#9

123 6 0
                                    

Selesai mengunci pintu rumah, Nada berjalan santai menuju sekolahnya. Tidak ada yang berbeda pada penampilan Nada hari ini kecuali jaket berwarna biru langit yang dipakainya.

Nada memasukkan tangannya ke dalam saku jaket agar tidak ada yang tau tentang perban ditangannya. Luka diwajah Nada juga sudah hilang, memperlihatkan wajah putih bersih milik Nada.

Jalanan masih sepi belum banyak kendaraan yang melintas, udara pagi pun masih segar, seharusnya keadaan seperti ini bisa membuat Nada nyaman, tapi malah sebaliknya, Nada justru tidak fokus. Sambil berjalan dia juga memikirkan sesuatu, sesuatu yang membuatnya tidak bisa tidur tadi malam.

"Gimana nanti kalau gue jumpa sama si Agam? Gue musti gimana? Astaga aaargggh" Nada menggelengkan kepalanya.

"Cuek aja Nad, toh dia juga gak bakalan minta maaf, tapi gimana kalau dia minta maaf ? Gue masih belum bisa terima..., atau gue duduk sama Nita aja ya?"

Nada terus bergumam sendiri sambil jalan, mungkin jika orang melihatnya pasti berpikir jika Nada sudah gila.

Ketika sampai didepan gerbang sekolah, Nada baru berhenti bicara, dia menarik napasnya dalam lalu mengehembuskannya perlahan dan masuk kedalam sekolah.

Sekolah belum terlalu ramai, mungkin kantin juga masih menyusun dagangannya.

Nada berjalan dikoridor menuju kelasnya, tapi tiba-tiba lengan Nada ditarik seseorang. Nada dibawa menjauh dari area koridor, membawa Nada ketaman belakang sekolah yang baru Nada tau sekarang jika ada taman disekolah ini.

"Lepas." Nada menghentakkan lenganya kuat tapi tanganya masih didalam saku jaketnya.

"Gue... gue... maafin gue Nad" Agam memegang kedua bahu Nada, tertunduk melihat tanah dibawahnya.

Nada terkejut mendengar ucapan Agam. Sekilas dia teringat tentang ucapan Rendy yang mengatakan kalau Agam orang yang sulit untuk minta maaf.

"Lo minta maaf ke gue atau sepatu gue? Kalau ngomong tu liat orangnya"

Agam mengangkat kepalanya melihat kearah Nada, dan sekali lagi Nada kaget melihat Agam. Matanya memerah, bahkan ada kantung mata, ini seperti bukan Agam yang selalu terihat segar seperti biasa.

"Maaf Nad gue gak berma-"

"Kenapa mata lo?" Nada langsung memegang pipi kanan Agam dan melihat kearah mata Agam.

"Nad, maafin gu-"

"Iya, iya gue maafin, kenapa mata lo?" Nada mendekati Agam, sementara Agam melepaskan tangannya dari bahu Nada.

"Kenapa tangan lo Nad?" Agam memegang tangan Nada yang dibalut perban.

"Berhenti cemasin gue Gam, kenapa mata lo?" Nada menangkupkan tangannya diwajah Agam. Saat ini entah apa yang dipikirkan oleh Nada, kenapa dia harus peduli dengan keadaan Agam.

"Gue cuman gak tidur semalam Nad, makasih lo udah peduli sama gue, terus tangan lo kenapa?"

"Apa? Tangan... ini... itu... kejepit pintu" Nada langsung berbalik dan berlari meninggalkan Agam.

'Gila, gila gue bener-bener gila... apa yang barusan gue lakuin?... gue pegang pipi si Agam, kanan kiri aaarggghhh, terus kenapa gue peduli sama si Agam? Arrrgghhh sial sial"

Nada berhenti sejenak dari larinya kemudian melompat-lompat di koridor sambi memuku-mukul pelan kepalanya.

Grepp

Gelap pandangan Nada langsung gelap sesuatu menutupi wajahnya.

"Sssttt diem ini gue Agam, gue baru menyelamatkan elo dari pandangan orang yang nganggep elo gila" Agam berbisik ditelinga Nada. Agam menutupi Nada dengan jaketnya.

NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang