"Kapan kamu akan kembali berpatroli?" tanya Kagura sambil memandangi arus sungai di depannya.
"Nanti, saat rasa malasku hilang," jawab Sougo.
Kagura dan Sougo sedang duduk di pinggir sungai, di atas rerumputan. Kagura duduk sambil memeluk kedua kakinya, sedangkan Sougo tiduran di sebelah Kagura dengan menggunakan eye patch merah bergambar mata.
"Nanti Gin-san ditegur lagi sama Hijikata-san, Sougo," kata Kagura sambil memainkan rumput hijau di sampingnya.
"Tidak akan," jawab Sougo enteng. "Hijikata-san sedang sibuk fitting baju untuk pernikahan. Dia tidak akan memikirkanku."
"Kamu adik dari calon istrinya, Sougo. Dia pasti memikirkanmu."
"Yah, mungkin untuk beberapa hal terkait pekerjaan."
"Sougo."
"Nanti dia aku belikan mayonnaise."
"Sougo."
"Aku masih ingin bertemu dengan si cantik punyaku. Memang tidak boleh?"
Kagura mendengus. Sangat sulit baginya untuk menyuruh Sougo kembali bekerja jika mereka sedang bersama.
Hampir setiap hari Sougo menemui Kagura sejak Hijikata meminta izin pada Sougo untuk menikahi Mitsuba. Kagura sadar Sougo sedang bingung dengan perasaannya sendiri. Bukannya Sougo tidak setuju Hijikata ingin menikahi Mitsuba, tapi ada perasaan yang Sougo tidak bisa katakan mengenai hal itu.
Asumsi Kagura, Sougo iri dengan Hijikata dan Mitsuba yang akan segera menikah. Sebenarnya, Sougo ingin dirinya menikah dengan Kagura lebih dulu. Tapi, Sougo sadar bahwa dia tidak boleh melangkahi Mitsuba. Maka dari itu, mau tak mau Sougo harus bersabar hingga waktu yang ditunggunya selama ini tiba.
"China," Sougo memanggil Kagura. "Kamu benar-benar mau menikah denganku?"
"Kamu sudah menanyakan pertanyaan itu sekitar 241.215 kali padaku, Sougo," jawab Kagura. "Iya, aku mau."
"Kamu tidak menyesal?"
"Aku juga sudah menjawabnya sebanyak 241. 215 kali, Sougo. Tidak."
"Baguslah."
"Dan kata 'Baguslah' sudah kau katakan sebanyak 241. 215 kali, Sougo."
"China," Sougo menarik eye patch-nya hingga dahi. "Aku hanya khawatir."
Kagura menoleh ke arah Sougo. "Kenapa?"
"Aku pikir, rasa takut ini juga dirasakan Hijikata-san sebelum dia meminta izin padaku untuk menikahi aneue waktu itu."
"Kau takut tidak bisa membahagiakanku?"
Sougo tidak menjawab. Kagura kembali memandangi arus sungai yang mengalir dengan tenang.
"Aku pikir, untuk menjadi orang yang bahagia itu sangat mudah. Seperti berada di sampingmu seperti ini," kata Kagura.
Sougo melirik pada Kagura. Hari ini, Kagura menggerai rambutnya yang berwarna oranye dan Sougo menyukainya.
"Darin," Sougo memainkan rambut Kagura. "Seperti apa kita ketika menikah nanti?"
"Kau harus membelikanku es krim setiap pulang kerja. Dan juga sukonbu. Setiap pagi, kau harus membuatkanku nasi dan telur goreng."
"Lalu?"
"Kau harus pulang tepat waktu. Kau harus menyiapkanku makan malam. Kau juga harus menyiapkanku sarapan."
"Terus?"
"Kau harus mengusap-usap rambutku sebelum aku tidur agar tidurku pulas. Kita harus ke rumah Gin-san setiap akhir pekan agar aku tidak merindukannya. Kita juga harus mengunjungi Shinpachi. Kita harus membawakan mereka makanan kesukaan mereka. Kau juga harus mau menemaniku belanja ke supermarket. Setelahnya, kau membelikanku gulali. Lalu, kau harus memberi makan Sadaharu. Oh iya, Sadaharu harus tinggal bersama kita agar aku tidak kesepian saat kamu tidak ada di rumah. Kau juga harus membelikan makanan anjing dalam jumlah banyak, karena Sadaharu mudah lapar. Kau juga harus mau memandikan Sadaharu setiap dua minggu sekali. Kau harus menggosok selangkangannya agar dia tetap bersih. Kau juga harus mau memotong kuku kakinya jika sudah kepanjangan."
"Apalagi?"
"Memang kau sanggup melakukan semua itu?"
"Selama kamu yang minta, aku tidak masalah."
Sougo duduk dan menyandarkan kepalanya pada bahu Kagura. "Selama yang menyuruh adalah Mrs. Okita, aku rasa aku tidak akan pernah bisa menolaknya."
Kagura menatap Sougo yang memejamkan matanya. Tangannya mengusap-usap kepala Sougo.
"Itu tidak akan mudah, Sougo. Pernikahan itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijalani. Gin-san bilang, pernikahan itu butuh komitmen," kata Kagura.
"Pernikahan itu akan sulit jika aku atau kamu tidak bahagia, China. Jadi, pastikan kau bahagia hidup bersamaku," jawab Sougo.
"Aku bahagia, kok."
"Jika kamu bahagia, tidak akan sulit untuk menjalankan sebuah komitmen."
"Kau yakin?"
Sougo mendengus. "Aku punya komitmen dengan Shinsengumi, Kagura. Aku mencintai pekerjaanku, dan aku tidak merasa diberatkan dengan komitmen pekerjaanku itu. Aku menikmatinya. Selama aku masih bisa mengancam nyawa Hijikata-san, aku tidak terbebani dengan apapun."
Sougo meraih tangan Kagura dan mencium punggung tangannya. "Lagipula, kamu bukan beban untukku. Nafsu makanmu-lah yang menjadi beban untukku."
Kagura tersenyum lebar. "Aku yakin pernikahan kita akan sangat seru untuk dijalani."
"Aku pun begitu," Sougo mendongak menatap Kagura. "Cium dulu, dong. Kita belum ciuman hari ini."
"Sougo, ah," wajah Kagura memerah.
"Cium semuka deh, gimana?" pinta Sougo.
Kagura mendekatkan wajahnya, mendekapnya dengan kedua tangannya, dan menciumi wajah Sougo. "Puas?"
"Tentu saja. Kan yang melakukannya kesayangan Sougo," kata Sougo sambil mencium pipi Kagura dengan hidungnya. "Yuk, kuantar pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After War 2
Hayran KurguKomitmen Sougo kepada Shinsengumi tak bisa diganggu gugat. Sougo menerima untuk ditugaskan di sebuah pulau di luar kota. Konsekuensinya, dia harus meninggalkan Kagura.