Chapter 7

692 57 9
                                    


"Oi, Sougo," Hijikata memundurkan jok mobil dan menyilangkan kakinya. "Kapan kau bisa akur dengan Kamui?"

"Saat usianya lebih muda dariku," jawab Sougo sambil menenggak kopi kalengnya.

Hijikata mendengus. Ia merebahkan jok dan bersandar sambil menikmati rokoknya. "Mumpung Kamui di sini, kau tidak berniat untuk mengatakan padanya kalau kau akan menikahi Kagura?"

"Bukankah seharusnya aku bicara pada Papi baru Kamui?"

"Ya, itu benar. Tapi, Kamui yang ada di hadapanmu sekarang. Paling tidak, kau menyampaikannya."

"Biar Kagura saja yang bilang."

"Taruhan Hijikata Special lima porsi. Kagura tidak akan mengatakannya dan dia akan memintamu untuk bicara."

"Deal," kata Sougo sambil meletakkan lengannya di jendela pintu mobil. "Kenapa anak itu harus datang?"

"Dia kakak kandung Kagura, Sougo."

"Aku tahu," Sougo mengelus-elus dagu dan bibirnya dengan telunjuknya. "Tapi, ingat cerita Shinpachi tentang Perang Rakuyo?"

Hijikata mengangguk. "Iya, aku ingat."

Sougo berdecak. "Mereka bertengkar hebat saat itu. Jari-jari Kagura patah, tulang kakinya retak. Tulang rusuknya juga patah. Untuk aku aku bisa menggantikan tulang rusuknya."

"Kamui juga mengalami patah tulang di beberapa bagian dan tulang bahunya mengalami dislokasi, Sougo."

"Aku tidak peduli. Kamui laki-laki, dan Kagura perempuan kepunyaan Sougo. Itu tidak adil."

"Paling tidak dari pertempuran mereka, Kagura dan Kamui jadi sangat dekat sekarang."

"Dan itu menggangguku, Hijikata-san. Kamui adalah orang yang menyebalkan. Dia tidak suka pada hubunganku dengan Kagura."

"Aku juga. Kau jadi sering bolos."

"Aku mengerti perasaan Kamui sebagai seorang kakak. Sama seperti aku melihatmu. Aku tidak suka melihat orang bodoh yang tergila-gila pada mayonnaise mau menikahi kakakku. Bedanya aku dengan kau, aku jauh lebih pintar dari Oni no Fukucho yang dalam hitungan hari, paru-parunya akan hancur karena asap rokok."

"Kau ingin matamu kelilipan mayonnaise, Sougo?"

Sougo kembali berdecak. "Intinya, aku paham rasa tidak suka Kamui padaku. Dia pikir aku tidak bisa menjaga Kagura. Padahal, selama dia bermusuhan dengan Kagura, siapa yang membuat Kagura bahagia?"

"Mungkin bukan itu yang dia pikirkan," Hijikata mengisap rokoknya dan mengembuskannya dengan cepat. "Dia cemburu denganmu."

Sougo tidak menjawab.

"Dia cemburu karena kau punya banyak waktu untuk bersama Kagura. Sedangkan Kamui membuang waktunya selama bertahun-tahun hidup terpisah dari Kagura. Dia baru sadar bahwa Kagura bukanlah anak kecil cengeng yang tidak bisa apa-apa. Dia baru tahu kekuatan Kagura setelah mereka bertarung di Perang Rakuyo."

Sougo masih tidak menjawab. Tapi, dia membenarkan omongan Hijikata.

"Jika aku jadi Kamui, aku pasti begitu," kata Hijikata. "Entah bagaimana caranya, kalian pasti akan berdamai suatu saat nanti. Atau, kalian akan terus perang dingin antar satu sama lain. Kamui sama saja sepertimu. Kalian sama-sama keras kepala dan gengsi kalian cukup tinggi. Kamui akan merestui hubunganmu dengan Kagura dengan cara yang berbeda."

Hijikata menyeringai. "Sama saja ketika kau memberiku restu untuk menikahi Mitsuba. Kau tidak bisa bilang 'Boleh', kan?"

Sougo mendengus pelan dan mendesah. "Aku hanya ingin aneue bahagia. Itu saja."

"Begitu juga dengan Kamui," Hijikata menenggak kopi kalengnya. "Kalian benar-benar keras kepala."

Hijikata dan Sougo tiba di sebuah rumah makan sederhana di Blok M. Sougo memarkirkan mobilnya di samping rumah makan tersebut.

Handphone Hijikata bergetar. Dia menerima pesan entah dari siapa.

"Oi, Sougo," Hijikata menutup pintu mobil sambil memperhatikan layar handphone-nya. "Kelihatannya kau tidak bisa makan malam dengan Kamui dan Kagura nanti. Kondou-san minta kita berada di markas pukul 18.00."

***

Hijikata dan Sougo tiba di markas besar Shinsengumi pukul 17.55. Sougo memarkir mobil sembarangan dan segera turun.

"Oi, Tetsuro," Sougo memanggil seorang anggota Shinsengumi yang sedang merokok dengan dua orang lainnya di halaman depan.

"Taichou! Fukucho!" ketiga anggota memberi salam hormat. Hijikata dan Sougo membalas salam mereka.

Sougo melempar kunci mobil pada Tetsuro. "Parkirkan mobilnya. Kami ada rapat."

"Baik, Taichou!" kata Tetsuro seraya menangkap kunci mobil.

Hijikata dan Sougo berjalan masuk ke dalam markas menuju ruang kerja Kondou. Hijikata membuka pintu dan mendapati Kondou berada di dalam dengan Yamazaki, Sasaki, Nagakura Shinshici selaku Kapten Divisi Dua, Saitou Shimaru selaku Kapten Divisi Tiga, Takeda Kannensai selaku Kapten Divisi Empat, Inoue Genjiro selaku Kapten Divisi Lima, dan Todo Bokosuke selaku Kapten Divisi Delapan.

"Ah, kalian datang tepat waktu," kata Kondou sambil duduk bersila di depan mejanya. "Duduklah. Kita sekalian makan malam."

Hijikata dan Sougo duduk di meja mereka masing-masing. Posisi mereka bersebelahan.

"Baik, aku langsung mulai saja karena aku sudah tidak sabar untuk segera bertemu Otae cintaku," Kondou berdeham. "Malam ini aku mengumpulkan kalian untuk membicarakan sebuah perubahan. Meski perwakilan dari tiap divisi tidak lengkap, Yamazaki dan Sasaki akan mencatat apa yang kita bicarakan dan dia akan melaporkannya pada mereka yang tidak hadir malam ini."

Yamazaki dan Sasaki terlihat mengangguk bersamaan. Keduanya memegang kertas dan pensil untuk mencatat.

"Begini," Kondou memperhatikan semua wajah yang ada di ruangan itu. "Hari ini, Saitou membantu Harada untuk memantau sekelompok orang yang diduga melakukan transaksi senjata ilegal di pelabuhan. Senjata-senjata itu dibeli dan disimpan di Pulau Kokujo. Dari data yang didapat Harada, sebagian besar dari mereka dulunya adalah anggota Naraku."

Semua orang terdiam.

"Sesuai dengan permintaan Bos Matsudaira, Divisi Dua akan bertugas untuk menemani Bos Matsudaira kemana pun ia pergi. Divisi Tiga akan menetap di pelabuhan, tugas kalian adalah memantau semua pelabuhan di sekitar Edo. Divisi Empat ditempatkan di pegunungan, Gunung Fuji akan menjadi markas kalian. Divisi Lima bertugas untuk melacak semua toko dan penjualan senjata yang masuk ke Edo," jelas Kondou.

"Divisi Delapan, kalian akan ditugaskan di perairan. Divisi Tiga, kalian juga akan mengambil alih Divisi Satu untuk memantau Edo bersama Hijikata. Dan Divisi Satu..."

Kondou menatap Sougo yang wajahnya terlihat serius. Sougo menatap tajam Kondou seakan dia sudah tahu apa yang akan Kondou katakan setelah ini.

"Aku minta maaf, Sougo. Kalian akan ditempatkan di Pulau Kokujo selama enam bulan. Tugas kalian memata-matai pergerakan penjualan senjata di sana. Karena kalian ada tim terkuat dan kerap diandalkan sebagai garda terdepan Shinsengumi, Bos Matsudaira meminta kalian untuk berada di sana dan melakukan penyerangan sesuai dengan aba-abaku."

Mulut Hijikata menganga. Rokoknya nyaris jatuh dari tangannya. Matanya terbelalak menatap Kondou. Kondou sadar akan hal itu, namun ia mencoba untuk tersenyum.

"Ada yang keberatan?" tanya Kondou. "Sougo?"

Sougo terdiam sejenak. "Aku berkomitmen penuh sebagai anggota Shinsengumi. Akan kupersiapkan timku dengan segera."

Life After War 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang