Bismillah...
Assalamualaikum😊
Selamat membaca
Adakah yang mulai tertarik dengan cerita ini? HeheBersenang-senang lah kini, bersakit-sakitlah nanti.
***
Bukan daku
Yang kau tampak
Bukan daku
Yang kau celotehkan
Bukan daku
Siapa seulum senyum
Tapilah daku
Sebuah luka
Tapilah daku
Yang pandai bermain wajah
***
Benda-benda dengan beragam ukuran satu persatu ditatap mata indah itu. Beralih pada sebuah benda pemantul bayangan di hadapanya, tampaklah sepasang mata yang cukup terdapat lipatan di bawahnya. Sembab, dan masih menyisakan retakan layaknya puing-puing kaca yang melukai. Sudah sepuluh menit Hasna terpekur menatap bayangan diri sendiri. Hanya sepasang tangannya yang mampu berupaya tuk merapikan rambut yang sempat berserakan. Diikat pada sebuah tali rambut berbahan karet. Nyatanya, permintaan lima belas menit lagi harus tiba di tempat pemotretan tidaklah terlaksana. Tubuh ramping Gadis cantik itu masih mengenakan kaos dengan lengan pendek, dan kaki jenjangnya masih menggunakan celana jeans pendek rumahan.
Entah kapan ending cerita hidup ini akan ia dapat. Kebahagiaan nyatanya hanyalah bersinggah sesaat lantas berlalu kembali tanpa ingin datang lagi. Perahunya masih terombang ambing tak tentu arah. Garis-garis benang tak beraturan bak melilit isi kepala dan hati. Lelah. Sakit.
Beruntung, ada sebuah tekad yang tetiba saja bertamu dalam hati gadis itu. Hidup tak selamanya duka, dan tak selamanya suka. Tetapi entah kenapa baginya hidup seakan ingin berbaring selamanya di antara tusukan-tusukan luka tajam.
Nay, maaf aku baru mau berangkat. Mungkin tiba dua puluh menit lagi.
Segera Hasna beralih meraih tas yang sudah terisi rapi make-up serta tas khusus ponsel dan dompet. Pakaian untuk pemotretan selalu disediakan dari pihak yang mengajak bekerjasama. Entah untuk kepentingan sponsor pakaian, atau hanya cover majalah saja. Tidak masalah bagi Hasna, keduanya sama-sama menguntungkan. Selembar kertas dengan nominal besar siap telapak tangannya terima nanti. Kisaran delapan hingga lima belas juta. Besar? Ya, jumlah yang besar. Tapi tidak setara dengan besarnya kebahagiaan yang ia rasakan.
''Bu, Ibu..., Hasna berangkat kerja dulu, ya?'' ditempelkanlah daun telinganya pada pintu kamar Ibu. Hanya satu yang mampu didengar: isak tangis ibu yang seakan berusaha tengah diredam dalam-dalam. Tidakkah ia mengerti betapa pilu hati Hasna kala menjamah apa yang disuarakannya? Tidakkah lebih sakit hati Hasna daripada luka sendiri? Hidup dengan gelimangan harta ini tercapai bersama Ibu dan Bapaknya. Tapi kenapa sekarang harus terpecah belah?
''Ibu baik-baik aja kan di dalem? Hasna berangkat ya, Bu.'' Suara Hasna cukup parau mengatakannya. Lantas dalam keadaan menunduk, ia mempercepat langkah keluar rumah. Gerak sepasang kaki Gadis bernama lengkap Hasna Kamila itu, yang terbalut sendal rumahan jadi pandangan utama. Langsung masuk mobil usai dibukakan pintu oleh Pak Japri, sopir pribadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajari Aku Bermuhasabah
SpiritualCerita ini telah SELESAI dan MASIH UTUH. Follow dulu karena ada beberapa bagian yang diprivate. Testimoni: @MiraBlank ''Subhanallah. AKu baper baca bagian ini 😍😍😍'' #4 in Muhasabah: 11 Mei 2018 #4 in poetry: 24 Juni 2018 #59 in Religi: 12 Mei 201...