Bab 13: Hati yang Kosong

1.7K 104 2
                                    

Bismillah...
Assalamualaikum
Selamat membaca saudara, saudariku. Apabila ada kesalahan bolehlah bantu memperbaiki.


Gelas

Pecahlah berpuing

Kokohlah bercinta

Bertaruh indah

Pemilik saja

Bertaruh gundah

Dunia saja

***

''Bangkit dari keterpurukan memang sulit. Namun selalu berada dalam keterpurukan adalah sebuah jalan buruk yang mempertahan diri dalam kesulitan.

***

Bumi Lampung hari ini tengah dipanggang surya. Menaungi langkah-langkah kaki kemana saja tujuannya. Meski waktu telah berposisi satu jam setelah azan dzuhur memenuhi keramaian kota. Jalan besar bernama Sudirman itu tengah dilanda kemacatan sejenak. Tidak lama, hanya beberapa menit saja karena sempat terjadi kecelakaan kecil si pejalan kaki yang begitu saja menerobos zebra cross tiada peduli puluhan mobil yang melintas dengan beragam kecepatan. Dan akhirnya tercekat kala sebuah mobil tak sengaja menabraknya. Diketahui, ternyata sang pejalan kaki tersebut dalam keadaan mabuk. Wajar saja. Yang tidak wajar, di siang bolong seperti ini ternyata kemaksiatan yang demikian tetap terjadi. Tepi jalan dekat sebuah ruko sepatu yang sempat mengundang puluhan orang mengerubungi telah terpecah. Kembali sibuk pada urusan masing-masing, bahkan tak banyak pula di antaranya yang melempar kalimat cercaan, dan hinaan. Dan kejadian kecil ini seketika memberi kertas pemberitahuan tanpa aba-aba pada banyak awak media. Entah itu televisi, koran, majalah, hingga radio.

Seorang lelaki yang mencangkleng kamera bergegas meninggalkan lokasi kejadian. Usai bertemu tatap beberapa narasumber, baik saksi mata dalam kecelakaan ataupun pihak polisi. Sebuah gedung tempatnya duduk manis menikmati secangkir kopi, sekaligus menjadi tempat rajutan kalimat tak jauh dari tempat kejadian perkara. Tiba di depan gedung dengan plang bertuliskan Arreligi besar di kepala gedung tersebut, ternyata banyak kesibukan di luar. Beberapa orang menurunkan barang-barang yang masih dibungkus kardus dari bak mobil. Beberapa lagi ada yang sibuk menunjukkan tempat yang semestinya digunakan barang tersebut.

Althaf berlalu melewatinya. Sempat bertegur sapa pada para pekerja dadakan itu.

''Eh, Al tadi tim redaksi sempet rapat sebentar soal alat-alat pendukung pembuatan majalah yang lagi diturunin dari bak mobil itu. Rapatnya tadi pas kamu liputan.'' Tiba menapakkan kaki di lantai marmer bangunan itu, Althaf langsung diberi berita dadakan tanpa keikutsertaannya oleh seorang lelaki sesama timnya.

''Ya, terus? Hasil rapatnya apa? Pak Anwar gak marah kan aku gak ikut? Tumben juga rapatnya dadakan dan gak harus diikuti oleh semua anak.''

''Enggak dong. Lagian cuma diminta hari besok untuk full time di kantor. Turut serta pengecekan alat, dan gerak cepat membicarakan isi majalah untuk lusanya.''

''Wah, gercep banget. Oke kalau gitu. Terimakasih infonya, Akh. Aku mau lanjut ngetik dulu. Assalamualaikum.''

''Oke. Waalaikumsalam.''

Sempat bersinggah ke kantin kantor untuk memesan teh dan beberapa gorengan, kini tangan lelaki itu sudah bergerilya di atas tombol-tombol hitam dengan motif angka dan pelengkapnya. Menyalin inti berita yang baru didapatnya menjadi tulisan yang sedikit lebih panjang. Tak luput akan sebuah sambungan rantai tentang agama. Tidak lama kemudian, teh dan gorengan yang dipesannya datang. Dibawakan oleh pelayan wanita tua berkerudung besar.

Ajari Aku Bermuhasabah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang