Suara nyaring dari alarm jam digital membangunkan Seungcheol. Dia menguap panjang sebelum bangkit, meraih jubah tidur yang selalu dia tanggalkan saat tidur. Kemudian berjalan menuju walk in closet mencari jaket untuk mengganti jubah tidurnya dan sepasang sneakers.
Seungcheol menyeprotkan sedikit parfum ke tubuhnya dan memberikan rambutnya satu sibakan penuh ke belakang dan tidak lupa meraih ponsel nya di nakas sebelum berjalan keluar.
Pintu kamar Jihoon masih tertutup sempurna. Tidak ada tanda-tanda hybrid itu akan keluar dari kamarnya dengan segera. Tentu saja karena ini masih pukul dua dini hari.
Seungcheol berjalan perlahan, Shin Il sudah menunggunya di bawah tangga. Dan seketika dia merasa bersalah mendapati wajah lesu Shin il lah yang menyapanya.
"Maaf menganggu tidurmu."
"Saya senang anda kembali, Tuan. Apapun yang anda perintahkan akan saya lakukan dengan senang hati"
Seungcheol tersenyum mendengar penuturan pria paruh baya itu.
"Mobilnya?"
"Sudah siap." Shin il menyodorkan kunci mobil pada Seungcheol yang buru-buru dia terima.
"Bagus," Seungcheol berjalan lebih cepat dan terkesan buru-buru padahal dia sendiri pun tidak tahu apa yang memburunya. Masih banyak waktu sebelum fajar.
Shin il membukakan pintu untuknya dengan sigap. Sedan Seungcheol sudah menunggu di hadapannya, terparkir dengan cantik, menunggu si empu untuk mengendarainya.
"Jaga Jihoon, aku tidak tahu kapan aku kembali, jadi pastikan dia tidak melewatkan sarapan. berikan dia masakan terbaik mu. yang manis. Dia tidak bisa makan makanan pedas. Jangan menerima tamu tanpa kabar dariku." Ujar Seungcheol sebelum masuk ke dalam sedannya.
Shin il mengangguk dan membungkuk penuh pada Seungcheol sebelum sedan itu melaju meninggalkan mansion nya.
###
Hujan turun saat Seungcheol sampai di penthouse nya.
Tempat itu benar-benar gelap. Tidak ada cahaya bulan maupun matahari yang menembus kaca-kaca besar disana untuk menerangi tempat itu dan Seungcheol tidak mau repot-repot mencari saklar untuk menghidupkan lampu.
Seungcheol berjalan cepat menuju walk in closet, menyalakan lampunya lalu berjengkit untuk meraih duffel bag yang selalu dia simpan di atas rak bajunya.
Dia membuka semua resleting nya dengan kasar kemudian menanggalkan semua pakaian Jihoon dari hanger dengan cepat. Dan beberapa sweater nya yang sering Jihoon kenakan.
Seungcheol menjejalkan semua itu ke dalam duffel bag begitu saja, dan saat dia menarik cepat resleting nya, benda itu tidak mau tertutup.
Seungcheol mengerang frustasi. Dia lempar tas itu hingga menghantam pintu yang setengah tertutup menyebabkan benda itu menutup dengan debuman keras.
Seketika tubuhnya merosot begitu saja ke lantai.
Tempat ini, seakan-akan Seungcheol masih bisa mencium wangi tubuh Jihoon di setiap sudutnya. Dan melihat bagaimana ekor itu mencuat di antara mantel-mantel hangatnya, kemudian merajuk saat Seungcheol menggodanya.
Tapi tiba-tiba semuanya kabur. Hanya ada kekosongan di antara mantel-mantel yang tergantung disana.
Seungcheol mengerang saat bagian belakang kepalanya serasa dihantam dengan keras. Dunia rasanya berputar di tempatnya.
Seungcheol meraung merasakan kepalanya berdenyut sebelah, suaranya beradu dengan suara badai di luar. Dia menjambak rambutnya dengan brutal, rasanya ingin sekali dia lepas kepalanya saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Company |•Jicheol•|
FanfictionSeungcheol terkejut saat mendapati ekor muncul dari balik Hoodie yang pemuda itu kenakan. Pemuda yang meringkuk di pelataran minimarket. Seungcheol lebih terkejut saat dia tahu kalau wajah yang tersembunyi di antara lutut itu begitu manis. Inspired...