For The Better Life

3.2K 327 76
                                    

Seungcheol tidak pernah mengharapkan hal baik terjadi pada hidupnya, atau akhir yang bahagia. Semua itu sama khayalnya seperti dongeng sinterklas. Setidaknya itu yang dia pikirkan sebelum bertemu Jihoon.

Hybrid itu telah membawa semua akhir bahagia ke dalam hidupnya. Dia mengubah segala pemikiran Seungcheol, sejak pertama kali bertemu.

Mereka telah melalui banyak hal bersama. Termasuk heat Jihoon yang terasa luar biasa bagi keduanya. Lebih tepatnya, semua yang dia lakukan bersama Jihoon memang luar biasa.

Termasuk beberapa tahun lalu saat mereka memutuskan untuk pindah ke Busan. Mereka punya rumah disana, di tepi pantai dekat dermaga dengan balkon belakang lebar yang menyentuh bibir pantai.

Memang tidak sebesar mansion Seungcheol atau semewah penthouse yang sering dia gunakan selama ini, tapi tempat itu cukup untuk membuat Seungcheol merasakan rumah yang sebenarnya.

Dia bahkan mengikuti saran yang selalu Jeonghan berikan, yang sayangnya baru dia lakukan, "hiduplah dengan benar, berhenti melakukan ini. Bersihkan tanganmu, cuci kakimu, gosok gigimu dan tidurlah seperti bayi dalam gedong."

Tidak. Bukan begitu. Hanya saja Jeonghan benar-benar terdengar seperti seorang ibu. Ibunya? Entahlah, bagaimana Seungcheol bisa tahu jika wanita itu tidak pernah ada dalam hidupnya. Itu kenapa dia dekat dengan Jeonghan, sekalipun laki-laki itu tidak pernah cocok dengan hidupnya. Tapi dia melakukan apa yang Jeonghan katakan seperti seorang anak yang patuh.

Dia berhenti menanam saham dimanapun dengan cara yang keji dan lebih memilih melanjutkan bisnis properti ayahnya secara bersih, yang bahkan bukan tujuan awal pria itu mendirikannya. Walau dengan jarak yang cukup jauh Seungcheol tidak bisa mengurus perusahaan itu sepenuhnya, dia lebih memilih menyerahkan semuanya pada ketiga adiknya (terpaksa dia panggil begitu karena Jeonghan yang minta.)

Dan membiarkan Vernon melakukan apapun pada mainan lamanya. Mungkin dia membuat rumahnya menjadi banker persenjataan, atau memajang semua pistol itu di etalase seperti koleksi barang antik, atau menggunakannya sewaktu-waktu untuk membasmi tikus dan serangga, Seungcheol tidak terlalu peduli.

Jadi yang perlu Seungcheol lakukan hanya menyibukkan diri bersama Jihoon.

Hybrid itu hampir menghabiskan sebagian besar waktunya di pantai hingga mereka punya stok sunblock berlebih. Dia akan menikmati sore di dermaga, memandangi matahari terbenam diiringi semburan merah muda kejinggaan yang anggun di cakrawala. Kemudian mereka akan melewati setiap malam yang dingin dengan saling berbagi kehangatan di atas ranjang, saling membisikan kata cinta saat membuka mata di pagi harinya. Sesempurna itu kebahagiaan yang Seungcheol dapat.

Walau kadang harinya bisa begitu berat saat Jihoon sedang tidak berada dalam mood yang baik. Saat tabiat kucingnya muncul Jihoon kadang bisa menghabiskan seharian penuh dengan tidak bergerak di atas tempat tidur, jika sudah begitu Seungcheol yang harus rela mengantarkan ini itu untuk Jihoon. Atau seharian minta gendong.

Hybrid itu ternyata juga mudah menjadi pencemburu. Dia akan cemburu pada apapun yang menyita perhatian Seungcheol terlalu lama, contoh: acara tv, kopi, setumpuk berkas, dan laptop. Serius nih, Jihoon memang seposesif itu. Beruntung Seungcheol mencintainya.

Saat akhirnya Jihoon merasa bersalah setelah menumpahkan kopi Seungcheol di atas berkas, atau menutup laptopnya secara sengaja dan menghilangkan beberapa dokumen, Seungcheol hanya akan bilang, "tidak masalah, ji. Aku bisa membuat kopi yang baru, mengetik ulang dokumennya dan meminta Wonwoo mengirim salinan berkas yang baru. Jangan menangis, aku tidak akan marah, oke. Aku mencintaimu."

Padahal dalam kepala Seungcheol rasanya sudah ada sekawanan banteng rodeo yang menyeruduk tengkoraknya, tapi dia tidak bisa melakukan apapun untuk memarahi Jihoon. Pernah sekali, saat dia mendapati hybrid itu menuangkan berpak-pak bubuk kopi dalam persediannya begitu saja ke laut lepas.

Company |•Jicheol•|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang