#21

109 7 0
                                    

"Rambut gue berantakan karena ketiduran tadi" Nada mengomel pelan kemudian melepaskan cepolan rambutnya. Nada menyisir rambutnya dengan tangan.

"Sini gue kuncirin"

"Emang lo bisa?" Nada memasang wajah menyelidik dan ragu kearah Agam.

"Gue punya keponakan cewek, gue sering kuncirin rambut dia, gue juga bisa ngepang. Mau bukti?" Agam menaik turunkan alisnya.

"Kalau sempat jelek hasilnya, rambut lo yang gue kuncir"

"Oke" Agam berpindah posisi duduk menjadi dibelakang Nada.

Agam mulai membelah tiga bagian rambut Nada untuk mengepangnya.

"Jam berapa ini?" Nada bertanya kepada Agam yang sedang fokus mengepang rambutnya.

"Gak tau, tapi yang pasti udah pulang sekolah"

"Apa? Seriusan?!" Nada kaget mendengar ucapan Agam karena dia merasa baru sebentar tertidur.

"Terus Nita sama Mala gimana? Kan kuncinya sama gue" Nada makin bingung karena mengingat Nita dan Mala tinggal bersamanya.

"Kuncinya ada di tas lo kan? Mereka bawa tas lo pulang kok, jadi mereka pasti tahu la" Agam menjawab kebingungan Nada dan berhasil membuat Nada tenang.

"Selesai....hebat juga ternyata gue ya" Agam tersenyum bangga melihat hasil karyanya dirambut Nada.

"Mana?, mana coba liat!" Nada juga tidak sabar melihat rambutnya.

"Ntar gue fotoin" Agam mengeluarkan HP dari saku celananya.

Memotret rambut Nada kemudian menunjukkannya kepada Nada.

"Hmmm lumayan la" Nada mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengusap usap dagunya melihat foto rambutnya.

"Sebenernya gue lebih suka rambut elo itu gak diikat sih" Agam kembali ketempat duduk awalnya yaitu kursi disamping tempat tidur Nada.

"Kenapa?" Nada bergerak dari tempat tidurnya menunjuk sepatunya yang berada didekat Agam, bermaksud agar Agam mengambilkan sepatunya.

Tapi Agam bukan memberikannya pada Nada, dia justru memasangkannya kekaki Nada.

Dia memasangkan kaos kaki Nada dengan perlahan karena tau kaki Nada masih sakit.

Nada yang mendapat perlakuan itu dari Agam hanya diam saja tidak menolak. Nada senang memperhatikan wajah serius Agam dari atas tempatnya duduk.

"Soalnya kalau rambut lo itu diikat, leher lo itu keliatan, leher lo itu jelek gak ada seksi seksinya, ditambah muka gak seberapa elo jadi merusak pemandangan." Agam melihat kearah Nada dengan pandangan mengejek.

"Brisik lo, cepat ikatin tali sepatu gue" nada menggoyangkan kaki kirinya.

"Baik tuan putri" Agam memutar bola matanya, kemudian mengikatkan tali sepatu Nada.

Setelah selesai Nada berusaha untuk turun dari tempat tidur dibantu oleh Agam.

"Bisa jalan?" Agam bertanya kepada Nada dengan pandangan khawatir.

"Bisa, kaki gue sakitnya juga udah kurang kok"

Agam menganggukkan kepalanya dan membiarkan Nada berjalan sendiri, ketika Nada akan jatuh Agam baru memeganginya.

"Loh kok kaya masik siang sih? Kata elo kita udah pulang" Nada menatap langit yang masih cerah.

"Memang masih jam sebelas, tadi guru ada rapat, makanya pulang cepat" Agam menjawab acuh pertanyaan Nada.

Sementara Nada melihat Agam dengan pandanga ingin membunuh.

"Mau gue anter pulangnya?"

"Gak usah" Nada menjawab ketus pertanyaan Agam, sebenarnya Nada butuh sekali tumpangan untuk pulang, mengingat kakinya yang belum terlalu baik tidak mungkin Nada berjalan kaki.

NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang