Apa yang kau lakukan disana? Kemari lah!" Hansol bangkit, menghampiri Jihoon, menarik hybrid itu dan membawanya untuk ikut duduk bersama mereka.
Jihoon duduk di antara Seungcheol dan hansol. Tapi tidak satupun diantara mereka yang berani dia tatap.
Dia sibuk menundukkan kepala, jarinya memainkan ujung sweater yang dia kenakan dengan gugup.
Hansol menjadi yang pertama memecahkan keheningan dan membuat suasana di antara mereka jadi semakin canggung "maaf, aku harus ke toilet"
Jihoon mengangkat kepalanya seketika, matanya membulat memperhatikan hansol yang perlahan meninggalkan mereka.
Seungcheol masih diam, jarinya bergerak menelusuri bibir gelas yang kosong. Dari sudut matanya, dia bisa tahu kalau Jihoon mencuri-curi pandang padanya.
Namun kemudian bibir kecil itu terbuka. Seungcheol memejamkan mata siap merasakan suara manis Jihoon mengisi telinganya.
"Eum...anu..b-bagaimana aku m-memanggilmu sebelumnya?"
"Cheol..." Seungcheol menjawab singkat. Dan seketika sekelebat bayangan tentang Jihoon, Jihoon yang selalu merengek saat memanggil namanya, suara manisnya yang selalu menjadi alarm pagi hari Seungcheol.
![](https://img.wattpad.com/cover/141367012-288-k740711.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Company |•Jicheol•|
FanfictionSeungcheol terkejut saat mendapati ekor muncul dari balik Hoodie yang pemuda itu kenakan. Pemuda yang meringkuk di pelataran minimarket. Seungcheol lebih terkejut saat dia tahu kalau wajah yang tersembunyi di antara lutut itu begitu manis. Inspired...