"A-apa-apaan ini..." Kondou memandang Sougo. Dia tidak memercayai apa yang baru saja diucapkan Sougo. "Kau ingin berhenti dari Shinsengumi?"
"Maafkan aku, Kondou-san," ucap Sougo. "Kelihatannya, aku sudah lelah bekerja sebagai polisi."
"Bukankah bekerja untuk Shinsengumi adalah mimpimu?" tanya Kondou.
Sougo mengangguk. "Itu benar. Tapi kelihatannya, tongkat yang menghantam kepalaku saat aku sedang berada di kapal membuatku lupa akan mimpiku itu."
Sougo mengepalkan kedua tangannya. "Kondou-san. Mungkin aku masih terlalu muda untuk menyerah. Tapi, entah kenapa aku merasa lelah. Aku ingin hidup sebagai orang biasa. Saat aku bangun pada pagi hari, aku akan menikmati sarapan, menonton televisi, dan bersantai di rumah. Aku begitu menikmati waktuku di rumah dan tidak melakukan apa-apa."
"Aku juga ingin mencoba untuk berbisnis. Kelihatannya pekerjaan itu menyenangkan. Aku ingin mencoba hal baru, dan aku benar-benar ingin melakukannya, Kondou-san. Aku merasa, aku sudah cukup banyak mempertaruhkan nyawaku untuk orang-orang. Aku pikir, ini saatnya bagiku untuk beristirahat."
Kondou menatap Sougo dengan tajam. Dahinya mengenyit. Wajahnya terlihat sedih. "Kau terlalu muda untuk berhenti, Sougo."
"Aku tahu dan aku sudah mengatakannya tadi," ucap Sougo. "Tapi..."
Bayangan wajah Kagura terlintas di pikiran Sougo. Sougo memandang Kondou dengan lembut. "Tapi aku ingin hidup damai dengan perempuan yang aku cintai."
Kondou mendengus keras. Dia masih memandang Sougo dengan tajam. Sorot matanya mendadak lembut.
"Toshi," Kondou menghela napas panjang. "Ambilkan form pemutusan kerja di laci lemari."
"Kondou-san!" Hijikata menatap Sougo tak percaya.
"Biarkan dia, Toshi. Ambilkan form itu," kata Kondou.
"Semudah itu kau melepas Sougo sebagai Taichou!?" teriak Hijikata.
"Tenang, Toshi," Kondou tersenyum tipis. Raut wajahnya masih terlihat sedih. "Kalau Sougo ingin kembali, gelar Taichou-nya akan menunggu kedatangannya."
Napas Hijikata tak beraturan. Dia sangat kesal. Hijikata berdecak dan mengambil form pemutusan kerja dari laci lemari di sampingnya. Kertas itu pun diberikan kepada Sougo.
"Semoga keputusanmu tepat," Kondou melempar pulpen ke depan Sougo. "Semoga keputusanku juga tepat."
"Temme..." Hijikata berbisik pada dirinya sendiri.
Sougo menatap kertas yang diberikan Hijikata padanya. Ia mengambil pulpen dan menuliskan namanya di kertas itu. Sekarang, Sougo tinggal menandatangani form tersebut.
Bayangan akan dirinya sedang berpatroli tiba-tiba melintas. Ia bisa mengingat dengan jelas raut wajah Yamazaki saat ia sedang panik. Wajah Sasaki, anggota Shinsengumi lainnya, dan Hijikata.
Sougo ingat betul bagaimana Hijikata memandangnya ketika ia ketahuan bolos kerja. Sougo juga ingat raut wajah kesal Hijikata ketika ia mengarahkan bazooka-nya pada Hijikata.
Kini, wajah Kondou muncul dengan jelas dalam benaknya. Ia mengingat momen saat Kondou masih mengajarinya untuk menjadi samurai di dojo-nya. Kondou yang tolol, Kondou yang heroik, Kondou yang tertawa lepas bersamanya dan Hijikata. Isao Kondou, sosok ayah bagi Okita Sougo.
Sougo menarik napas dalam-dalam. Ia menekan ujung pulpennya ke atas kertas, siap menandatangani kertas tersebut.
Tangan Sougo bergerak dengan sendirinya. Dia telah selesai menandatangani kertas pemutusan kerjanya. Dia tak lagi bekerja sebagai seorang Taichou sekarang. Dia tak lagi menjadi bagian dari Shinsengumi.
![](https://img.wattpad.com/cover/142770855-288-k850297.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After War 2
ספרות חובביםKomitmen Sougo kepada Shinsengumi tak bisa diganggu gugat. Sougo menerima untuk ditugaskan di sebuah pulau di luar kota. Konsekuensinya, dia harus meninggalkan Kagura.