Bab 32: Fakta

1.3K 97 4
                                    

Bismillah
Assalamualaikum
Selamat membaca

Yang tertanda di netra

Bicaralah semesta

Tak ada gua dalam sana

Emas pun berkilau-kilau

Gugur jua tebing itu

Lara?

Asa?

***

''Rahasia terbesar apapun ketika Allah berkehendak menampakannya, maka akan tertampak jua.''

***

Tersembul-sembul jualah butiran bening itu dari pori-porinya. Hingga diusap handuk kecil berulang kali, dan sejenak pengeluaran ekskresi dari kulit itu terhambat. Sejenak menepi, usai olahraga fitnes. Terteguklah air mineral dari botol plastik itu. Tangannya dibiarkan terkibas-kibas berulang kali dengan sebuah majalah tipis. Anak rambutnya tertatih-tatih melepas diri dari rekatnya peluh pada pelipis.

''Istirahat dulu, Nay! Gak capek apa?''

Yang disebut namanya masih jua menarik-ulur otot kaki di atas sebuah pijakan lari di tempat.

''Nanti. Nanggung satu menit lagi targetku.''

Ibu jari Hasna terusap-usap di atas layar ponsel. Kepalanya tampak digerakkan ke kanan dan ke kiri beberapa kali. Tertampak jualah di sana, dalam kamera layar depan wajah wanisnya. Berkaca, lantas beberapa kali sempat selfi. Diunggahnya jua ke akun instagram. Lehernya yang terpajang, helai-helai rambutnya yang seumpama tambang penarik banyak mata, urung jua bibirnya yang melengkung indah serta bulu mata yang lentik. Perlahan notif berbentuk love mulai berdatangan, seiring jemarinya yang terus meng-scroll ke atas beberapa kali. Kembali, dan akhirnya dimatikanlah ponsel itu. Bergegas mengambil hamduk kecil dan menggantung tasnya di pundak. Izin pulang lebih awal pada Naya. Ingin saja bersegera kembali ke rumah, meski tak ada siapa-siapa lagi di sana. Seorang diri.

***

Terkuaklah pintu depan rumah bergaya minimalis itu. Bau pendingin ruangan yang telah terkontaminasi kotoran langsung menyergap. Memang, sepulangnya dari Bali, Hasna belum menghubungi pihak kebersihan, juga belum mencari pembantu baru ataupun sopir baru. Seakan terlampau nyaman dalam kesendirian ini. Tapak kaki dari sepatu sport-nya melukis-lukis jejak hampa di antara beberapa debu tipis yang terhampar di lantai marmer itu.

''Kesendirian membuatku nyaman.'' Punggungnya tersandar di balik pintu kamar. Terkatup sejenak kelopak mata indah itu. Bersegeralah ke kamar mandi. Mengguyur tubuh yang telah berselimut peluh beberapa jam tadi. Dan kini telah menjatuhkan diri di atas sofa kamar. Rintik-rintik bening yang keluar dari shower kamar mandi tadi seumpama salurkan energi yang membangkitkan kecerahan wajahnya. Tengah bermain-mainlah matanya itu di depan laptop. Jemari kirinya sibuk menjejalkan keripik singkong. Hingga tiba sesuatu menyapa gendang telinga, jadilah jemarinya terhenti di sana. Dua kali bel rumah berdentang-dentang.

Antara penasaran dan kesal atas kedatangan tamu yang tiada tahu siapa, alhasil melangkah jua kakinya keluar. Memutar ujung kunci sepasang daun pintu besar itu, dan tertampaklah di sana seorang Gadis berdiri. Melontarkan salam, alih-alih tuk dijawab, nyatanya tidak. Tubuh Hasna saja yang berujar. Melebarkan daun pintu meski kalbunya dirasa tertimpa beban besar. ANtara rela dan tidak bertandang di sana.

''Ada apa? Gak perlu basa-basi. Aku ingin istirahat, dan kamu telah mengganggu waktu istirahatku.''

Salivanya hampir tertambat di sela-sela kerongkongan. Tak ingin berselancar, upaya tenang tercipta di hati. Nuha. Retinanya bergerak menatap Hasna. Semburat ujung mata tajamlah yang didapatnya.

''Baiklah. Maaf jika kedatanganku mengganggu.''

Jarak rupanya telah melebar di sana. Hangat sapa tak tercium baunya. Uap-uap menggigilkan seakan tengah mengepul kuat. Embun-embun sepertinya telah berseluncur bebas pada sepasang mata Nuha. Hingga kini tampak sedikit membengkak kantung mata itu. Lengang. Tercengkram jualah tali panjang tas Nuha. Bergerak tertatih-tatih menarik resleting tas. Mendadak dadanya bergemuruh. Bola matanya panas kembali. Hujan, ataupun embun tidakkah saat ini jangan bertandang? Jemarinya ingin kuat. Daging tak bertulangnya ingin melambai kalimat-kalimat fakta. Hanya saja terlalu berat ketika semua itu ingin terlaksana tanpa tanah yang bergerigi.

''Ini.''

Tangan kanannya diserahkan. Getar-getar terlihat di sana. Hingga apa yang berada di atad telapak tangannya pun turut bergetar. Bumi berguncang barangkali bukan kabar dahsyat, kalah telak jikalau bersanding dengan benda itu. LAyaknya tengah meronta-ronta memutar ulang tinta-tinta masa lalu. Hasna terpekur. Berulang kali menatap Nuha. Kepingan kaca sama-sama tersembul pada mata dua gadis itu. Sama-sama meluncur. Satu dirasa amat terluka akan angin puting beliung, satu dirasa rindu serta tanya menggebu. Yang dicari telah hadir. Yang dinanti telah berada di depan mata. Haruskah kalimat tetao teriring? Penjelas apa-apa yang sebenarnya tak perlu lagi diperjelas. Benda itu cukup mengumbar fakta, hanya saja Hasna urung sepemahanan dengan Nuha.

''Ini, Na yang ingin aku beri tahu padamu! Kau mengenal benda ini? Iya! Aku pun mengenalnya!''

''Bagaimana bisa berada denganmu, Nuha?''

''Kenapa tidak? Allah berkehendak benda ini berada padaku. Allah berkehendak, Na!''

*

**

Kain berbahan tebal itu dikepal keras-keras jemarinya. LInangan-linangan bening deras turunnya di sudut mata. Hingga berguncang-guncanglah bahunya. Semua teramat melilit hati akan rantai besi panas. Teramat baru dan cepat didapat di depan mata. Ketidakmungkinan pun masih dipertahankan di dalam kepalanya.

''Nuha pasti bohong! Dia bohong! Dia bohong! Ini semua tidak mungkin.''

Suarangnya seakan terpantul-pantul jelas pada dinding kamar. Berbalik kembali pada gendang telinganya. Kian tersayat-sayatlah hingga ke ulu hati. Kekosongan yang abadi. Kian pilu. Kian temaram. Dimana jalan yang kerap indah akan kerlip lampu di tepiannya? HAsna rindu. Dimana laut yang kerap menyajikan tenggelamnya surya yang indah? Bukan tenggelamnya yang menggelapkan. Sungguh, kini fase pencarian itu kembali bertasbih. Hatinya tercabik-cabik akan sebuah fakta beberapa jam yang telah berkunjung.

***

Wassamualaikum. Maaf sedikit. Koment dong bagian ini :(
Terimakasih, wassalamualaikum.

Ajari Aku Bermuhasabah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang