Chapter 8

604 54 19
                                        

Sougo melepaskan eye patch-nya dan melemparnya ke ujung ruangan. Ia menatap langit-langit kamarnya dan mendengus keras.

Sougo duduk dan menggaruk kepalanya. Ia menatap handphone-nya. Ada tiga pesan masuk dan 12 missed calls dari Kagura. Tapi, Sougo tidak menjawabnya.

Sougo membuka pesan terakhir yang dikirim oleh Kagura.

Darin, aku baru saja selesai makan malam dengan Kamui, Gin-san, Tsuki, Shinpachi, Otae, dan anego. Sayang sekali, kamu, Hijikata-san, dan Kondou-san tidak ikut. Kabari aku ya, kalau rapatnya sudah selesai.

Sougo melempar handphone-nya ke atas bantal dan berdiri. Ia meregangkan tubuhnya dan berjalan keluar kamar.

Sougo berjalan ke arah ruang kerja Hijikata untuk mengambil--tanpa seizin Hijikata--minuman dari lemari esnya. Sebelum mencapai ke sana, ia harus melewati ruang kerja Kondou. Dan ia mendengar sesuatu dari dalam.

Pintu ruang kerja Kondou sedikit terbuka. Meski suara dari dalam tidak keras, Sougo bisa mendengar ada dua orang sedang bicara di dalam.

Sougo berhenti di dekat pintu, berusaha mencuri dengar percakapan yang sedang terjadi.

"Tolonglah, Kondou-san," suara Hijikata terdengar pelan. Karena jam menunjukkan sudah pukul 23.12, markas sudah sepi, membuat suara Hijikata terdengar cukup jelas di telinga Sougo. "Berangkatkan saja Divisi Delapan. Todo dan timya tak pernah mendapat tugas yang serius selama ini."

"Ini permintaan Matsudaira-sama, Toshi. Kau tahu dia tidak suka menerima penolakan."

"Bicara lagi padanya, Kondou-san. Berikan keringanan."

"Aku sudah dua kali bicara padanya. Matsudaira-sama bukannya tidak peduli, tapi Divisi Satu adalah tim terbaik yang dimiliki Shinsengumi untuk urusan pertahanan dan skill."

Sougo bisa mendengar Hijikata berdecak.

"Kondou-san, tugas ini akan mempersulit Sougo," kata Hijikata. Suaranya mendesis. "Maaf jika membawa masalah pribadi untuk yang satu ini. Tapi, jangan Divisi Satu."

"Aku sudah menyarankan untuk mengirim Divisi Tiga. Tim Saitou cukup layak untuk melakukan penyerbuan. Tapi, Matsudaira-sama ingin Saitou dan timnya menjaga Edo. Dia masih berpikir kalau Divisi Tiga belum sanggup untuk melakukan serbuan. Strategi mereka masih kurang jika dibandingkan dengan Divisi Satu," kata Kondou.

Kondou mendesah. "Tadi, setelah rapat selesai, Saitou sudah menawarkan dirinya untuk mengambil alih tugas Divisi Satu. Tapi, keputusan ada di tangan Matsudaira-sama. Aku tidak bisa mengubahnya."

Hijikata kembali berdecak. "Aku akan bicara pada Sougo dan memintanya untuk bicara langsung dengan Matsudaira-sama. Aku dan kau akan mendampinginya."

"Coba saja. Aku yakin Matsudaira akan merah besar jika hal itu terjadi," kata Kondou.

Mendadak tak ada yang bicara. Hijikata dan Kondou terdiam untuk beberapa saat.

"Setelah aku membuat Sougo menunda pernikahannya, Shinsengumi mengambil alih posisiku untuk mempersulit Sougo. Apa yang aku lakukan menghancurkan Sougo," kata Hijikata. Suaranya memelan.

"Jangan salahkan dirimu, Toshi. Pekerjaan ini adalah bagian dari komitmen kita sebagai Shinsengumi. Ini perintah, dan kau tidak bisa menolaknya. Ini tugas negara dan bersifat penting," kata Kondou.

Sougo bergerak dan berjalan melewati ruang kerja Kondou. Dia masuk ke ruang kerja Hijikata, mengambil susu cokelat dingin, dan kembali ke kamarnya.

Sougo mengambil parka hijau tua kesayangannya, mengganti celana tidurnya dengan jins abu-abu gelap, dan meraih handphone-nya. Sougo menelepon seseorang.

"Tetsuro, siapkan mobil patroli untukku dalam lima menit. Aku mau keluar sebentar," dan Sougo mematikan telepon.

Sougo bergegas keluar kamar menuju halaman depan. Hijikata dan Kondou masih di dalam, hanya saja suara mereka tak lagi terdengar. Sougo juga sudah kehilangan minatnya untuk mendengar percakapan mereka.

Sebuah mobil patroli dengan mesin yang sudah menyala parkir menghadap pintu keluar. Tetsuro berada di sebelahnya sambil merokok.

"Jika Hijikata atau Kondou-san mencariku, bilang aku ingin makan ramen di blok J," kata Sougo pada Tetsuro.

"Kupikir kau akan mengantar Kyoukucho pulang," kata Tetsuro sambil membukakan pintu mobil untuk Sougo.

"Mungkin Kondou-san menginap di sini malam ini. Aku pergi dulu," kata Sougo seraya masuk ke dalam mobil dan menutup pintu. "Aku akan membelikanmu rokok."

Mobil yang dikendarai Sougo melesat dengan cepat. Sesungguhnya, dia tidak ingin makan ramen di blok J. Dia hanya ingin pergi ke blok E dan menemui seseorang.

Jalanan cukup sepi malam ini. Pandangan Sougo tertuju pada jalanan di depannya, sambil sekali-kali matanya tertuju pada speedometer mobil.

Sougo memarkir mobil di samping kediaman Yorozuya. Dia meraih handphone-nya dan menelepon Kagura.

"Darin?" sapa Kagura ditelepon. "Kamu di bawah? Rasanya, aku baru saja mendengar suara mobil."

"Turun," pinta Sougo.

"Oke, sebentar, ya," dan Kagura lebih dulu mematikan telepon.

Sougo keluar dari mobil dan menunggu di tangga. Tak lama kemudian, Kagura muncul di hadapannya.

"Darin?" Kagura memandang Sougo yang muram dengan heran. "Ada ap..."

Kagura belum selesai bicara dan Sougo telah memeluknya. Pelukan Sougo cukup erat, membuat Kagura bertanya-tanya apa yang terjadi pada Sougo.

"Da-darin?" Kagura terbata-bata. "Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa," jawab Sougo. Pelukannya semakin erat.

"Kenapa kau tiba-tiba datang jam segini?"

Sougo terdiam cukup lama.

"Kangen," bisik Sougo. "Aku kangen banget sama kamu."

Kagura mengelus-elus punggung Sougo dengan tangan kanannya. "Rapatnya membosankan, ya?"

Sougo mengangguk tiga kali. Kagura tersenyum tipis. "Masuk, yuk? Kamui dan Gin-san sudah tidur, kok."

Sougo menggeleng. "Aku cuma sebentar saja di sini. Lima menit lagi aku pulang."

Kagura melepaskan pelukan Sougo dan menggenggam erat lengannya. "Ada apa, Sougo?"

"Tidak ada apa-apa, China," Sougo menatap wajah pacarnya dan merapikan poni Kagura. "Aku hanya kangen. Rapatnya cukup lama dan berjalan alot tadi. Rapat mulai pukul 19.00 dan berakhir sekitar pukul 22.00."

Sougo berbohong. Sesungguhnya, rapat hanya berjalan selama satu jam saja. Setelahnya, Sougo sempat tertidur di kamarya selama 10 menit. Sisanya, dia berusaha kembali tidur namun gagal. Padahal, dia sudah menjadikan Hijikata sebagai pengganti domba untuk dihitung sebelum tidur. Terhitung, Sougo teleh membunuh Hijikata sebanyak 623 kali.

"Sabar ya, Darin," Kagura menepuk-nepuk dahi Sougo. "Kau kan punya komitmen dengan pekerjaanmu."

Sougo menatap Kagura dengan lembut. Tanpa bicara, Sougo mencium bibir Kagura cukup lama.

"Aku pulang dulu," Sougo mencium dahi Kagura. "Sampai ketemu."

"Besok bisa ketemu?" tanya Kagura.

"Aku akan usahakan. Selamat tidur, kesayangan Sougo," kata Sougo seraya masuk ke dalam mobil tanpa menoleh ke arah Kagura.

"Selamat tidur, kesayangan Kagura," bisik Kagura pada dirinya sendiri.

Sougo mengeluarkan tangannya dari jendela dan melambai. Kagura balas melambai ke arah Sougo, dan mobil patroli yang dikendarai Sougo melesat dengan cepat meninggalkan Kagura sendirian.

Di kediaman Yorozuya, seseorang berdiri di depan pintu masuk rumah di lantai dua. Kamui memperhatikan dalam diam. Dia nyaris tak terlihat karena penampakkannya hanya terlihat sebagai siluet.

Tanpa sepengetahuan Kamui, Gintoki bersandar pada jendela kamarnya sambil mengisap kiseru. Sejak Kagura turun untuk menemui Sougo, Gintoki sudah berada di sana dan memperhatikan pasangan itu.

Life After War 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang