#29

87 5 0
                                    

Kesunyian terjadi didalam mobil, Agam yang sibuk menyetir dan sesekali mengklakson mobil didepannya karena tidak jalan padahal lampunya sudah berganti hijau.

Nada disamping Agam malah asik dengan kincir angin kertasnya, di sibuk meniup kincir angin itu.

"Kok macet ya?" Nada memecah keheningan didalam mobil.

"Kayaknya ada kecelakaan ni didepan, bakalan lama dijalan kalau gini ceritanya" Agam menggaruk kepalanya gusar, karena sebentar lagi mulai malam.

"Agam, ada minum gak?" Nada melihat kearah Agam.

"Gak ada, lo haus ya?"

"Iya,Serasa tenggorokan gue lagi musim kemarau"

"Makannya kalau haus jangan sibuk niupin kincir angin" Agam membuka kaca jendelanya dan memanggil pedagang asongan yang sedang berkeliling.

"Terserah gue dong" Nada bergumam sambil mengecek HPnya.

"Nih minum" Agam memberikan sebotol air mineral kepada Nada.

Nada langsung meminumnya dengan pipet sambil melihat-lihat pemberitahuan dari HPnya.

Sebenarnya semenjak Nada memberikan kontaknya dan masuk kedalam grup kelas banyak laki-laki yang ingin berkenalan denganya.

Setiap hari pesan-pesan dari orang yang tidak dikenal oleh Nada masuk, tapi Nada tidak pernah melihatnya atau membalasnya.

Uhuk uhuk uhk

Nada kaget sampai terbatuk melihat apa yang berada didalam layar ponselnya.

"Pelan-pelan, makannya minum jangan sambil main HP" Agam menepuk-nepuk pelan punggung Nada dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya masih memegang kemudi.

"Airnya keluar dari hidung, sakit banget" Nada memegangi hidungnya dan mengambil tisu yang diberikan Agam.

"Emangnya lo abis liat apasih?"

"Kak Ian ngechat gue" Nada menunjukkan layar HPnya kepada Agam dan benar saja Brian sedang menanyakan keberadaan Nada.

"Bales apa ya?" Nada terlihat gugup dan bingung ingin membalas pesan dari Brian.

"Ya dia nanya apa?"

"Dia tanya gue jadi pergi sama elo"

"Ya balas aja, jadi " Agam kembali membunyikan klakson mobilnya agar mobil didepannya cepat jalan.

"Balas 'jadi' aja? Gak ada tambahan yang lain?" Nada bertanya kepada Agam.

"Iya, emang mau ditambahi apa? Micin?" Agam melirik kesal kearah Nada.

Nada mengangguk dan mengetikkan balasannya.

"Gila, cepat banget balasnya" Nada melihat kearah Agam dan kembali melihat HPnya.

"Dia nanya udah sampai rumah apa belum? Jawab apa ya?"

"Ya jawab belum la bego, lo gak liat kita lagi kejebak macat disini?" Agam kesal kepada Nada sambil mengacak-acak kasar rambutnya.

"Belum, lagi kejebak macet kak" Nada menggumamkan kata-kata yang akan diketiknya.

"Jangan, jangan sekarang, Agam pinjem power bank, cepat pinjam" Nada menarik-narik baju Agam sambil terus menatap layar ponselnya yang sebentar lagi akan mati.

"Jangan ditarik-tarik nanti koyak" Agam berusaha melepaskan tangan Nada dari bajunya.

"Yah mati" Nada menatap murung HPnya yang sudah mati.

"Bagus deh, akhirnya elo gak berisik lagi" Agam terkekeh melihat Nada.

Nada memasukkan kembali HPnya kedalam tas dan kembali ke aktivitas awalnya meniup kincir angin.

Jalanan semakin macat ditambah jam pulang kerja dan terjadi kecelakaan membuat kendaraan tidak bergerak sama sekali.

"Bosan" Nada menopang dagunya menatap keluar jendela.

"Ya udah tidur aja" Agam menjawab asal ucapan Nada.

Nada yang mendengar itu langsung menatap horor Agam dan meletakkan tasnya didepan dada, Nada memeluk dirinya sendiri.

"Eh anjir, gak bakalan gue apa-apain elo, lo pikir gue cowok apaan? Lagian gak selera gue sama elo" Agam menatap kesal Nada.

"Siapa yang tau kalau elo kilaf" Nada semakin menggeser duduknya merapat dekat pintu mobil.

"Kalau gue kilaf juga gakpapa sih, gue bakalan tanggung jawab kok, lagian nikah muda juga lagi ngetren"

"Gue turun ni?" Nada mengancam Agam dengan ingin turun dari mobilnya.

"Ya udah turun aja." Agam menjawab acuh.

"Sial" Nada bergumam pelan menatap jalanan dari jendelanya.

"Nih, main game di HP gue, ada banyak gamenya" Agam memberikan HP nya kepada Nada.

Nada mengambilnya "gakpapa ni gue mainin HP lo?" Nada bertanya kepada Agam.

Agam hanya berdeham kepada Nada.

"Gamenya gue ganti akun gue ya?" Nada bertanya kepada Agam tanpa mengalihkan pandangannya dari HP yang dipegangnya.

"Ya"

Sesaat suasana didalam mobil hening sampai suara dari game yang di mainkan Nada membuat Agam kesal.

"Kecilin volumenya Nada, gue gak konsen nyetirnya"

"Babi"

"Lo bilang gue apa Nad!!!" Agam marah mendengar ucapan Nada.

"Liat-liat Agam, babinya gemuk-gemuk" Nada menunjukkan layar ponsel Agam yang menampilkan salah satu permainan perkebunan.

Agam semakin kesal melihat Nada yang tidak mendengarkan ucapannya sama sekali dan untuk volume gamenya tidak ada perubahan, masih juga dengan volume kerasnya.

"Gue main game ini udah lama banget, dulu game adalah teman baik gue" Nada diam dan masih fokus memotong tanaman dalam game tersebut.

"Gue dulu gak punya teman" sambung Nada.

"Gak kaget" jawab Agam acuh.

"Gue dulu selalu dibully"

"Cocok sih" Agam kembali menjawab acuh ucapan-ucapan Nada.

"Lo percaya gak, Gam kalau gue bilang dulu gue itu jelek, item, gendut,pendek?" Nada melirik Agam sebentar kemudian kembali memainkan gamenya.

"Yah.....percaya la"

Nada terkekeh mendengar jawaban Agam.

"Dah turun lo" Agam memberhentikan mobilnya didepan rumah Nada.

"Yah...baru sebentar mainnya" Nada melihat sekitar rumahnya dengan kecewa.

"Yah gue gak masalah sih kalau elo mau lama-lama sama gue"

Nada hanya menatap datar Agam dan berisap turun dari mobil sampai tangannya dicekal oleh Agam.

"Lo kalau nangis makin jelek Nad" Agam berbicara sambil menujukkan senyum lembutnya.

"Gue gak pernah nangis ya... yang tadi itu cuman... cuman mata gue keringetan aja"

Agam tertawa mendengar ucapan Nada yang berbohong dengan alasan yang konyol.

"Ya..ya terserah elo"

"Makasih" ucap Nada pelan

"Buat apa?"

"Karena elo... karena...karena"

"Apasih gak jelas" Agam melihat Nada bingung.

"Ck, karena elo udah minjemin HP lo tadi" Nada berseru kesal dan turun dari mobil memasuki rumahnya.

"Makasih elo udah mau dengerin cerita gue, makasih karena elo ada saat gue butuh sandaran untuk menumpahkan air mata gue" Nada bergumam sambil memegang gagang pintu rumahnya.



NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang