Seungcheol tidak menyangka kalau hybrid itu akan menerima tawarannya begitu saja. Dia melompat ke arah Seungcheol saat suara sirine itu terdengar. Seungcheol menggiringnya masuk ke dalam mobil. Lalu pria itu memutar untuk duduk di kursi pengemudi, membuat kemejanya basah karena hujan.
Hybrid itu lagi-lagi meringkuk di atas kursi penumpang. Dia menggigil sambil memeluk lutut. Saat itulah Seungcheol sadar kalau pendingin mobil masih menyala. Dia mungkin kedinginan. Tubuhnya yang kecil hanya terbalut sweater khaki, dan celana jins yang sudah basah.
Seungcheol mematikan pendingin mobilnya dengan segera, tapi hybrid itu masih menggigil. Jari-jari kakinya yang tidak dilindungi alas kaki apapun melengkung. Ekornya memeluk pinggang.
Seungcheol merangkup tubuh kecil itu dengan jas yang tidak lagi dia kenakan, menyebabkan tubuh kecil itu berhenti menggigil. Seungcheol lalu membawa kaki itu untuk turun agar dia bisa memakaikan seatbelt dengan benar pada tubuh kecil itu.
Kemudian sebelum Seungcheol benar-benar mengemudikan mobilnya, dia ingat kalau pistol masih tertinggal di jasnya.
"Oh. Sebentar." Dia kemudian merogoh kantong dalam jasnya. Menyebabkan hybrid itu berjengkit kaget. Lalu dia menarik pistol itu keluar. "Biar aku ambil ini."
Saat Seungcheol berhasil meletakkan benda itu dalam laci dashboard mobilnya, saat itulah hybrid itu berteriak dengan sangat kencang. Dia mencoba melepaskan seatbelt-nya dengan brutal dan mencoba mendorong pintu mobil Seungcheol dengan sekuat tenaga.
Seungcheol gelagapan.
Dia mencoba membuat suara seperti 'sh' untuk menenangkannya, tapi malah hal tersebut membuat hybrid itu semakin menjerit. Dia menarik-narik pintu dengan brutal bahkan memukul-mukul kaca mobil Seungcheol, mencakar nya berulang kali setiap tangan Seungcheol mencoba menyentuhnya.
Tapi dalam satu tarikan keras Seungcheol mencengkram kedua pergelangan tangannya. Mata itu membulat menatap Seungcheol. Napasnya memburu, dan dia sudah akan berteriak kalau Seungcheol tidak membungkam mulut itu dengan tangannya yang lain.
"Hei tenang, oke?" Seungcheol bicara dengan nada selembut mungkin.
Entah berhasil atau tidak karena dia tidak pernah mau repot-repot melakukannya sebelum ini.
Akhirnya Seungcheol kewalahan saat hybrid itu menggelengkan kepalanya dengan kencang.
"Sshh ... Tenang lah! aku tidak akan menyakitimu," Katanya setengah berbisik karena dia pikir lembut artinya berbisik.
Tapi hybrid itu masih saja menggelengkan kepalanya dengan kencang guna menyingkirkan tangan Seungcheol yang membungkam mulutnya.
Baik, jadi lembut itu artinya bukan berbisik. Jadi apasih lembut itu? Bagaimana Seungcheol harus melakukannya?
Dia tidak tahu lagi harus bagaimana, jadi dia lepaskan tangan hybrid itu -karena kalau dia biarkan mulut itu terbuka hybrid itu pasti menjerit- lalu dia raih pistolnya walaupun lengannya dipukul berulang kali. Beruntung Seungcheol tidak menjatuhkan benda itu atau mengeluarkan tembakan tak terduga.
"Ambil lah." Dia paksa tangan kecil yang dingin itu untuk menggenggamnya. "Kau tidak percaya padaku, bukan? Ambil lah!" Tangan itu bergetar menggegam dinginnya logam pistol. Seungcheol kemudian menggenggam tangan itu, mengarahkannya hingga ujung pistol menyentuh dada Seungcheol di luar kemeja yang membalut nya, membuat mata kecil itu membulat sempurna. "Tembak aku di sini jika aku menyakitimu." Katanya.
Tapi genggaman itu terlepas begitu saja, pistolnya jatuh di antara kaki mereka. Walaupun begitu tangan itu tak henti-hentinya bergetar.
"Tidak, oke? Sekarang jika aku melepaskan ini, apa kau janji tidak akan berteriak?"
Hybrid itu tetap diam. Walaupun ragu Seungcheol berhenti membungkamnya. Dan tidak terjadi apapun.
Fiuh...
Mata kecil itu hanya mengerjab beberapa kali sambil berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya lewat mulut yang akhirnya terbuka.
Dalam beberapa menit, hybrid ini, yang bahkan tidak Seungcheol ketahui namanya, dan baru saja dia temui, sudah bisa membuat Seungcheol memintanya menodongkan pistol kearah nya.
Entah apa yang akan terjadi setelah ini.
"Jadi apa kau ingin tetap mau keluar? Mereka akan menangkap mu."
Seungcheol bisa melihat beberapa orang dengan pakaian polisi lengkap dengan sarung pistol sabuk melingkari pinggang lebar mereka, menyusuri jalanan di sekitar minimarket.
Hybird itu menggeleng pelan dan terkesan ragu-ragu. Saat Seungcheol bergerak untuk memungut pistol, dia kembali menegang, matanya membulat memperhatikan gerak-gerik Seungcheol dengan waspada.
Mungkin dia tidak sepenuhnya percaya pada Seungcheol. Tapi itu wajar kan? Apalagi kalau kau berada di dalam mobil bersama orang asing yang menyimpan pistol di jasnya.
Seungcheol menyimpan lagi pistolnya di dalam laci dashboard, membuat hybird itu menghembuskan napas dengan lega. dan Seungcheol tanpa sengaja terkekeh karenanya.
"Siapa namamu?" Seungcheol memutuskan bertanya. Walaupun dia tidak yakin kalau hybrid itu tahu caranya bicara, tapi dia benar-benar tidak bisa menahan mulutnya.
Tidak mungkin kan Seungcheol memanggilnya dengan 'hei', 'kau', 'kitty'. Walaupun Seungcheol bisa saja memberinya nama panggilan yang lebih baik seperti 'fluffytail', 'peaches', 'marshmallow' karena dia imut, putih, dan kecil. Atau 'kittychu' karena dia menggemaskan, dan Seungcheol yakin dia akan mencakar-cakarnya kalau Seungcheol sampai sengaja atau tidak sengaja menginjak ekornya dan-
"Jihoon." Kata hybrid itu tiba-tiba, dan Seungcheol terkejut karena dia bisa bicara, dan karena akhirnya Seungcheol tahu apa yang dimaksud berbicara dengan lembut.
"Jihoon ... ." Seungcheol merasakan bagaimana nama itu begitu pas untuk dia ucapkan. Bahkan lebih baik daripada nama panggilan yang Seungcheol buat. "Nama depan?"
Jihoon menggeleng. Seungcheol tidak tahu apakah wajar bagi hybird untuk tidak mempunyai nama depan, tapi menurutnya itu aneh. Seolah-olah mereka benar-benar hanya peliharaan. "Bagaimana dengan ... Lee?"
Karena hanya itu satu-satunya nama yang terlintas di benak Seungcheol, dan begitu umum untuk digunakan. Kau tahu? Seolah-olah hanya ada dua marga di Korea; Lee dan Kim.
"Kenapa?"
"Karena ... Aku yakin akan aneh jika nama depan kita sama." Kecuali jika kita sekeluarga. Dan lagi, Seungcheol tidak suka jika semakin banyak orang yang menggunakan nama depannya.
"Bukan," Jihoon menggigit buku-buku jarinya dengan resah. "Kenapa kau—kau memberikanku nama d-depan?"
Sekarang Seungcheol lebih terkejut karena dia bisa bicara sepanjang itu.
"Karena itu membuatmu terdengar memiliki keluarga." Dan membuatmu terdengar lebih masuk akal untuk tidak dianggap sebagai peliharaan.
"Kenapa kau peduli?"
Karena---
Seungcheol membuka mulutnya, mengatupkan nya lagi, lalu membukanya lagi. Ada sesuatu di kepala Seungcheol yang harus dia keluarkan, tapi tidak bisa dia katakan bahkan dengan suara kecil di dalam kepalanya.
Kenapa juga Seungcheol peduli?
Setelah dipikir-pikir Seungcheol hanya ingin makan ramyeon. Bersama hybrid yang dia temui di depan minimarket.
Kenapa dia peduli kalau hybrid itu punya keluarga atau tidak?
. . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Company |•Jicheol•|
FanficSeungcheol terkejut saat mendapati ekor muncul dari balik Hoodie yang pemuda itu kenakan. Pemuda yang meringkuk di pelataran minimarket. Seungcheol lebih terkejut saat dia tahu kalau wajah yang tersembunyi di antara lutut itu begitu manis. Inspired...