Ringan.
Itu yang Seungcheol rasakan saat bangun. Tubuhnya terasa lebih ringan dari biasanya.
Tentu bukan tanpa alasan. Itu pasti karena suntikan yang diberikan Jeonghan. Seungcheol tidak bodoh. Tapi dia terlalu lelah untuk memikirkan itu. Terlalu lelah untuk memperingati Jeonghan. Lelah untuk mengatakan kalau dia baik-baik saja.
Semuanya tidak pernah berjalan dengan baik-baik saja. Tidak pernah.
Bahkan Seungcheol tidak pernah ingat rasanya menghabiskan waktu bersama teman-teman di sekolah. Piknik keluarga saat musim panas. Menghabiskan waktu di perapian bersama keluarga di malam Natal.
Lalu untuk apa selama ini Seungcheol selalu berpura-pura seolah semua baik-baik saja?
Pada akhirnya semua akan melihat dia yang seperti ini. Bodoh. Kesepian. Menyedihkan.
Tidak ada yang bisa Seungcheol lakukan sekarang. Tidak lagi.
Seungcheol Celingukan mencari ponselnya dan mendapati kalau benda itu berada di atas nakas dengan layar yang terus berkedip-kedip menyala. Dia meraihnya dan seketika terkejut mendapat berondongan pesan yang kebanyakan dikirim oleh wonwoo, tapi tak satupun yang Seungcheol baca. Alih-alih membukanya Seungcheol justru menghapus semua pesan yang dia terima dan menelpon pria itu.
Seketika itu juga suara wonwoo mengisi telinganya. "Hei! Kenapa baru telpon sekarang?" Tuntutnya dari ujung sana.
"Memang kapan aku harusnya menelponmu?" Seungcheol balik menuntut.
"Aku sudah dengar dari hansol." Tuturnya dan kali ini Seungcheol tidak menuntut wonwoo tentang apa yang dia dengar dari hansol.
Seungcheol hanya diam. Sampai wonwoo melanjutkan. "Jadi hari ini kau tidak perlu datang ke kantor."
Baru lah matanya membulat.
"Apa?!"
"Jeonghan bilang kau butuh banyak istirahat, Hyung." Ucap wonwoo dan pria itu pasti tidak percaya kalau Seungcheol bilang dia baru saja merasa seperti bangun dari hibernasi yang panjang.
"Aku baik-baik saja"
"Berhenti mengatakan itu! Kita semua tahu kalau kalau kau tidak baik-baik saja"
Seungcheol mencelos. Dia mengusap wajahnya kasar.
Siapa yang ingin kau bohongi sekarang, Cheol.
"Won, aku--aku lebih baik sekarang." Ujarnya, hampir seperti pertanyaan untuk dirinya sendiri.
"Ya ya ya, katakan itu setelah kau bicara pada Jihoon."
Seungcheol mengernyitkan dahinya. "Kenapa aku harus-"
Kemudian sebelum Seungcheol berhasil menyelesaikan kalimatnya, dia menyadari sesuatu.
"Jihoon!" Seungcheol menyerukan nama itu spontan. Segera dia memutuskan sambungan telpon nya. Seungcheol melompat turun dari ranjang, tidak mau repot-repot memakai sandalnya.
Dia harus bicara dengan Jihoon sekarang.
Seungcheol segera membuka pintu kamarnya bersamaan dengan pintu kamar Jihoon yang dibuka oleh empunya.
Mereka membeku di ambang pintu. Saling tukar pandang dengan kikuk. Kemudian keheningan itu dipecahkan oleh Jihoon yang sibuk memilin keliman sweater nya dengan gelisah.
"B-bagaimana keadaan mu?"
Seungcheol manaikan sebelah alisnya heran. Kenapa Jihoon tiba-tiba menanyakan keadaannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Company |•Jicheol•|
FanficSeungcheol terkejut saat mendapati ekor muncul dari balik Hoodie yang pemuda itu kenakan. Pemuda yang meringkuk di pelataran minimarket. Seungcheol lebih terkejut saat dia tahu kalau wajah yang tersembunyi di antara lutut itu begitu manis. Inspired...