Chapter 14

582 45 3
                                    


Sougo dan Yamazaki berjalan bersama di lorong dalam kapal yang mereka tumpangi. Sudah 15 menit sejak kapal mereka berangkat dari pelabuhan menuju Pulau Kokujo.

"Kau tak apa-apa, Taichou?" tanya Yamazaki.

"Tidak apa-apa," jawab Sougo.

Yamazaki melirik Sougo. Wajahnya muram dan bawah matanya menghitam. Kelihatannya, Sougo tidak tidur semalaman.

Sougo juga tidak banyak bicara sejak tadi pagi. Dia hanya bicara seperlunya, begitu juga ketika dia diajak bicara oleh Kondou dan Hijikata. Sougo juga sudah menghabiskan enam batang rokok sejak pagi. Barusan saja, Yamazaki menemaninya merokok di geladak kapal.

Yamazaki ingat sekali ekspresi Sougo saat ia sedang merokok. Matanya menatap kosong lautan di depannya. Sougo seakan memikirkan sesuatu.

Sesungguhnya, Sougo merasa bersalah pada Kagura. Kenapa dia harus memberi tahu Kagura melalui surat? Kenapa dia tidak mengatakannya saja? Yang dia lakukan hanya menyakiti hati Kagura.

Sougo mengusap-usap dahinya. Kenapa aku begitu tolol? Tidak ada salahnya untuk memberi tahu Kagura lewat omongan. Kenapa aku tidak sanggup mengatakannya? Aku hanya tidak ingin dia merasa berat. Aku tidak mau melihat hatinya terluka lagi.

Setelahnya, Sougo mematikan rokok dan mengajak Yamazaki pergi. Yamazaki hanya menatap Sougo dengan wajah khawatir. Namun, dia tidak berani untuk bertanya.

Sekarang, Yamazaki hanya bisa melirik Sougo yang terlihat muram.

"Mau sarapan, Taichou?" tanya Yamazaki.

"Nanti saja sekalian makan siang," jawab Sougo. "Toiletnya di mana, sih?"

Sougo dan Yamazaki menyusuri lorong mencari toilet. Namun, mereka tidak menemukannya.

"Apa boleh buat," Sougo mendengus. "Aku akan buang air kecil di haluan kapal."

Yamazaki mengikuti Sougo yang berbalik menuju haluan. Saat mereka hendak keluar lorong, Sougo melihat ada sesuatu yang bergerak di lantai bawah di dekat tangga.

Sougo berhenti dan menatap tajam tangga ke lantai bawah. "Ada apa di lantai bawah?"

"Ruang tidur, Taichou. Persenjataan dan bahan makanan juga ada di sana. Untuk tangga ini, kalau tidak salah tangga menuju gudang persenjataan."

"Siapa yang bertugas di sana?"

"Tak ada, Taichou. Ruangannya terkunci."

Tangan kiri Sougo menyentuh katana-nya. "Perhatikan belakangmu."

Yamazaki menelan ludah dan mengikuti Sougo menuruni tangga. Mereka tiba di bawah tangga dan menyusuri lorong yang gelap.

Terdengar suara pintu tertutup dengan keras dari ujung lorong. Sougo merendahkan tubuhnya dan memasang kuda-kuda.

"Hitungan ketiga, Yamazaki," Sougo menarik napas. "Tiga."

Sougo dan Yamazaki berlari dengan sangat cepat menuju ujung lorong. Kedua berbelok ke kiri di ujung lorong, dan tangan Sougo melesat dengan cepat seraya mengacungkan katana-nya.

Ujung katana Sougo nyaris menyentuh leher seseorang. Seorang pria muda, usianya sekitar 28 tahun. Dengan mengenakan seragam kelasi, pria itu mengangkat kedua tangannya dengan wajah pucat.

"Sedang apa kau di sini?" suara Sougo terdengar tenang. "Kau tidak seharusnya berada di dekat ruang persenjataan kami."

"A-aku diminta kapten kapal untuk memeriksa ruangan-ruangan di bawah..." lelaki itu terbata. "A-aku memastikan ruangan-ruangan di lantai bawah sudah dikunci. Aku tidak membawa apa pun, pe-periksa saja!"

Sougo menunjuk lelaki tersebut dengan dagunya. "Geledah dia."

Yamazaki pun meraba tubuh lelaki tersebut. "Bersih, Taichou!"

"Siapa namamu?" tanya Sougo.

"No-Noboru Koji, Ta-Taichou," ucapnya. "Aku bertugas di lantai bawah, Tuan."

"Bawa dia ke ruang kendali, Yamazaki," kata Sougo. Katana-nya masih mengacung pada Noboru.

"Baik!" Yamazaki menarik tangan Noboru dengan kasar.

Noboru berjalan melewat Sougo dan mendadak, Sougo menghantam kepala Noboru dengan sikunya. Kepala Noboru menghantam dinding hingga retak.

Noboru ambruk ke lantai. Dua giginya tanggal.

"Ta-taichou!?" Yamazaki terkejut bukan main.

"Tak ada nama Noboru Koji dalam daftar awak kapal," kata Sougo sambil memasukkan katana-nya ke dalam sarung pedangnya.

Sougo berjongkok dan merogoh kantung celana Noboru. Saat Sougo mengeluarkan tangannya, telapak tangannya terlihat kotor akan noda hitam.

Sougo mencium tangannya dan matanya terbelalak. "Mesiu."

Sougo menoleh ke belakang. Terdapat kaca bulat di pintu di belakangnya. Terlihat ada cahaya dari dalam ruangan di belakangnya itu.

Sougo berbalik dan menarik Yamazaki. "Lari, Yamazaki!"

Yamazaki masih menatap Sougo dengan keheranan. Tiba-tiba, sebuah ledakan terjadi. Pintu di belakang mereka meledak, dan ledakannya cukup dahsyat.

Life After War 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang