#1

368 17 0
                                    

"Hallo nama saya Nada Putri A." Seorang gadis berseragam SMA memperkenalkan dirinya didepan kelas, penampilan biasa, sepatu hitam putih yang menutupi mata kaki bergaris putih dibawahnya.

Bekas luka disudut bibirnya, lebam di tulang pipinya seperti luka baru, plaster kecil di tulang hidung, rambut hitam yang dicepol kebelakang dengan gaya asal-asalan, menambahkan kesan, brandal.

"Singkatan A nya itu apa?" Seorang siswa laki-laki mengacungkan tangannya bertanya.

Seperti kereta api pertanya beruntut pun keluar dari siswa ataupun siswi.

"Luka dimukanya kenapa?"

"Udah punya pacar belum?"

"Tinggalnya dimana?"

Gadis itu menatap dingin keseisi kelas.

"Boleh saya duduk bu?" Gadis itu menoleh kearah wali kelasnya saat ini.

"Eh iya boleh, kamu bisa duduk di paling belakang di dekat si Agam" Nada berjalan melewati murid-murid yang lain yang masih sibuk membicarakannya.

Sebenarnya dia tidak tau siapa yang namanya Agam, yang dia tau hanya ada satu meja kosong dan kursi kosong disamping pria yang sedang tertidur menghadap dinding.

"Gue gak suka liat cewek kampung itu"

"Mukaknya udah kayak preman pasar aja, kanya..."

Beberapa murid cewek dikelas berbisik sambil melirik kearah Nada yang saat ini sudah duduk dibangkunya

"Baik anak-anak kita mulai pelajarannya ya..."

"Yah... free les kek bu Wati... bosan belajar mulu." Celetuk salah satu murid diikuti murid-murid yang lain.

"Kalau gak mau belajar keluar sana" guru itu membentak murid-muridnya dengan garang sambil memukulkan penggaris kayu yang panjangnya mungkin 1 meter itu kepapan tulis.

Seketika kelas hening, Nada yang ikut kaget mendengar suara penggaris itu sempat menjatuhkan pulpennya ke lantai.

"Yah macet deh" Nada bergumam sambil mencoret bukunya dengan pulpennya.

"Nih pakek punya gue" laki-laki disebelah Nada berbalik melihat Nada dengan kepala masih ditidurkan di atas meja.

"Gak usah, punya gue masih bisa di pakai."

Hening

"Pfft.... hahaha"

Plak

"Siapa yang ketawa itu hah!?"

Bu wati memukulkan penghapus kepapan tulis menatap muridnya, sementara muridnya menatap kearah belakang, kearah bangku Nada dan Agam, bukan lebih tepatnya kearah Nada.

Nada kaget, kaku karena ditatap begitu.

"Baiklah kita lanjut kan lagi pelajarannya, jadi ginjal berfungsi sebagai bla bla bla"

"Kenapa liatnya ke gue?" Nada bergumam pelan kemudian menulis yang sedang diterangkan bu Wati.

"Mungkin karena lo cantik" Nada melirik kearah sampingnya.

Agam menegakkan kepalanya kemudian menopang dagunya dengan tangan menatap kearah Nada.

"Agam Alfaro Wijaya, lo bisa panggil gue Agam, atau sayang juga boleh" Agam mengedipkan sebelah matanya kearah Nada.

Brak

Nada membanting tasnya keatas meja membuat kelas kembali diam, bahkan Bu Wati juga terdiam.

NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang