Chapter 13

586 49 2
                                    


"Kagura," seseorang memanggil Kagura. "Kagura!"

Kagura membuka matanya. Shinpachi membangunkannya.

"Ada apa, Shinpachi?" tanya Kagura sambil meregangkan tubuhnya dan mengucek-ucek matanya.

"Ada kiriman dari Sougo. Sasaki barusan mengantarkannya," Shinpachi menggoyang-goyangkan handphone di depan wajah Kagura. "Katanya handphone-mu terbawa Sougo."

Terbawa?

Kagura bangun dan mengambil handphone-nya. Handphone-nya dalam keadaan mati.

"Oh, dan ini," Shinpachi mengambil amplop yang ditaruh di sampingnya. "Dari Sougo."

Kagura buru-buru mengambilnya dan membukanya. Sougo menuliskan sebuah surat untuknya.

China,

Maaf aku mengambil handphone-mu tadi malam. Aku sengaja mematikannya. Tenang, aku sudah men-charge handphone-mu di kamar. Aku juga minta maaf aku membuka inbox-mu semalam. Aku bersyukur tak menemukan pria lain selain Danna dan Shinpachi di sana.

Mungkin ini kekanak-kanakan, tapi aku tidak tahu cara menyampaikannya. Tapi, aku tidak mau berpisah denganmu. Berada jauh darimu rasanya seperti minum racun yang membunuhku secara perlahan.

Kagura, aku sangat mencintai kamu. Aku tidak ingin membebanimu dengan apapun. Sebelum kamu jatuh membentur tanah, aku akan ada di sana, membentur tanah terlebih dahulu, dengan kamu di pelukkanku.

Sekali lagi, aku minta maaf. Aku tak bermaksud menyakitimu atau apapun. Tapi, aku berangkat hari ini.

Kagura berdiri dan buru-buru mengambil bomber jacket hitam yang menggantung di samping lemari pakaiannya.

"A-ada apa Kagura!?" Shinpachi terlihat panik.

"Gin-san!!!" Kagura berteriak.

Gintoki muncul di ambang pintu di saat Kagura sedang mengambil barang-barang yang sekiranya ia perlukan untuk dibawa.

"Oi, oi, ada apa, Kagura?" Gintoki menggaruk bagian kepalanya. Kelihatannya, dia baru bangun tidur.

"Sougo berangkat hari ini!" Kagura mengambil handphone-nya dan memasukkannya ke saku jaketnya. "Antarkan aku ke pelabuhan sekarang!"

***

Kagura dan Gintoki tiba di pelabuhan dalam waktu setengah jam. Seumur hidupnya, Gintoki tidak pernah se-ngebut itu saat dia mengendarai vespa-nya.

Kagura turun dari vespa Gintoki dan berlari menuju pintu gerbang yang dijaga ketat.

"Lompat, Kagura!" Gintoki berteriak.

Sekitar lima penjaga gerbang pelabuhan yang bersenjata menatap Kagura. Dengan cepat, Kagura melompat ke atas seorang penjaga. Dia mendaratkan kedua kakinya di bahu penjaga tersebut, dan melompat tinggi melewati gerbang.

Suara tembakan terdengar, namun Kagura berhasil lolos. Kagura berlari secepat mungkin menuju tempat yang ia yakin kapal Shinsengumi berlabuh dari situ.

Kumohon.

Kagura dihadang empat penjaga. Dengan sekali tendangan, Kagura melumpuhkan keempatnya.

Kumohon, jangan pergi dulu.

Kagura terus berlari, melewati kontener-kontener raksasa.

Tunggu aku.

Kagura kembali dihadang penjaga pelabuhan. Dengan dua kali tendangan, Kagura lagi-lagi melumpuhkan mereka.

Sougo, aku belum mengucapkan selamat tinggal.

Kagura bisa melihat dua orang yang ia kenal berdiri dari kejauhan. Kondou dan Hijikata berdiri bersebelahan, dan mereka menatap Kagura.

"Jangan tembak!" Kondou berteriak memberi instruksi. "Turunkan senjata kalian!"

Kagura terengah-engah dan berlari melewati Kondou dan Hijikata. Dia mendadak berhenti berlari dan menunduk seraya mengatur napasnya. Ia mendongak, menatap lurus ke depan.

Sebuah kapal besar telah melaju cukup jauh dari tempat Kagura berdiri. Dia tidak melihat Sougo, melainkan kapal yang telah berlayar menjauh dari dermaga.

"Kagura," suara seorang perempuan dengan lembut menyapanya. Mitsuba. "Kami berusaha meneleponmu tadi, tapi..."

"Sougo mengambil handphone-ku dan mematikannya," ucap Kagura sambil terengah-engah.

"Sougo tak bilang padamu dia akan pergi hari ini?" tanya Kondou.

Kagura menggeleng. Kondou menundukkan kepalanya. "Dia meminta kepergiannya dipercepat."

"Sougo tak bilang apapun padamu?" tanya Hijikata.

Lagi-lagi, Kagura menggeleng. Suasana menjadi hening, menyisakan suara napas Kagura yang tersengal.

"Kagura!" Gintoki berlari mendekat dan berhenti seraya terengah-engah. Matanya menatap kapal yang perlahan menjauh. Mulutnya menganga.

"Tangkap orang ini dan ceburkan dia di laut," kata Hijikata sambil menunjuk Gintoki.

"Temmera! Ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda!" kata Gintoki. Pandangannya beralih pada Kagura yang terlihat masih mengatur napasnya.

Tak ada yang bicara. Kagura terlihat sudah agak tenang dan sudah bisa mengatur napasnya dengan baik.

Kagura memandangi kapal yang semakin menjauh. Kedua tangannya mengepal dan terlihat bergetar hebat.

"Kagura..." Mitsuba berjalan mendekati Kagura.

"Sougo tidak pintar untuk mengucapkan selamat tinggal," kata Kagura tanpa menoleh pada Mitsuba. Pandangannya masih tertuju pada kapal. "Makanya dia tidak bilang apa-apa."

Kagura tidak bergerak. Kondou, Hijikata, Gintoki, dan Mitsuba hanya memperhatikan Kagura dari belakang.

"Lagipula," Kagura menoleh ke belakang dengan pelan. Kagura terlihat tersenyum, namun air matanya mengalir deras menuruni pipinya. "Untuk apa mengucapkan selamat tinggal jika nanti kita akan bertemu kembali?"

"Kagura..." Gintoki berbisik pada dirinya sendiri.

"Gin-san," Kagura berjalan mendekati Gintoki. "Aku lapar."

Gintoki mendengus dan berusaha tersenyum sambil menatap Kagura. Kagura terlihat berkeringat. Air matanya pun masih mengalir.

"Baiklah," Gintoki mengangguk kecil. "Kita makan di..."

DUAR.

Suara ledakan yang sangat dahsyat terdengar. Kagura berbalik. Matanya terbelalak.

Kapal yang ditumpangi Sougo mendadak meledak. Dua ledakan menyusul setelahnya, membuat kapal tersebut diselimuti api dan asap hitam tebal.

Tubuh Kagura gemetar hebat. "Sougo!!!"

Life After War 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang